Liputan6.com, Roma - Vesuvius tak lantas diam setelah mengubur Pompeii dan Herculaneum dengan abu panasnya pada 79 Masehi, hingga nyaris menghapus dua kota kuno itu dari sejarah.
Berabad-abad setelahnya, gunung berapi itu meletus puluhan kali. Pada 1631, erupsinya yang dahsyat menewaskan ribuan manusia. Vesuvius kembali 'mengamuk' pada 18 Maret 1944, di tengah Perang Dunia II.
Pada hari itu, lava mengalir dari bibir kawah Vesuvius. Para tentara dan penerbang dari kesatuan 340th Bomber Group yang ditempatkan di pangkalan Pompeii Airfield -- yang letaknya hanya beberapa kilometer dari kaki gunung -- menjadi saksi.
Â
Baca Juga
Dengan ngeri dan cemas, para serdadu menyaksikan kilat sambar menyambar dan lava muncrat di atas Vesuvius. Telinga mereka menangkap gemuruh hebat, mengingatkan pada suara dentuman bom di medan tempur.
Tentara mengenakan jaket kulit dan helm baja untuk melindungi diri dari hujan abu panas dan lontaran batu-batu kecil. Tenda-tenda roboh atau terbakar tersulut percikan api.
Pada 22 Maret 2016, mereka terpaksa mengungsi, meninggalkan 88 jet tempur milik Sekutu. Letusan Vesuvius juga membebani pihak Sekutu yang harus merawat ribuan pengungsi kala langit malam, seluas cakrawala, berubah menjadi merah mengerikan, Â
Saat kondisi mulai tenang, para tentara kembali dan menemukan pesawat-pesawat tersebut sudah jadi bangkai.
Advertisement
Mesin pesawat itu tersumbat oleh abu, panel kontrol tak bisa digunakan karena kabel-kabelnya leleh dan menyatu, sementara atap jet-jet tempur itu bolong akibat lontaran batu panas.
Salah satu pilot 489th Bomber Squadron, dalam buku hariannya, memrotes siaran radio Axis Sally, yang didedikasikan bagi mereka yang selamat dari dari letusan Vesuvius. Sang penyiar mengatakan, 'Kolonel Vesuvius' telah menghancurkan mereka semua.
Faktanya, tak ada korban jiwa dari pihak tentara. Cedera terparah adalah pergelangan tangan terkilir selama evakuasi.
Seperti dikutip dari situs LiveScience, Kamis (17/3/2016), sang penulis buku harian mengungkapkan kebanggaannya atas apa yang dilakukan korpsnya untuk memulihkan kondisi.
Ia mengatakan, pada 15 April 1944, pesawat yang rusak telah diganti, 340th Bomber Group kembali ke kekuatan penuh dan siap menjalankan misi terbang dari pangkalan yang baru.
Apapun, tak hanya nestapa yang disebabkan Vesuvius. "Ia melapisi lahan dengan abunya yang berharga, membuat tanah subur, tanaman anggur tumbuh, menghasilkan wine," kata Direktur Mount Vesuvius Observatory, Profesor Giuseppe Imbo, seperti dikutip dari Time.
"Itu mengapa setelah erupsi, orang-orang kembali mendirikan rumah di lereng gunung. Itu mengapa mereka menyebut lereng Vesuvius sebagai compania felix -- tanah bahagia.
Selain meletusnya Vesuvius, 18 Maret menjadi penanda waktu sejumlah kejadian penting dalam sejarah.
Pada 1314, Jacques de Molay, Grand Master Ksatria Templar terakhir dieksekusi mati.
Sementara, pada 1068, gempa mengguncang Levant (wilayah Mediterania Timur) dan Semenanjung Arab. Bencana itu menyudahi sekitar 20 ribu nyawa manusia.
Pada 18 Maret 1996, kelab malam di Quezon City, Filipina terbakar hebat. Sebanyak 162 orang yang ada di dalamnya tewas.