Mengunjungi Pesantren yang Berdiri Harmonis di Tengah Umat Hindu

Terdapat 16 guru beragama Hindu yang mengajar Pondok Pesantren Bali Bina Insani yang berlokasi di Tabanan, Bali.

oleh Citra Dewi diperbarui 09 Des 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 13:30 WIB
Para santriwati Bali Bina Insani melantunkan salawat Al Banjari yang diiringi dengan hadrah dan gamelan
Para santriwati Bali Bina Insani melantunkan salawat Al Banjari yang diiringi dengan hadrah dan gamelan (Liputan6.com/Citra Dewi)

Liputan6.com, Tabanan - Dalam Bali Democracy Forum IX hari kedua, para peserta forum diskusi tingkat internasional itu melakukan site visit ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani. Salawat Al Banjari yang diiringi dengan hadrah dan gamelan, menyambut para peserta dan rombongan di ponpes yang berlokasi di Tabanan tersebut.

Hadrah dan gamelan yang mengiringi salawat merupakan sebagai bentuk akulturasi. Tak hanya itu, para santri yang tampil mengenakan kemeja bercorak batik dan dilengkapi sarung bali.

Menurut Ketua Yayasan Bali Bina Insani La Royba, Ketut Imanudin Jamal, ponpes yang dipimpinnya adalah lembaga yang mengajarkan kebersamaan dan toleransi atas ciptaan manusia untuk bersaudara.

"Alquran jelas mengatakan bahwa penciptaan manusia untuk saling menyayangi dan memberikan. Di dalam Hadist juga dijelaskan bahwa perbedaan bangsa dan negara adalah sebuah karunia bagi kita," ujar Jamal dalam pidatonya pada Jumat (9/12/2016).

Berdasarkan keterangannya, terdapat 16 guru beragama Hindu yang mengajar di Pondok Pesantren Bali Bina Insani. Bahkan di Madrasah Aliyah, 50 persen pengajarnya beragama Islam dan sisanya bergama Kristen.

"Kami biasa di sini antara yang Islam, Hindu, Buddha, dan sebagainya. Betapa indah sebuah perbedaan. Pelangi indah karena warna warni. Taman indah karena tanaman. Plurasime dan kebhinekaan adalah sebuah keniscayaan," kata Jamal.

Ia juga menambahkan, 340 santri dan santriwatinya diajarkan soal Panca Jiwa, yakni keikhlasan, loyalitas, integritas, persaudaraan, kesederhanaan.

Di hadapan para peserta yang berasal dari puluhan negara, Jamal mengungkapkan bahwa di Pondok Pesantren Bali Bina Insani, pluraslime bukanlah sekedar ide tapi sudah menjadi fakta.

"Orang luar berbicara toleransi sebagai sebuah ide dan cita-cita. Tapi di sini adalah sebuah fakta," ujar dia.

Tabanan merupakan sebuah kabupaten di Bali yang wilayahnya terdiri dari Gunung, sawah, dan pantai yang biasa disebut Nyegara Gunung--laut dan gunung satu kesatuan tak terpisahkan.

Menurut Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti, Tabanan merupakan tempat bagi Tri Hita Karana, yakni hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan lingkungan.

"Kami sangat bangga karena bisa menjaga harmonis agama di wilayah kami, yang menciptakan kedamaian hudup di antara pemeluk agama berbeda," ujar Wiryastuti.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia Bali Democracy Forum yang menjadikan Tabanan sebagai contoh aktivitas mereka," imbuh dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya