11-1-1998: Ekstremis Bantai 400 Warga Aljazair pada Awal Ramadan

Pembantaian dilangsungkan di dua tempat di Aljazair oleh milisi ekstremis. Korban tewas mencapai 400 orang.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 11 Jan 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2017, 06:00 WIB
Ilustrasi eksekusi penembakan
Ilustrasi eksekusi penembakan

Liputan6.com, Algiers - Insiden menyedihkan terjadi di Aljazair pada 11 Januari 1998. Ratusan orang dituduh dibantai oleh milisi ekstremis.

Pembantaian tersebut terjadi saat milisi ekstrem tersebut menyerang dua desa di barat baut Aljazair. Serangan itu dilaksanakan pada awal bulan suci Ramadan 1998.

Parahnya lagi, serangan berdarah tersebut salah satunya dilancarkan tepat usai ibadah salat magrib. Demikian dilansir dari BBC History, Kamis (10/1/2017).

Serangan dimulai saat dua bom buatan dilemparkan di Bioskop Sidi Ahmad dan sebuah masjid dekat Haouche Sahraoui.

Menurut seorang saksi mata situasi di dua tempat insiden yang berdekatan ini sangat lah menyeramkan. Pasalnya, orang yang mencoba kabur langsung ditembak atau diserang menggunakan pisau, pedang, juga kapak.

Selain itu, para warga yang ada di rumah dekat tempat kejadian dibakar hidup-hidup.

Mengetahui kejadian ini, Pemerintah Aljazair, menuding milisi Armed Islamic Group (GIA) sebagai otak pembantaian.

Milisi ini beroperasi secara rahasia. Tidak banyak pihak yang mengetahui informasi soal GIA.

Tidak hanya menuduh GIA, militer Aljazair menolak tuduhan bahwa mereka terlibat pembantaian tersebut.

Pembantaian tersebut disorot tajam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Mereka mengutuk kejadian tersebut dan mendesak Negara Afrika Utara tersebut untuk menggelar penyelidikan memecahkan masalah itu.

Usai menggelar penyelidikan total korban tewas mencapai 400 orang. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.

Pada tahun 2003, Gubernur Illinois, AS George Ryan mengubah vonis mati 167 narapidana menjadi hukuman seumur hidup tanpa jaminan, terkait terkuaknya skandal penyiksaan 200 tahanan saat interogasi yang dilakukan anggota polisi Jon Burge -- yang dilakukan selama 19 tahun berturut-turut.

Sementara, pada 11 Januari 1942, Kuala Lumpur jatuh ke tangan Jepang. Kota itu kelak menjadi ibukota negeri jiran Malaysia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya