Liputan6.com, Bali - Pertemuan pejabat tinggi atau senior official meeting (SOM) negara-negara anggota Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia yang berlangsung pada 25-26 Oktober di Nusa Dua, Bali, resmi ditutup. IORA Concord, dokumen strategis yang bertujuan memperkuat regionalisme dan kerja sama konkret antar-negara anggota pun telah rampung dibahas.
"Meeting SOM sudah ditutup. Hasil konkretnya akan disampaikan besok dalam pertemuan tingkat menteri IORA untuk selanjutnya dibawa ke KTT yang akan diselenggarakan pada 5-7 Maret 2017," ujar Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Desra Percaya di Nusa Dua, Bali, Selasa (26/10/2016).
Terkait dengan IORAÂ Concord, nantinya kesepakatan yang sudah dicapai pada level SOM akan dibawa ke tingkat menteri untuk selanjutnya disahkan oleh para kepala negara. Dokumen strategis ini akan 'dibuka' ke publik pada Maret 2017.
Advertisement
Desra menambahkan, hal lain yang juga turut dibicarakan dalam pertemuan SOM hari ini adalah soal Bali Communique yakni hasil dari pertemuan tingkat menteri besok.
"Selain itu kita juga mengajukan declaration on gender equality dan women empowerment yang akan diadopsi besok pada pertemuan tingkat menlu," imbuh Desra.
Setelah menutup SOM, Desra memimpin pertemuan IORA dengan lima negara yang menjadi mitra dialog yakni China, Prancis, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan juga Jepang.
"Masing-masing melihat ada keperluan untuk meningkatkan kerja sama pada enam fokus utama IORA dan dua cross cutting issue (women empowerment dan blue economy). Kedua, juga disepakati bahwa dialog seperti ini perlu ditingkatkan pada berbagai level," jelas diplomat yang pernah menjadi utusan Indonesia untuk PBB tersebut.
Diskusi dengan mitra dialog juga diwarnai dengan pembahasan sejumlah isu lainnya seperti upaya meningkatkan kapasitas usaha kecil dan menengah di Yaman dan Somalia--dua negara IORA yang tengah dilanda konflik--serta ada keperluan untuk memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan Samudra Hindia.
Di sela-sela rangkaian pertemuan, Desra juga menjalin pembicaraan bilateral dengan delegasi dari China dan AS.
"Pertemuan saya dengan delegasi Tiongkok yang diwakili oleh Dirjen Urusan Afrika Kementerian Luar Negeri, Lin Songtian selain membahas isu-isu bilateral juga kembali menekankan pentingnya kerja sama China-IORA. China menawarkan kerja sama infrastruktur kemudian juga pembangunan capacity building," kata Desra.
"Selanjutnya, dalam pertemuan dengan perwakilan AS, Asisten Deputi Urusan Asia Tengah dan Selatan, Manpreet S. Anand ada perhatian soal keamanan dan stabilitas di kawasan Samudra Hindia dan juga engagement antara AS-IORA. Tapi pada dasarnya, baik China mau pun AS sama-sama menekankan pentingnya menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan lautan Hindia. Mereka juga memberikan perhatian pada maritime security and safety," jelasnya.
IORA merupakan satu-satunya forum kerja sama di kawasan Samudra Hindia yang beranggotakan 21 negara, yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Uni Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Comoros, dan Yaman.
Ada enam isu yang menjadi prioritas platform ini, yaitu keamanan dan pertahanan maritim, manajemen perikanan, fasilitas perdagangan dan investasi, kerja sama akademik dan IPTEK, promosi pariwisata dan sosial budaya.
Terdapat pula isu-isu non-tradisional seperti Illegal, Unreporterd, Unregulated (IUU) fishing, perdagangan manusia, peredaran narkoba dan obat terlarang, imigran, dan pembajakan.
Indonesia saat ini memegang jabatan ketua IORAÂ periode 2015-2017. Selanjutnya, estafet kepemimpinan organisasi ini akan dilanjutkan Afrika Selatan.