Terkuak, Percakapan Rahasia Antara PM Israel dengan Bos Media

Netanyahu dan Mozes barter kepentingan demi keuntungan pribadi. Tak pelak lagi, PM Israel tersebut banjir kecaman dari berbagai pihak.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Jan 2017, 11:09 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2017, 11:09 WIB
PM Israel, Benjamin Netanyahu
PM Israel, Benjamin Netanyahu (Reuters)

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tengah dihadapkan pada sejumlah skandal di dalam negeri. Setelah tersandung kasus korupsi, kini terkuak sebuah rekaman percakapan "kotor" antara Netanyahu dengan pengusaha media surat kabar Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes.

Seperti dikutip dari Haaretz, Minggu, (15/1/2017), Netanyahu dan Mozes melakukan serangkaian pertemuan pada akhir tahun 2014. Dalam percakapan mereka, Netanyahu berjanji untuk menjegal rival utama surat kabar Yedioth Ahronoth, Israel Hayom dengan membatasi peredarannya.

Sementara di lain sisi, Mozes menjanjikan akan memuat pemberitaan positif yang menguntungkan Netanyahu. Terkait dengan bocornya rekaman pembicaraan ini, sejumlah politisi dari Partai Yesh Atid dan Zionist Union mengutuk orang nomor satu di Israel tersebut.

Ketua faksi Partai Yesh Atid di parlemen, Ofer Selah menyerukan agar Jaksa Agung, Avichai Mendelblit, merilis rekaman itu ke publik setelah penyelidikan selesai.

"Mendelblit harus berkomitmen untuk menginformasikan kepada masyarakat isi percakapan itu, mengingat saat ini terdapat risiko kepercayaan publik terhadap pemerintah dan media akan hilang. Sementara keduanya adalah fondasi dasar dari masyarakat yang demokratis," kata Selah yang juga eks jurnalis ini.

Sementara itu, wakil ketua parlemen yang juga berasal dari Yesh Atid, Meir Cohen melontarkan pernyataan yang jauh lebih tajam.

"Jika isi percakapan yang beredar tersebut benar dan rekaman itu mencerminkan apa yang sesungguhnya terjadi, maka ini salah satu hal paling serius dalam sejarah Israel. Ketika bicara tentang tirani dan semangat fasisme, maka itu akan dimulai dari pengambilalihan media. Jika Netanyahu menjualbelikan kebebasan pers, maka ini sama saja dengan awal sebuah kediktatoran," tegas Cohen.

Cohen menambahkan, pemimpin partainya, Yair Lapid tidak akan diam terkait hal tersebut.

"Lapid tidak takut dengan Yedioth Ahronoth atau pun Mozes. Sebuah produk hukum akan diusulkan," tutur Cohen.

Komentar juga datang dari eks anggota kabinet Netanyahu, Avi Gabbay. Politisi yang merupakan mantan menteri perlindungan lingkungan periode 2015-2016 itu mengatakan, sang PM telah mengakhiri kariernya sendiri.

"Ini adalah masalah terburuk dalam sejarah Israel. Jika itu bukan tindakan kriminal, bukan suap, maka saya tidak lagi paham apa yang terjadi. Netanyahu harus segera mundur, ini lebih dari cukup. Bahkan ketika saya melihatnya minum-minum dengan Arnaud Mimran, seorang kriminal Prancis yang menjadi donaturnya, saya merasa malu," ungkap Gabbay.

Tak hanya itu, Gabbay menguak dugaan lain. Netanyahu disebutnya telah menerima gratifikasi dari sejumlah taipan dan melakukan intervensi dalam pengadaan kapal selam asal Jerman.

"Bukan tidak mungkin terjadi pelanggaran pidana," kata dia.

Anggota parlemen dari Partai Zionis Union, Stav Shaffir turut mengecam Netanyahu yang juga akrab disapa Bibi. Komentarnya tak kalah tajam dibandingkan Gabbay.

"Netanyahu adalah perdana menteri mafia pertama di Israel. Dua orang dengan tanggung jawab yang besar bersedia menjual masa depan Israel demi keuntungan pribadi. Ketika hak untuk tahu rakyat dirampas, maka hak demokrasi mereka juga ikut dicuri. Netanyahu menjabat dengan gairah kekuasaan dan demi berbagai fasilitas, ia tidak memanfaatkan posisinya untuk kepentingan negara," tulis Shaffir.

Pada Sabtu waktu setempat, saluran tv, Channel 2, memuat laporan baru tentang isi rekaman pembicaraan antara Netanyahu dan Mozes tersebut. Mereka berdiskusi untuk merekrut jurnalis yang dapat menulis hal positif tentang Netanyahu.

"Kita harus memastikan Anda akan menjadi PM," kata Mozes dalam percakapan tersebut.

Di Tel Aviv, ratusan orang dari kelompok sayap kiri menggelar unjuk rasa untuk menuntut pengunduran diri Netanyahu menyusul sejumlah kasus hukum yang melibatkannya. Menurut Times of Israel, PM Israel tersebut tengah diterpa dua skandal korupsi berbeda.

"Anda mencuri dari orang miskin dan memberikannya kepada orang kaya. Pemerintah korup!," teriak para demonstran.

Nachman Shai, anggota parlemend dari Zionis Union memprediksi, era Netanyahu akan segera berakhir.

"Berbagai skandal yang melibatkan PM tidak akan memungkinkan dia melayani hingga akhir masa jabatannya," kata Shai.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya