Dalam Sepekan, 97 Demonstran Tewas Ditembak Polisi Ethiopia

Ratusan lainnya ditahan di pusat penahanan resmi, termasuk kantor polisi dan pangkalan pelatihan militer.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Agu 2016, 23:52 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2016, 23:52 WIB
Demonstran di Ethiopia. (Reuters)
Demonstran di Ethiopia. (Reuters)

Liputan6.com, Oromia - Setidaknya 97 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka ketika terjadi bentrok antara pasukan keamanan Ethiopia dan demonstran di seluruh bagian Oromia dan Amhara. Aparat dilaporkan menembakkan peluru ke arah pengunjuk rasa selama akhir pekan.

Data tersebut diperoleh Amnesty International dari sumber yang dapat dipercaya. Organisasi tersebut menyebut, ribuan pengunjuk rasa di dua daerah yang paling padat penduduknya di Ethiopia, menuntut reformasi politik, keadilan dan supremasi hukum.

"Pertumpahan darah terburuk, mungkin menambah daftar jumlah korban pembunuhan di luar kasus hukum di kota utara Bahir Dar. Setidaknya 30 orang tewas dalam satu hari," ungkap pihak Amnesty seperti dikutip dari BBC, Senin (8/8/2016).

Kelompok pembela hak asasi tersebut juga menyebut, sebanyak 67 demonstran diyakini tewas dalam protes yang berbeda di Oromia. Ratusan lainnya ditahan di pusat penahanan resmi, termasuk kantor polisi dan pangkalan pelatihan militer.

Pemerintah menyalahkan musuh asing dan aktivis media sosial, karena menentang peringatan terkait pengadaan protes yang tidak sah. Demikian lapor stasiun televisi yang berafiliasi pemerintah, Fana Broadcasting Corporate (FBC).

Pihak berwenang mengatakan bahwa demonstran menghancurkan pemerintah dan milik pribadi dan "menimbulkan kematian pada warga yang tidak bersalah". Penangkapan itu dilakukan agar menghentikan aksi kekerasan yang terjadi.

Kerusuhan itu dipicu November 2015 lalu, oleh rencana untuk memperluas ibu kota ke Oromia. Hal ini menyebabkan petani ketakutan atas kelompok etnis Oromo, yang terbesar di Ethiopia, akan mengungsi.

Rencana itu diurungkan, namun protes tersebut tak kunjung bergulir dan kian menyoroti isu-isu seperti marjinalisasi dan hak asasi manusia.

Kelompok pemantau hak asasi manusia yang berbasis di New York mengatakan, lebih dari 400 orang telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan sejak protes dimulai. Meski pemerintah telah membantah jumlah tersebut.

Amhara, kelompok etnis terbesar kedua Ethiopia merupakan pembentuk elit negara itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya