Kepala BNPT: 53 WNI Tewas di Markas ISIS, 4 Jadi Bomber

Pengaruh ISIS menyebar ke banyak negara, merayu kaum muda di Eropa untuk bergabung.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 08 Des 2015, 18:21 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 18:21 WIB
20151208-Diskusi-ISIS-HEL
Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin (kedua kanan) saat menjawab pertanyaan dalam diskusi FPCI Pergeseran Koalisi Internasional Melawan ISIS di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (8/12/2015). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pengaruh ISIS menyebar ke banyak negara, merayu kaum muda di Eropa untuk bergabung. Mereka bahkan memikat orang-orang untuk pergi ke Irak dan Suriah, membawa serta keluarga mereka. Iming-iming kelompok radikal itu juga sampai ke Indonesia.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal (Pol) Saud Usman Nasution mengatakan, berdasarkan data kepolisian, ada 384 WNI yang bergabung dengan ISIS.

"Menurut data intelijen bahkan lebih banyak lagi, sampai 800 orang," kata dia dalam diskusi bertajuk 'Evolving Coalition Against ISIS' yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Hotel Borobudur, Jakarta Selasa (8/12/2015).

Dari jumlah tersebut, 169 di antaranya dipulangkan dari Turki. "Sebagian tertangkap sebelum masuk ke Irak dan Suriah, sebagian sudah masuk tapi ingin kembali," kata dia.

Mereka yang ingin kembali kebanyakan sadar telah tertipu. "Mereka tertarik propaganda ISIS, gaji besar, penghasilan luar biasa sebagai sopir tank atau kerja di ladang minyak, kenyataannya mereka telantar," tambah mantan Kadensus 88 itu.

"Apalagi bahasa Arab, bahasa Pashtun mereka tak tahu. Tahunya bahasa Indonesia dan bahasa daerah."

Saud menambahkan, risiko besar justru menanti. "Sudah 53 WNI meninggal, yang jadi bomber 4 orang," kata dia.

Masalahnya, kata dia, tak diketahui jumlah pasti berapa WNI yang sudah bergabung dengan ISIS. Sebab, mereka pergi dengan menyalahgunakan fasilitas haji dan umroh, juga perjalanan wisata, kunjungan keluarga, dan pendidikan, bahkan alasan mencari pekerjaan.

Di sisi lain, sejumlah militan dari luar negeri sudah masuk ke Indonesia, 9 di antaranya dari etnis Uyghur, 4 sudah ditangkap di Sulawesi Tengah dan 5 orang bergabung dengan Kelompok Santoso.

"Warga kita harus betul-betul waspada. Diharapkan masyarakat berpartisipasi. Belajar dari masa lalu, bukan masa bodoh," kata dia. (*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya