Liputan6.com, Jakarta Kematian penyanyi Prince hingga kini masih diselimuti misteri. Pria 57 tahun itu ditemukan tewas di lift di studio Paisley Park. Sebelumnya, ia membutuhkan pertolongan medis di jet pribadinya.
Namun, menurut para penggemar teori konspirasi, Prince 'ditewaskan', karena ia terlalu banyak tahu. Salah satunya, adalah pria kelahiran Minnesotta itu mengetahui serangan teroris 11 September, 3 tahun sebelum tragedi itu.
Penyanyi dengan nama asli Prince Rogers Nelson juga telah memperingatkan tentang teori konspirasi tentang chemstrails atau jejak kimia yang bermaksud membunuh umat manusia.
Advertisement
Selain itu, Prince secara terselubung telah mengatakan kepada penggemarnya bahwa kematiannya akan diselimuti misteri.
Prince menulis dalam Instagramnya beberapa minggu sebelum meninggal, "ketika kau berpikir dirimu aman...," demikian seperti dilansir Daily Star, Selasa (6/9/2016).
Terkuak dalam sebuah rekaman albumnya yang dirilis secara online pada tahun 1998, bintang pop itu memprediksi akan ada bencana di New York dan Washington tahun 2001.
Lagu itu direkam saat ia tengah naik panggung di Utrech, Belanda 23 Desember 1998. Ia bernyanyi, "I got to go back to America. I got to get ready for the bomb."
"I got to go back to America. I got to get ready for the bomb. Osama bin Laden, get ready to bomb."
"Aku harus kembali ke AS. Aku harus bersiap untuk bom. Osama bin Laden siap untuk mengebom... "
"America, America you’d better watch out. 2001 hit me"
Terbukti, teror 9/11Â didalangi oleh Al Qaeda atas perintah Osama bin Laden. Itu adalah serangan paling mematikan dalam sejarah AS.
Berikut rekaman lagu Prince:
Dalam sebuah wawancara dengan host Tavis Smiley, setelahnya lagu itu bergema, Prince secara terbuka mengatakan bahwa ada konspirasi jejak kimia oleh pemerintah AS terhadap warganya.
Prince dan para penggemar konspirasi percaya bahwa pemerintah AS secara rahasia telah menyemprotkan cairan kimia di lingkungan tertentu dengan kapal terbang untuk menciptakan perang. Sekaligus untuk mengontrol populasi warganya. Benarkah demikian?