Liputan6.com, Orlando - Istri kedua pelaku penembakan Orlando telah berbicara dengan FBI bahwa suaminya, Omar Mateen, mengatakan ingin melakukan serangan. Kendati demikian, perempuan itu tidak tahu-menahu rencana si suami untuk melakukan serangan paling mematikan dalam sejarah AS.
Penyidik FBI juga tidak percaya, kalau si istri pelaku, Noor Salman, adalah "tangan kanan" penyerangan yang telah menewaskan 49 orang pada hari Minggu, 12 Juni, di kelab malam Pulse, Orlando.
Namun, seperti dilansir dari CNN, Rabu (15/6/2016), pihak keamanan tengah mencari tahu apakah Salman dapat dikenai pasal kalau ia tahu niat pelaku, tetapi tak lapor ke penegak hukum.
Advertisement
Mateen dan Salman tinggal di Fort Pierce, Florida. Salman mengatakan kepada FBI kalau ia pernah melarang sang suami untuk tidak berbuat kekerasan. Kendati demikian, ia tidak tahu tentang rencana suaminya menyerang kelab LGBT itu.
Namun, sumber berbeda di FBI kepada CNN mengatakan, Salman tahu tentang niat Mateen untuk melakukan serangan.
Bahkan, diduga Salman menemani Mateen untuk melihat-lihat target sasaran. Namun, masih belum jelas bagaimana perempuan itu tahu niat suaminya.
Di awal Juni, Salman bersama Mateen--pelaku penembakan Orlando itu-- mengunjungi Pulse dan Disney Spring.
Salman dan Mateen juga pergi ke Disney World pada 26 April. Pihak Disney mengatakan kepada FBI, mereka percaya kunjungan pasangan itu, bersama anak laki-laki mereka, ke taman bermain terkenal itu untuk melakukan pengintaian.
Pun, kedatangan ke beberapa lokasi target dicurigai untuk melakukan pengintaian karena juga bertepatan dengan pembelian senjata oleh Mateen.
Berjam-jam sebelum melakukan pembantaian di kelab malam Pulse, Mateen juga dilaporkan mengunjungi Disney Springs sendirian.
Dilansir dari Daily Mail, FBI juga mendatangi rumah ibu dari Salman, di Rodeo, California. Di rumah itu, mereka menemui seorang perempuan yang diyakini ibunda Salman serta putri lainnya.
Kepada Daily Mail, perempuan diduga ibu Salman bernama Zahi mengatakan kalau keluarganya baik-baik saja.
"Kami baik-baik saja, tapi kami tak ingin mengatakan hal lain. Saya sedang menunggu anak perempuan saya dan kabar dari cucu saya. Kami akan baik-baik saja," kata perempuan itu dari balik pintu.
Tak lama setelah FBI pergi dari kota kecil yang sepi itu, tetangga Zahi, bernama Chuck Shurman, mendekati rumah itu dan meninggalkan seikat karangan bunga.
"Saya hanya ingin melakukan sesuatu untuk Zahi. Anda tak bisa bantu apa yang anak Anda telah perbuat. Saya kaget mendengar kabar itu," kata pria berusia 54 tahun.
Salman, adalah generasi kedua keluarga Amerika keturunan Palestina. Ia besar di Rodeo dan kebanyakan keluarga mereka tinggal di kota itu.
Keluarga itu hijrah ke AS tahun 1970-an dari Ramallah, Tepi Barat, Palestina.
Para tetangga Zahi mengatakan keluarga tersebut tak pernah bermasalah dan terlihat damai, hingga kasus penembakan Orlando itu merebak.