Liputan6.com, Bab al-Nayrab - Krisis Suriah masih terus mengorbankan anak-anak. Kali ini beredar gambar dua bocah Suriah berpelukan sambil menangis, setelah mereka mendengar bahwa saudara lelaki mereka meninggal dunia. Memilukan.
Dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (27/8/2016), pasukan pemerintah Suriah menghujani Bab al-Nayrab di pinggiran Aleppo dengan bom barel -- bom TNT berbentuk drum atau galon yang ditembakkan dari bagian belakang helikopter. Serangan menewaskan setidaknya 15 orang.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu korban 'hujan' bom pada Rabu lalu itu adalah seorang anak lelaki yang kematiannya ditangisi begitu memilukan oleh dua saudara kandungnya. Dalam rekaman video yang beredar, terlihat keduanya bercucuran air mata, mengharukan.
Foto keduanya yang tersebar di dunia maya juga menyiratkan kesedihan mendalam mereka.
Seorang dokter di daerah itu mengatakan bahwa bom dijatuhkan dari sebuah helikopter dan menghancurkan beberapa gedung.
Rezim Suriah dituduh menggunakan bom barel di daerah-daerah yang dikendalikan pihak pemberontak. Kelompok pemberontak dan ISIS ditengarai tidak memiliki bom sejenis itu.
Berikut ini cuplikan kesedihan kedua bocah lelaki tersebut:
Kisah kematian yang ditangisi dua bocah ini muncul setelah sepekan lalu dunia dikejutkan oleh foto bocah bernama Omran Daqneesh (5) yang ditolong dari reruntuhan.
Daqneesh terlihat berlumuran debu dengan luka-luka di sekujur tubuh. Saat itu, Ali, abangnya yang berusia 10 tahun, meninggal dalam serangan.
Pengamat HAM Suriah yang berkedudukan di London mengatakan 4 wanita juga tewas dalam serangan bom pada Rabu lalu di Bab al-Nayrab tersebut.
Sebuah laporan menyebutkan bahwa pemerintah Bashar al-Assad yang berkuasa berada di belakang pengeboman. Tapi, baik sang Presiden maupun pemerintahannya membantah menggunakan bom gentong.
Menurut PBB, Rusia mendukung rencana gencatan senjata selama 48 jam di sekeliling kota untuk memberi jalan kepada bantuan kemanusiaan. Namun demikian, rencana ini masih harus disetujui oleh para petempur.
Kisruh di Bab al-Nayrab terjadi sesaat setelah PBB menerbitkan laporan yang mempersalahkan rezim Assad untuk serangan-serangan terhadap warga sipil dengan menggunakan gas klorin pada 2014-2015. Gas itu tergolong senjata terlarang.
Selain itu, rezim Suriah berulang kali dituduh menjatuhkan perangkat ledak mentah yang dibungkus dengan serpihan tajam dan ditempatkan dalam barel atau tong besi.
Assad membantah praktik itu sebagaimana ia membantah penggunaan senjata kimia.
Lebih dari 290.000 orang telah kehilangan nyawa di Suriah sejak konflik bermula pada 2011. Moskow pun turun tangan membantu pihak pemerintah.
Para pendukung ISIS menguasai beberapa bagian negeri tersebut. Para petempur mantan Al Nusra yang terkait Al Qaeda juga terlibat di sana.