Ini 'Senjata Rahasia' Vladimir Putin agar Dicintai Banyak Orang?

Ada parameter untuk mengukur tanda vital dari politik Rusia: popularitas Vladimir Putin

oleh Irma Anzia diperbarui 17 Jun 2016, 07:15 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2016, 07:15 WIB
20160509-Perang-Dunia-II-Rusia-Reuters
Presiden Rusia, Vladimir Putin saat menghadiri upacara peletakan karangan bunga untuk menandai ulang tahun ke-71 dari kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II, di Moskow, Rusia, (9/5). (REUTERS /Maxim Shemetov)

Liputan6.com, Moskow - Setiap hari, garis merah itu bergerak ke atas dan ke bawah. Dalam beberapa minggu, garis itu dapat meningkat, dan minggu berikutnya menurun.

Garis itu mengukur tanda vital dari politik Rusia: popularitas Vladimir Putin. Di Kremlin, mereka menyebutnya reiting, pelafalan Rusia untuk kata 'rating' (peringkat). Dan reiting menguasai semua keputusan politik dan ekonomi di negeri itu.

Saat peringkatnya dianggap baik, seperti pada bulan Mei lalu dengan 82 persen, elit politik Rusia bernapas lega. Saat merosot hingga 62 persen, seperti pada tahun 2011 saat Vadimir mengumumkan kembalinya ia sebagai presiden untuk masa pemerintahan ketiga, segala upaya dikerahkan untuk memperbaiki peringkat itu.

Seperti yang dilakukan baru-baru ini, dengan mengadakan Olimpiade yang mewah atau dengan menyeret Rusia ke kancah perang di Ukraina dan Suriah.

Reiting dikumpulkan dari banyak sumber, termasuk badan pengawas khusus yang dibentuk Kremlin dengan tujuan untuk mengenali dan melenyapkan ketidakpuasan. Tapi satu tolok ukur yang paling terpercaya bukanlah yang diciptakan para pendukung Vladimir, melainkan oleh sekumpulan liberal dari era glasnost yang tengah dalam tekanan.

Lembaga itu bernama Levada Center, diambil dari nama almarhum pendirinya Yuri Levada, dan merupakan pusat jajak pendapat independen terakhir di Rusia. Biro itu didirikan pada tahun 1988, atas usulan mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev.

Tujuan dari pusat jajak pendapat tersebut adalah untuk melaporkan kebenaran, meskipun pahit, sebuah peran yang dengan luar biasa tetap dijalankan setelah beberapa generasi dalam situasi Rusia yang sungguh berbeda.

"Pemerintah Soviet tidak memiliki cukup cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat. Mereka perlu jawaban atas pertanyaan 'Apa yang sedang dibicarakan orang?' jika mereka ingin bertahan," ungkap Natalia Zorkina, anggota tim perdana Levada saat lembaga itu didirikan, seperti Liputan6.com lansir dari Newsweek, Kamis (10/6/2016). "Studi tentang opini publik semestinya menjadi institusi yang mendasari terbentuknya masyarakat yang demokratis."

Yang terjadi tidaklah demikian. Pemerintahan mantan Presiden Boris Yeltsin yang mewarisi kehancuran ekonomi Soviet dengan cepat mengetahui, berkat jajak pendapat Levada yang terperinci, bahwa pada pertengahan tahun 1990-an, mayoritas warga Rusia berpikir bahwa Yeltsin dan gerombolan reformisnya harus dipecat.

Saat itu, terjadi kepanikan di Kremlin, dan muncul pembicaraan tentang pembatalan pemilu. Namun sekelompok kecil raja media, editor, serta yang mengaku sebagai 'ahli teknologi politik' meyakinkan Kremlin agar mengambil langkah berbeda. Daripada menyerah pada tekanan opini publik, mereka menawarkan untuk membentuknya.

"Politik pada intinya adalah politik informasi," ungkap Gleb Pavlovsky, salah satu ahli teknologi politik pertama, yang menjadi arsitek utama dari aliansi antara biro jajak pendapat dan pemilik media, yang akhirnya berhasil membawa Vladimir Putin ke kancah kekuasaan pada tahun 2000. "Bagi kami, antara fakta dan persepsi tak ada bedanya."

Maka, pemikiran ajaib yang berkembang di rezim Putin saat ini telah lahir: Opini publik dapat dikendalikan dan dibentuk, dan bukan sesuatu yang perlu didengar.

"Pada pertengahan 1990-an, Kremlin mulai tak menghiraukan debat politik apa pun di forum publik," kata Natalia. "Karakter kekuasaan telah berubah. Dasar legitimasi Kremlin telah berubah, dari rakyat membuat pilihan demokratis dengan pilihan visi politik yang berbeda-beda menjadi bagaimana membuat sebanyak mungkin orang untuk mendukung pemimpin nasional. Opini publik awalnya merupakan dasar dari demokrasi, tapi kini hal itu telah menjadi alat otoritarianisme."

Levada Ceter menjadi kisah tentang perubahan Rusia dari demokrasi yang 'cacat' menjadi autokrasi yang dimaklumi. Dan pada inti sistem ini, terdapat metodologi yang dianggap Yuri Levada akan membawa kebebasan bagi Rusia - yaitu pengawasan yang hati-hati akan apa yang dipikirkan rakyat Rusia biasa tentang segala hal, mulai dari harga keju hingga 'imperialisme' Amerika, dari masalah pensiun dan pembuangan sampah, hingga misil nuklir dan Tuhan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya