Menemukan Penyandang Disabilitas di Baduy Perlu Kolaborasi Lintas Sektor

Dalam kunjungan ke Baduy Luar, epidemiolog ini tak temukan anak-anak disabilitas. Perlu upaya pencarian sistematis dan lintas sektor.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Jan 2025, 10:45 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 10:45 WIB
Berkunjung ke Baduy Luar, Pakar Belum Temukan Masyarakat Adat yang Menyandang Disabilitas
Berkunjung ke Baduy Luar, Pakar Belum Temukan Masyarakat Adat yang Menyandang Disabilitas. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Dicky Budiman baru-baru ini mengunjungi suku Baduy Luar di Lebak, Banten. Menurut pantauannya selama kunjungan, ia tidak melihat adanya anak disabilitas di tengah masyarakat Baduy Luar.

“Saya alhamdulillah tidak atau belum menemukan anak-anak dengan disabilitas di Baduy dan mudah-mudahan tidak ada. Biasanya kalau disabilitas juga terkait dengan faktor genetika atau termasuk masalah asupan gizi yang memadai selama ibu hamil atau masa pertumbuhan,” kata pria asal Lebak itu kepada Disabilitas Liputan6.com lewat pesan suara dikutip Jumat (3/1/2025).

“Kalau dari yang kemarin di Baduy Luar ini saya tidak mendeteksi namun karena ini mungkin jumlahnya (penduduk) banyak yah, ribuan, untuk menemukan ini (difabel) perlu upaya yang lebih sistematis dan serius yang dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah dan LSM,” tambah Dicky.

Berasal dari wilayah yang sama dengan Baduy, membuat Dicky memiliki hubungan dekat dengan suku tersebut. 

“Saya besar di tanah Banten, masih di Kabupaten Lebak dekat Baduy masih satu kabupaten, saya SD dan SMP itu di Rangkasbitung dan kebetulan juga bapak saya adalah Kepala Dinas Kesehatan di era tahun 80an di Kabupaten Lebak dan sering bolak balik ke Baduy,” kenang Dicky.

Dicky menambahkan, saking seringnya bolak-balik ke Baduy, ia pun memiliki hubungan baik dengan para Jaro atau kepala dusun.

“Kunjungan kemarin semacam bernostalgia dan bisa membandingkan apa yang saya lihat 30 tahun lalu dengan saat ini. Pertama saya apresiasi, cukup banyak perbaikan walaupun tidak bisa terlalu signifikan karena suku atau masyarakat adat ini menjaga betul nilai-nilai tradisi mereka,” jelas Dicky.

Cerita Lain dari Baduy, Sardin yang Sempat Lumpuh 

Sebelumnya, pada 2023, seorang anak sempat menjadi sorotan lantaran membuat warga Baduy Dalam bersedia untuk memiliki kartu BPJS Kesehatan.

Bocah itu bernama Sardin, ia berhasil membuat masyarakat Baduy Dalam dan Luar beramai-ramai berkeinginan daftar kepesertaan BPJS Kesehatan. Padahal, selama ini masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam terbilang sangat tertutup untuk menerima pengobatan luar atau medis.

Pemerhati masyarakat Baduy, Rahmi Hidayati, menyebut, gara-gara Sardin inilah masyarakat Baduy mau daftar BPJS Kesehatan.

Sardin adalah bocah 11 tahun yang sempat terjatuh hingga lumpuh. Ia tak bisa berjalan karena tidak mendapatkan penanganan medis. Ia pun mendapat perhatian dari pemerintah dan mendapat pengobatan yang dijamin Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga bisa berjalan kembali.

Saraf Kejepit Berujung Lumpuh

Sardin adalah bocah 11 tahun yang sempat terjatuh hingga lumpuh
Sardin adalah bocah 11 tahun dari Baduy Dalam yang sempat terjatuh hingga lumpuh. (Dok Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono).

Pengobatan tersebut dijalani Sardin di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Januari 2022 dan berjalan kurang lebih 3,5 bulan. Kondisi ini akibat ia terjatuh saat memikul kayu membantu orangtuanya.

“Lumpuh total anaknya karena dulu, kalau kata cerita bapaknya tuh, dia bawa kayu-kayu. Kan anak-anak kecil di sini suka bawa-bawa kayu kan, nah terus dia biasa lari. Lalu terjatuh,” kata Rahmi saat berbincang dengan Health Liputan6.com di lapangan perbatasan Kampung Binong Raya, Desa Kebon Cau, Kecamatan Bojongmanik, Kabupaten Lebak, Banten, ditulis Senin (26/6/2023).

“Lama-lama kakinya benar-benar enggak bisa bergerak, tangan enggak bisa bergerak juga. Dan dioperasi di RSCM.”

Proses lumpuh yang dialami Sardin secara bertahap. Setelah terjatuh, bocah tersebut sempat menerima pengobatan adat yang menggunakan tanaman tradisional.

Sayangnya, ramuan herbal itu justru tidak membuat kondisi Sardin membaik. Sardin didera saraf kejepit, yang berujung lumpuh.

“Sebelumnya dikasih ramuan, tiap hari dikasih. Tetap lumpuh pelan-pelan, berproses gitu, enggak langsung lumpuh. Dia kan sarafnya kejepit, lama-lama makin menyempit,” lanjut Rahmi.

“Saya ketemu dia lagi tiduran di depan rumah. Saya minta anterin muter-muter sini. Bapaknya bilang, Sardin lumpuh. Saya kaget, hah lumpuh? Dia enggak bisa bergerak.”

Lapor ke Menteri Kesehatan

Warga Baduy Dalam Masih Terkendala Jarak untuk Akses Layanan Kesehatan, Ini Solusi Terbaik Tanpa Melanggar Adat
Warga Baduy Dalam dan Luar tengah melakukan perekaman KTP untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan (26/9/2023). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Melihat kondisi Sardin yang lumpuh, Rahmi Hidayati langsung menghubungi Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Ia mengirimkan foto Sardin yang terbaring tak berdaya.

“Saya kirim fotonya ke Pak Menkes. Saya bilang, Pak, apa yang bisa kita bantu? Terus kata Pak Menkes, diurus Pak Dirjen, nanti semua biaya saya yang tanggung. Akhirnya, kami bawalah ke RSCM,” tuturnya.

“Di RSCM, setelah didata segala macam, orang RSCM-nya nanya, ini transfer biayanya gimana pembayaran? Saya kasih lihat pesannya Pak Menkes. Terus orang RSCM-nya bilang, masa kami nagihnya ke Pak Menteri sih Bu, gini aja deh Bu bikin BPJS.”

Mendengar saran itu, Rahmi menyetujuinya. Ia menghubungi kembali Budi Gunadi.

“Saya bilang ke orang RSCM, oke saya usahain, saya nge-WhatsApp lagi ke Pak Menkes. Eh, beliau langsung urus, berhubungan langsung sama orang BPJS Banten,” bebernya.

“Orang BPJS Bantennya telepon saya, Kepala BPJS-nya, ya dia langsung menghubungi saya karena ditelepon sebelumnya sama Pak Menteri. Akhirnya, dalam waktu dua hari BPJS-nya selesai tuh.”

Kesembuhan Sardin Bikin Warga Lain Bersedia Jadi Peserta BPJS

Warga Baduy
Warga Baduy Luar yang sudah terdaftar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah 6.196 jiwa. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin)

Sejalan dengan pengobatan Sardin di RSCM, kondisinya membaik dan sembuh. Sardin sudah bisa kembali menggerakkan kaki dan tangannya. Bahkan bocah nan gesit saat berjalan kaki itu pun bisa berlari-lari lagi. Meski bagian lehernya masih kaku.

Kesembuhan Sardin dari lumpuh terdengar ke seluruh masyarakat Baduy Luar, termasuk sampai ke Baduy Dalam.

Dari kisah Sardin, para warga Baduy akhirnya bersedia membuat kartu BPJS Kesehatan. Namun, ada kendala lain, mereka tidak memiliki kartu tanda penduduk atau e-KTP.

Rahmi Hidayati juga menyampaikan hal itu kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Tapi ketika diproses itu KTP pada enggak ada. Terus saya cerita lagi ke Pak Menkes, Pak, enggak ada KTP. Ternyata Pak Menkes telepon Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian,” lanjut Rahmi.

“Akhirnya saling koordinasi. Saya juga ditelepon Pak Sekjen Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Dirjen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), mereka bilang mau bantu.”

Kini, sebagian warga Baduy Luar dan Dalam sudah memiliki KTP dan Kartu BPJS Kesehatan, mereka terdaftar sebagai peserta penerima bantuan iuran (PBI).

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya