7-1-1980: Indira Gandhi Kembali Duduki Kursi Perdana Menteri

Kemenangan Indira disebut mengejutkan mengingat rakyat Negeri Hindustan menolak kediktatoran darurat yang dicanangkannya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 07 Jan 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2017, 06:00 WIB
Perdana menteri perempuan pertama di India, Indira Gandhi
Perdana menteri perempuan pertama di India, Indira Gandhi (The Daily Star)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat di hari ini, 37 tahun lalu, masyarakat India berpartisipasi dalam salah satu pemilu paling bersejarah.

Hasilnya pun mengejutkan, rakyat India memilih untuk tetap dipimpin Perdana Menteri petahana, Indira Gandhi.

Sebelum pemilu dimulai, sejumlah pengamat politik di India meragukan Indira dapat kembali memenangkan pemilihan. Pasalnya, kurang dari tiga tahun rakyat Negeri Hindustan tersebut menolak 'kediktatoran darurat' yang diluncurkan Indira.

Dalam pemilu tersebut, organisasi politik tempat Indira bernaung Partai Kongres berhasil merebut 351 kursi dari 525 yang direbutkan di majelis rendah Lok Sabha.

Kemenangan tersebut semakin manis setelah dua partai oposisi, Janata dan Lok Dal gagal merebut ambang batas 54 kursi untuk jadi oposisi resmi.

Setelah resmi menang, Indira  menunjuk anaknya Sanjay untuk memimpin sementara Partai Kongres. Penunjukan ini merupakan salah satu peristiwa paling kontroversial.

Alasannya, Sanjay diduga membuat beberapa pelanggaran saat ibunya berkuasa. Termasuk penyalahgunaan kekuasaan.

Pemilu 1980 merupakan pesta demokrasi ketiga yang dimenangi Indira. Slogan kampanyenya untuk membasmi kemiskinan dan menegakan hukum jadi faktor penentu kemanangannya.

Perempuan berusia 62 tahun tersebut selama 63 hari masa kampanye tiap hari menyampaikan 20 pidato di sejumlah tempat berbeda.

Total ia mengunjungi 384 wilayah konstituen di seluruh India. Demikian dilansir dari BBC History, Sabtu (7/1/2016).

Pidato kemenangan Indira pertama kali setelah pengambilan sumpah menjadi sorotan saat itu. Sebab, ia berbicara mengenai pengampunan kepada lawan politiknya.

"Kehancuran negara ini harus segera diangkat," sebut Indira.

Meski mulai menunjukan sikap lunak, langkah itu tidak ditampilkan Indira saat melawan kelompok pemberontak. Pada 1984 dirinya memerintahkan, penyerangan terhadap Kuil Emas di Amritsar.

Penyerangan tersebut dilakukan demi membasmi milisi Sikh di Punjab yang memiliki tujuan memisahkan diri dari India.

Namun, sayang dua bulan kemudian, Indira dibunuh oleh pengawalnya yang ternyata juga pengikut Sikh.

Pada tanggal yang sama pada 1979, penguasa Kamboja yang kejam Pol Pot berhasil digulingkan. Pol Pot dilengserkan oleh militer Vietnam.

Selain itu masih di 7 Januari di tahun 1984, Brunei Darussalam resmi masuk jadi negara ke-6 anggota ASEAN.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya