Dianggap Bantu Rusia 'Siapkan' Kapal Perang, Spanyol Dikecam

Politisi dan tokoh militer mengutuk dukungan Spanyol yang dianggap telah mempersiapkan pengisian bahan bakar armada kapal perang Rusia.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Okt 2016, 13:10 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2016, 13:10 WIB
Kapal induk Admiral Kuznetsov dan kapal perang Peter the Great milik Rusia
Kapal induk Admiral Kuznetsov dan kapal perang Peter the Great milik Rusia (Norwegian Navy)

Liputan6.com, Madrid - Spanyol menghadapi kemarahan dari dunia internasional karena dianggap telah mempersiapkan pengisian bahan bakar armada kapal perang Rusia yang sedang meningkatkan serangan terhadap Aleppo.

Politisi dan tokoh militer mengutuk dukungan anggota NATO tersebut. Ketua organisasi internasional itu pun mengatakan, Pemerintah Spanyol harus memikirkan kembali soal aksinya itu.

Armada kapal perang yang dipimpin kapal induk Admiral Kuznetsov itu akan mengisi bahan bakar dan persediaan di pelabuhan Ceuta, yakni wilayah Spanyol di Afrika Utara, setelah melewati Selat Gibraltar pada Rabu 26 Oktober 2016  pagi waktu setempat.

Pejabat NATO menduga armada tersebut kemudian melanjutkan pelayarannya ke Mediterania timur dan meningkatkan serangan udara mereka dengan menargetkan Aleppo, Suriah, di mana 270.000 warga terjebak di sana.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa armada kapal yang pekan lalu melewati Selat Inggris itu bisa saja digunakan untuk mengebom warga sipil.

"Ini merupakan keputusan setiap negara apakah kapal-kapal ini bisa mendapatkan pasokan dan mengisi bahan bakar di sejumlah pelabuhan sepanjang rute menuju Mediterania timur," ujar Stoltenberg.

"Namun pada saat yang sama kami khawatir, dan saya telah menyatakannya dengan jelas, tentang potensi penggunaan ini untuk meningkatkan kemampuan Rusia dan menjadi platform serangan udara yang ditujukan kepada Suriah."

"Ini adalah sesuatu yang telah saya sampaikan dengan jelas sebelumnya dan saya ulangi lagi kekhawatiran itu pada hari ini. Saya meyakini bahwa semua sekutu NATO sadar akan kelompok pertempuran ini yang dapat digunakan untuk melakukan serangan udara terhadap Aleppo dan Suriah," imbuh dia.

Spanyol secara rutin telah melakukan pengisian bahan bakar pada kapal perang Rusia di pelabuhan Afrika Utara, yang disebut tidak tercakup oleh perjanjian NATO. Setidakya 60 kapal militer Rusia telah melakukan pemberhentian sementara di tempat tersebut sejak April 2010, ketika pangkalan laut itu dibuka untuk melayani kapal dari negara-negara lain.

Kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov disebut mampu mengangkut 50 jet tempur (Reuters)

Mantan Menteri Pertahanan Inggris Gerald Howarth mengatakan, anggota NATO sepenuhnya tidak pantas untuk mengisikan bahan bakar kapal Rusia.

"Rusia telah dituduh melakukan pengeboman tanpa pandang bulu di Aleppo dan Suriah dan tak pantas untuk memberikan bantuan militer," ujar Howarth seperti dikutip dari The Telegraph, Rabu (26/10/2016).

Mantan Perdana Menteri Belgia Guy Verhofstadt juga mengomentari hal tersebut dengan menulis dalam akun Twitternya. "Spanyol menandatangani pernyataan Uni Eropa tentang kejahatan perang Rusia di Aleppo pekan lalu; hari ni mereka membantu mengisi bahan bakar armada dalam rute untuk melakukan kekejaman lebih. Serius?"

Menanggapi hal itu Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan, permintaan dari Angkatan Laut Rusia tergantung pada situasi tertentu.

"Kapal induk Angkatan Laut Rusia telah membuat panggilan di Spanyol selama bertahun-tahun," ujar juru bicara Spanyol.

"Permintaan docking terbaru sedang direvisi menurut informasi yang kami terima dari sekutu dan pejabat Rusia," imbuh dia.

Mantan Kepala Direktorat Perjanjian Internasional Kementerian Pertahanan Rusia, Letnan Jenderal Evgenny Buzhinsky, mendeskripsikan pemberhentian di Spanyol sebagai sesuatu yang rutin.

"Selama pemerintahan Spanyol belum melarang, itu adalah hal komersial seperti kapal lain yang berhenti untuk mengambil persediaan, bahkan jika itu menyangkut kapal militer," ujar Buzhinsky.

Ia mengatakan buka hal biasa bagi kapal angkatan Laut Rusia untuk mengambil pasokan di negara-negara NATO, termasuk Yunani dan Italia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya