Saksi Penembakan Orlando: Pelaku Tertawa Setelah Menembak Korban

Norman Casiano satu-satunya orang yang selamat, setelah terjebak di kamar mandi bersama tersangka penembakan Orlando.

oleh Citra Dewi diperbarui 14 Jun 2016, 15:27 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2016, 15:27 WIB
Norman Casiano, korban selamat dari tragedi penembakan di klub Pulse, Orlando
Norman Casiano, korban selamat dari tragedi penembakan di klub Pulse, Orlando (CNN)

Liputan6.com, Orlando - Satu-satunya orang yang berhasil kabur dari tempat persembunyiannya di klub Pulse, membeberkan aksi sang pelaku penembakan Orlando, Omar Mateen.

Korban selamat tersebut adalah Norman Casiano (26 tahun). Ia mengalami 4 luka tembak di bagian punggungnya namun memutuskan untuk merangkak di atas jasad teman-temannya demi keselamatan dirinya.

Satu hari setelah tragedi penembakan Orlando, Casiano telah keluar dari rumah sakit dan menceritakan tentang aksi brutal yang terjadi pada Minggu dini hari, 12 Juni 2016.

Ketika mendengar tembakan pertama, Casiano seketika tiarap dan merangkak menuju kamar mandi. Pria tersebut lalu bersembunyi di bilik kamar mandi khusus pegawai di mana pengunjung lainnya berjejal dan meringkuk bersama karena ketakutan.

"Aku mulai menangis dan tak lama kemudian seorang pria berlumuran darah ambruk di depan pintu kamar mandi," ujar Casiano kepada Local 10 News.

Namun pria tersebut tak muat untuk masuk dari bawah pintu kamar mandi dan ruangan tersebut telah penuh sehingga tidak dapat dibuka. Tak lama berselang, Mateen masuk dan menembak pria itu untuk yang terakhir kalinya.

"Bagian menakutkan saat ia (Mateen) tak berkata apapun, dan yang menambah kengerian adalah setelah menembak pria, ia tertawa," cerita Casiano.

"Ia kemudian tertawa sambil menembak seluruh pintu kamar mandi. Saat itulah aku mendapat luka pertamaku," imbuhnya.

Para pengunjung yang berada di dalam kamar mandi pun memohon agar tak ditembak, namun hal tersebut tampaknya justru membuat Mateen terpacu. Ia kemudian memberondong tembakan dari atas bilik kamar mandi dan ke seluruh ruangan sebelum meninggalkan tempat tersebut.

"Ia tertawa terbahak-bahak ketika menembaki orang-orang. Ia tertawa 'ha, ha, ha' sambil menembak," ujar Casiano.

Omar Mateen (29), warga Amerika Serikat yang jadi tersangka penembakan massal di klub gay di Orlando, Amerika Serikat, Minggu (12/6). (Omar Mateen/Myspace)

Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (14/6/2016), sebanyak 30 orang meninggal atas aksi brutal di tempat tersebut. Casiano lalu merangkak di atas jasad teman-temannya dan berhasil kabur dengan 4 luka tembak.

Seorang pendeta setempat, Deyni Ventura, mengatakan bahwa selamatnya Casiano dari penembakan di Orlando adalah keajaiban.

"Tuhan bersama Norman (Casiano) pada hari itu, ulang tahunnya yang ke-26," ujar Ventura kepada Daily Mail.

"Ia tak tahu pasti bagaimana ketika keluar. Ia harus merangkak di atas jasad sahabat perempuan dan laki-lakinya mencari meminta perlindungan," imbuhnya.

Ketika berhasil keluar melalui sebuah lubang di tembok, ia langsung dihadang oleh polisi bersenjata.

"Ia berkata, 'aku bukan penembak, aku korban, aku korban,' ujarnya sambil mengangkat tangan dan polisi pun menghampirinya," jelas Ventura.

Keterangan Saksi Mata

Cerita dramatis lain datang dari seorang saksi mata. Ia bercerita bahwa terdapat pengunjung yang berhasil kabur namun memutuskan untuk kembali ke lokasi kejadian untuk mencari temannya setelah Mateen melepaskan tembakan.

Berdasarkan beberapa keterangan, timbul kemungkinan bahwa beberapa dari mereka yang kembali lagi ke tempat kejadian menjadi korban meninggal.

"Beberapa dari mereka kembali, memanggil nama mereka (temannya). Pada saat itu aku berpikir telah terjadi tabrakan mobil," ujar seorang saksi mata, David Ward.

"Aku melangkah keluar dan melihat beberapa orang keluar dari pintu belakang klub...Aku melihat mereka kabur ke jalan dan bersembunyi di semak-semak," tambah pria berusia 50 tahun tersebut.

Petugas membawa jenazah korban penembakan brutal saat olah TKP klub gay Pulse di Kota Orlando, Florida, AS, Minggu (12/6). Pelaku yang membawa senapan mesin jenis AR15 dan pistol sempat menyandera beberapa orang (Joe Raedle/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP)

Ia juga mengatakan bahwa petugas berwenang berusaha melakukan penyelamatan kepada para korban. Karena kondisi sangat kacau dan banyak korban terluka, mereka membawanya dengan menggunakan benda seadanya, seperti selimut atau terpal.

"Mereka menyeret para korban ke seberang jalan dan menempatkan mereka pada mobil pick up menuju rumah sakit."

"Beberapa dari pengunjung yang selamat diminta duduk di tanah dan ditodong dengan menggunakan senjata. Aku menduga bahwa hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah mereka merupakan pelaku atau korban,"

Sebelum pukul 05.00 pagi Ward melihat polisi mengendarai truk pendobrak besar dan memukul sebuah lubang di tembok klub Pulse.

Mobil polisi memenuhi jalanan di depan klub malam Pulse setelah tragedi penembakan pada Minggu pagi. Sumber : huffingtonpost.com

"Kami mendengar bahwa ada potensi bom yang berada di tubuh penembak atau di dalam gedung. Tepat pukul 05.00 aku sedang duduk dengan anak-anak perempuanku di sebuah sofa dan kemudian terdengar ledakan."

"Setelah itu kami tahu bahwa ledakan itu berasal dari bom terkontrol yang digunakan untuk menerobos tembok, tapi kekuatannya benar-benar besar sehingga mengguncang dinding dengan kuat," tuturnya.

Ward lalu menuju balkon rumahnya dan menyaksikan tim SWAT berteriak 'Go, go,go," ketika mereka menerobos klub tersebut.

"Peristiwa tersebut tak terbayangkan. Rasanya seperti 4 Juli (Hari Kemerdekaan AS). Lalu tak terdengar apa-apa. Jadi menurutku pada saat itu mereka telah membunuh si penyerang," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya