Bangkai Pesawat MH370 'Menampakkan Diri' di Google Earth?

Selama bertahun-tahun para penyelidik menyisir Samudera Hindia, untuk menemukan MH370.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Nov 2016, 19:42 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2016, 19:42 WIB

Liputan6.com, Perth - Selama bertahun-tahun para penyelidik menyisir Samudera Hindia, untuk menemukan keberadaan Malaysia Airlines MH370 yang hilang secara misterius pada Sabtu 8 Maret 2014. Namun, pesawat itu tak kunjung ditemukan.

Hanya beberapa puing yang diduga kuat bagian dari kapal terbang nahas itu yang 'dimuntahkan' lautan.

Namun, seorang penyelidik independen mengaku menemukan sejumlah puing melalui aplikasi Google Earth.

Ahli statistik asal Amerika Serikat, Mike Chillit mengamati perairan antara Pulau Saint Brandon, sekitar 430 kilometer dari Mauritius -- enam bulan setelah kapal terbang Negeri Jiran itu menghilang.

Ia memposting serangkaian gambar pada situsnya dan Twitter pada Senin 28 November 2016, yang menunjukkan sejumlah objek yang diyakininya sebagai Boeing 777 yang mengangkut 239 orang itu.

Chillit mengombinasikan kemungkinan posisi puing-puing, pengetahuannya soal arus dan temperatur, untuk mempersempit lokasi pencarian.

"Saya belum mencoba menggunakan Google Earth untuk mencari ini sebelumnya, selain Reunion di mana teradapat penampakan puing seminggu sebelum flaperon ditemukan (pada Juli 2015)," kata Chilllit, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (28/11/2016).

Puing MH370 diduga menampakkan diri di Google Earth

Semua puing sejauh ini ditemukan di pantai timur Afrika, dekat Madagaskar dan Mozambik. Menurut Chillit, Saint Brandon belum pernah diperiksa.

Analisis ilmiah memperkirakan, teritip mulai menempel di flaperon -- yang tumbuh di perairan yang lebih hangat daripada di wilayah pencarian saat ini.

Chillit yakin, Malaysia Airlines jatuh lebih jauh ke utara daripada zona pencarian saat ini. Ia menyampaikan petisi kepada PM Australia Malcolm Turnbull untuk memindahkan area pencarian.

Ia juga mencoba menggalang dana untuk pencarian privat di dekat Batavia Seamount dan Zenith Plateau, di lepas pantai Exmouth.

Chillit juga berusaha mengontrak perusahaan khusus pencarian laut dalam, Williamson and Associates untuk mencari MH370, namun gagal. "Aku berusaha untuk tidak terlalu serius. Namun, ini sangat berharga untuk diinvestigasi," kata dia.

Biro Keamanan Transportasi Australia saat ini mempersiapkan naskah laporan pencarian yang menyarankan 'redefinisi' area pencarian.

Namun, tak ada dana tersedia untuk penyisiran di luar zona pencarian saat ini yang luasnya 12 ribu kilometer persegi. Pemerintah Malaysia, China, dan Australia tak akan mendukung pendanaan hingga ditemukan bukti baru yang meyakinkan.

Bunuh Diri atau Aksi Heroik?

MH370 diduga 'terjun' ke laut dalam kondisi tidak terkontrol, di titik yang jauh melenceng dari rutenya, Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China.

Sejumlah spekulasi beredar soal mengapa MH370 jatuh di titik yang keluar dari jalur yang direncanakan. Ada yang berpendapat, sang pilot, Zaharie Ahmad Shah sengaja membuat pesawat itu celaka.

Tapi sebuah teori baru mengatakan, hilangnya MH370 merupakan tindakan heroik yang dilakukan oleh pilot. Hal itu dikemukakan oleh penggemar penerbangan asal Australia, Michael Gilbert.

Menurutnya, pesawat tersebut mengalami kebakaran di tengah penerbangan, sehingga menyebabkan pilot Zaharie Ahmad Shah berusaha mencegah jet yang dikemudikannya jatuh di daerah padat penduduk.

Gilbert menghabiskan 18 bulan untuk menyelidiki masalah teknis yang menyebabkan hilangnya MH370 secara misterius. Ia melihat catatan perawatan dan sejarah penerbangan pesawat 9M-MRO untuk mendukung teorinya bahwa rusaknya pemanas kaca depan memicu kebakaran.

Kapten Zaharie Ahmad Shah (News.com.au)

Dikutip dari Daily Mail, Gilbert menemukan bahwa 9M-MRO pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines yang dioperasikan seperti MH370 memiliki risiko tinggi mengalami kegagalan pemanas kaca depan.

"Kebakaran di pemanas kaca depan dapat menjelaskan baik hilangnya sinyal transponder dan gangguan komunikasi satelit," ujar Gilbert dalam hipotesisnya.

Gilbert menduga, kebakaran di MH370 memaksa pesawat mengalihkan penerbangannya ke Penang, dan kebocoran oksigen di kokpit menyebabkan api menyebar dengan cepat.

"Saat asap terlihat, bau terbakar, atau kebakaran, reaksi awal awak kabin adalah memakai masker oksigen mereka," jelasnya dalam hipotesis.

"Saya menduga bahwa kapten pada tanda pertama terjadinya bahaya, yakni asap, bau terbakar atau kebakaran, reaksi awal awak akan mengenakan masker oksigen mereka," jelasnya di hipotesisnya.

Saya menduga bahwa kapten keluar dari tempat duduknya untuk mengambil pemadam kebakaran di kokpit dan memadamkan api."

"Pilot akan menyadari bahwa tidak ada kesempatan untuk menerbangkan pesawat secara manual. Tidak ada alat, itu terjadi saat malam, tidak ada Bulan, ia hanya bisa memanfaatkan kokpit untuk jangka waktu singkat dan persediaan oksigen yang berkurang."

Gilbert meyakini bahwa pilot memilih untuk mengarahkan pesawat ke tempat yang lebih aman, yakni menjauhi lokasi padat penduduk.

"Pada akhir penerbangan, saya percaya bahwa MH370 kehabisan bahan bakar...dan terjun sekitar 200 kilometer di luar area pencarian saat ini," jelas Gilbert.

Mana yang benar, tak diketahui. MH370 masih menjadi misteri besar yang belum terkuak.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya