Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi tengah berada di Kunming, Tiongkok. Lawatan ke Negeri Tirai Bambu ini demi menghadiri Pertemuan Khusus ASEAN-China Foreign Ministers’ Meeting.
Perundingan tersebut membahas beberapa masalah penting. Termasuk di antaranya, kemajuan, prioritas dan future direction kemitraan ASEAN-RRT (Republik Rakyat Tiongkok), persiapan peringatan 25 tahun hubungan ASEAN-RRT, serta isu-isu kawasan seperti keadaan Laut China Selatan (LCS).
Baca Juga
Untuk masalah LCS, Retno menyatakan, siap menjaga stabilitas di perairan itu. Hal ini penting, agar target ekonomi yang dicanangkan negara ASEAN dan Tiongkok dapat tercapai.
Advertisement
"Oleh karena itu, para Menlu sepakat mengenai pentingnya pelaksanaan secara penuh dan efektif pelaksanaan DOC (Document of Conduct), serta pentingnya untuk secepatnya menyelesaikan Code of Conduct (CoC atau tata perilaku)," ujar Menlu Retno dalam keterangan pers kepada Liputan6.com, Selasa (14/6/2016).
Retno menyatakan dalam menyikapi kondisi LCS belakangan ini, Indonesia dipastikan telah mengeluarkan sikap, yaitu negara-negara harus menyadari pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982.
"Tanpa penghormatan terhadap hukum internasional maka perdamaian dan stabilitas akan sulit untuk diwujudkan," tegas Retno.
Pembahasan CoC antara Tiongkok dan ASEAN terkait 2526231 sudah berlangsung sejak medio tahun 2000. Dimulainya pembahasan tersebut karena ada beberapa negara ASEAN yang terlibat pertikaian dengan Tiongkok terkait Laut China Selatan.
Laut China Selatan sendiri tak bisa dimungkiri menjadi sumber masalah bagi Tiongkok dan beberapa negara di Asia Tenggara. Saling klaim di antara dua pihak kerap berujung memanasnya kondisi di lautan itu.
Walau tidak terlibat pertikaian dengan Tiongkok, RI sejak perundingan dimulai terus mendorong upaya perdamaian di Laut China Selatan. Salah satu upaya yang didorong Indonesia adalah penyelesaian kesepakatan CoC, Tiongkok-ASEAN.