Liputan6.com, Brussel - Satu dari dua anggota ISISÂ yang meledakkan diri di bandara Brussel ternyata pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung parlemen Eropa beberapa tahun lalu. Hal itu dikemukakan oleh badan Uni Eropa.
"Ia pernah bekerja saat liburan musim panas selama satu bulan di Gedung Parlemen pada 2009 dan satu bulan pada 2010," kata pernyataan UE, seperti dilansir dari News.com.au, Kamis (7/4/2016).
Baca Juga
Meski keterangan tersebut tidak menyebut nama, menurut sumber dari kantor berita Prancis, orang itu adalah Najim Laachraoui.
Advertisement
Pernyaataan itu datang setelah Perdana Menteri Belgia, Charles Michel menyerang balik kritik tentang bagaimana negaranya menangani keamanan.
Â
Baca Juga
Laachraoui dan bomber Ibrahim el-Bakraoui meledakkan diri di bandara Brussel, 12 tewas.
Laachraoui juga dicurigai sebagai pembuat bom di teror Paris November 2015 lalu. Hal itu diketahui dari DNA yang ditemukan di salah satu bahan peledak yang menewaskan 130 orang.
Parlemen Eropa mengatakan pemuda itu tidak memiliki catatan kriminal ketika ia bekerja di perusahaan kebersihan yang saat itu dikontrak oleh pemerintah.
"Seperti tertera dalam kontrak, perusahaan kebersihan memberikan surat keterangan bebas kriminal kepada yang saat itu memilih perusahaan itu untuk kerja di gedung Parlemen Eropa," ujar pernyataan itu.
Di satu sisi, Perdana Menteri Belgia mengakui kegagalan keamanannya saat penyerangan itu, namun menolak keras kritik internasional.
"Banyak orang bilang penangkapan Salah Abdeslam butuh beberapa bulan adalah sebuah skandal," kata Michel.
"Namun, jangan lupa, Bin Laden, yang dicari-cari oleh seluruh aparat sedunia, butuh 10 tahun menangkapnya setelah ia melakukan serangan 9/11 yang menewaskan 3 ribu orang di New York," tukas Michel.
Michel juga menyinggung kritikan Prancis atas kelambanannya sehingga bom meledak di Brussel. Ia mengatakan, polisi Prancis butuh empat tahun untuk mencari pembunuh ketua negara bagian di Pulau Corsica.
Michel mengatakan, negerinya telah menangkap 100 orang yang terlibat kegiatan teroris dalam satu tahun.
PM Michel juga mengatakan tak ada satu negara pun yang lolos dari serangan teroris. Namun ia menyayangkan negerinya dianggap gagal. Ia mengklaim Belgia adalah negara pertama yang memaksa negara-negara lain untuk bekerja sama intelijen.
"Sangat memungkinkan bagi Belgia makin mempererat kerja sama juga dengan negara lain, tapi saya tidak menerima negara gagal. Di Eropa, kami adalah negara yang paling gigih membuat strategi kerja sama intelijen. Sungguh salah jika mengatakan Belgia adalah titik terlemah dalam keamanan seantero Eropa," tutup Michel.