Liputan6.com, Canberra - Pesawat Malaysian Airlines dengan nomor penerbangan MH370Â menghilang pada 8 Maret 2014. Jet nahas yang berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China itu membawa penumpang dan kru sebanyak 239 orang.
Boeing 777-200ER tersebut melenceng dari rute awalnya, kemudian jatuh di Samudra Hindia.
Baca Juga
Â
Advertisement
Sejumlah spekulasi beredar soal mengapa MH370 jatuh di titik yang keluar dari jalur yang direncanakan. Ada yang berpendapat, sang pilot sengaja membuat pesawat itu celaka.
Tapi sebuah teori baru mengatakan, hilangnya MH370 merupakan tindakan heroik yang dilakukan oleh pilot. Hal itu dikemukakan oleh penggemar penerbangan asal Australia, Michael Gilbert.
Menurutnya, pesawat tersebut mengalami kebakaran di tengah penerbangan, sehingga menyebabkan pilot Zaharie Ahmad Shah untuk mencegah jet yang dikemudikannya jatuh di daerah padat penduduk.
Gilbert menghabiskan 18 bulan untuk menyelidiki masalah teknis yang menyebabkan hilangnya MH370 secara misterius. Ia melihat catatan perawatan dan sejarah penerbangan pesawat 9M-MRO untuk mendukung teorinya bahwa rusaknya pemanas kaca depan memicu kebakaran.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (15/11/2016),  Gilbert menemukan bahwa 9M-MRO pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines yang dioperasikan seperti MH370 memiliki risiko tinggi mengalami kegagalan pemanas kaca depan.
"Kebakaran di pemanas kaca depan dapat menjelaskan baik hilangnya sinyal transponder dan gangguan komunikasi satelit," ujar Gilbert dalam hipotesisnya.
Gilbert menduga, kebakaran di MH370 memaksa pesawat mengalihkan penerbangannya ke Penang, dan kebocoran oksigen di kokpit menyebabkan api menyebar dengan cepat.
"Saat asap terlihat, bau terbakar, atau kebakaran, reaksi awal awak kabin adalah memakai masker oksigen mereka," jelasnya dalam hipotesis.
"Saya menduga bahwa kapten pada tanda pertama terjadinya bahaya, yakni asap, bau terbakar atau kebakaran, reaksi awal awak akan mengenakan masker oksigen mereka," jelasnya di hipotesisnya.
"Saya menduga bahwa kapten keluar dari tempat duduknya untuk mengambil pemadam kebakaran di kokpit dan memadamkan api."
"Pilot akan menyadari bahwa tidak ada kesempatan untuk menerbangkan pesawat secara manual. Tidak ada alat, itu terjadi saat malam, tidak ada Bulan, ia hanya bisa memanfaatkan kokpit untuk jangka waktu singkat dan persediaan oksigen yang berkurang."
Gilbert meyakini bahwa pilot memilih untuk mengarahkan pesawat ke tempat yang lebih aman, yakni menjauhi lokasi padat penduduk.
"Pada akhir penerbangan, saya percaya bahwa MH370 kehabisan bahan bakar...dan terjun sekitar 200 kilometer di luar area pencarian saat ini," jelas Gilbert.
Konsultan keselamatan penerbangan Amerika Serikat, Kapten John Cox mengatakan, teori tersebut merupakan suatu kemungkinan.
"Seperti banyak teori, saya pikir teori itu telah dibanjiri banyak bukti," ujar Kapten Cox.
"Tapi itu layak dipertimbangkan karena Gilbert teliti dalam penelitiannya," imbuh Cox.
Teori yang dikemukakan Gilbert muncul beberapa bulan setelah terdapat spekulasi bahwa pilot sengaja menjatuhkan pesawat ke samudra sebagai upaya bunuh diri, menyusul dugaan adanya masalah pribadi terkait keretakan pernikahan.