Tersangka Pelecehan Seksual Jadi 'Tamu Kehormatan' Donald Trump

Setelah mencela pendukung Hillary Clinton, Donald Trump juga punya tamu istimewa: eks anggota Kongres pelaku dugaan pelecehan seksual.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 11 Agu 2016, 13:25 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2016, 13:25 WIB
Eks Kongres Pelaku Pelecehan Jadi Tamu Kehormatan Donald Trump
Eks Kongres Pelaku Pelecehan Jadi Tamu Kehormatan Donald Trump (CNN)

Liputan6.com, Florida - Kampanye Hillary Clinton di Florida beberapa waktu lalu memicu kehebohan. Gara-garanya, Seddique Mateen, ayah pelaku penembakan Orlando, Omar Mateen--yang memberondong sebuah klub malam LGBT dan menewaskan 49 orang--hadir di sana.

Wajah Seddique Mateen, yang dilaporkan terobsesi dan berlagak menjadi Presiden Afganistan, tersorot kamera berada di belakang Hillary yang sedang berpidato.

Kendati tim kampanye Hillary mengatakan siapa saja boleh menghadiri acara itu, tetap saja insiden tersebut jadi bahan bulan-bulanan rivalnya, Donald Trump.

Namun, Donald Trump tak sadar saat ia mencela tamu tak diundang dalam kampanye Nyonya Clinton, ada sosok kontroversial yang duduk di belakangnya, duduk di kursi VIP.

Ia adalah eks anggota Kongres, Mark Foley yang mundur dari jabatannya dengan tidak hormat pada 2006 setelah ketahuan mengirim pesan-pesan bermuatan seksual kepada remaja 16 tahun.

"Saat kau dapat kursi di situ," kata miliarder itu sambil menunjuk deretan bangku di belakangnya. Trump sedang merujuk keberadaan Seddique Mateen di kampanye Hillary. "Anda kenal siapa yang sedang berkampanye. Anda kenal," ucap dia dalam kampanye di Sunshine, Florida seperti dikutip dari CNN, Kamis (11/8/2016).

Saat itulah, Foley tersorot kamera sedang tersenyum, bertepuk tangan, bahkan melambai ke arah Trump.

Sambil menengok ke belakang, Trump lalu berkata, "Ada beberapa orang di situ yang kenal dengan saya?" Foley, yang berada di kiri Trump, segera mengangkat tangannya.

Eks Kongres Pelaku Pelecehan Jadi Tamu Kehormatan Donald Trump (CNN)

Terkait kehadiran Foley di kursi VIP, tim kampanye Trump memilih tidak berkomentar.

Barisan bangku yang berada di belakang Trump, di mana Foley duduk, memiliki tanda "sudah dipesan" atau direservasi.

Selama kampanye yang berlangsung Rabu, 10 Agustus itu, Trump terus mencela Hillary karena ayah Omar Mateen, pelaku penembakan massal Orlando, duduk di belakang Nyonya Clinton.

"Tentu saja dia (ayah Omar Mateen) menyukai Hillary karena si 'bongkok' Hillary tak akan pernah mengucapkan kalimat 'teroris radikal Islam'," lanjut Trump.

Sementara itu, kepada Sun Sentinel, Foley mengatakan bahwa ia sengaja datang lebih awal agar dapat bangku utama--yang terlihat di belakang Trump saat disorot kamera TV.

Hal tersebut, kata dia, kerap ia lakukan dalam acara penyampaian pidato Ketua Senat AS, saat ia masih menjadi anggota Kongres.

Foley sebelumnya menyatakan dukungannya kepada Trump secara jelas. "Saya telah menjadi teman Tuan Trump semenjak 1987. Saya mengagumi apa yang telah ia lakukan. Ia calon pemimpin yang berbeda," kata dia.

Foley mundur diri secara tak terhormat dari Kongres pada 2006 setelah 12 tahun jadi anggota. Pengunduran dirinya terkait dengan pesan seksual kepada remaja 16 tahun.

Saat itu, Polisi Florida menginvestigasi kasus tersebut. Namun karena dianggap tidak ada cukup bukti, kasus tersebut tak sampai ke penuntutan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya