Soal Pengungsi, Trump Frustrasi Sementara PM Australia Optimistis

Ketegangan berawal pekan lalu, percakapan telepon soal perkarakan kebijakan pengungsi antara PM Turnbull dan Presiden Trump bocor.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Feb 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2017, 09:09 WIB
Perkara Kebijakan Pengungsi, Hubungan Australia-AS Tegang
Perkara Kebijakan Pengungsi, Hubungan Australia-AS Tegang (AP)

Liputan6.com, Canberra - Presiden Donald Trump pada Kamis, 2 Februari 2017 tampaknya tidak berada dalam suasana hati yang baik untuk meredakan ketegangan dengan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull.

Kurang dari satu jam setelah sekretaris pers Gedung Putih Sean Spicer menawarkan jaminan bahwa AS akan menegakkan kesepakatan untuk mengambil 1.250 pengungsi dari Australia, Trump masih saja marah dengan perjanjian. Hal ini telah memicu percakapan panas dengan PM Turnbull akhir pekan ini.

Trump kembali meragukan apakah AS akan menepati perjanjian tentang pengungsi. Di sisi lain, Turnbull telanjur meyakinkan rakyat Australia bahwa Trump lewat panggilan telepon telah berjanji akan menghormati perjanjian yang dinegosiasikan oleh pemerintahan Obama.

Trump pada Kamis sore terus mengkritik kesepakatan pengungsi antara AS dan Australia. Ia berpendapat bahwa negara-negara di seluruh dunia, termasuk sekutu AS, "mengambil keuntungan" dari negaranya.

"Saya kan hanya berkata, 'Mengapa?' Saya hanya ingin mengajukan pertanyaan," kata Trump menggambarkan panggilan telepon dengan Turnbull yang terjadi pada hari Sabtu, 28 Januari lalu.

"Saya berkata, 'Mengapa kita melakukan ini?' Jadi kita akan melihat apa yang terjadi, tapi pemerintahan sebelumnya melakukan sesuatu, Anda harus menghormati itu. Tapi Anda juga bisa mengatakan, 'Mengapa kita melakukan ini?' " lanjut Trump.

Dikutip dari CNN, Jumat (3/1/2017) percakapan antara keduanya itu dijadwalkan selama satu jam. Namun, berhenti setelah 25 menit karena Trump menjadi frustrasi.

Menurut wartawan Washington Post, Philip Rucker yang membocorkan percakapan keduanya. Menurut dia, Trump berkali-kali mengatakan, 'Saya tak mau orang-orang ini' kepada Turnbul.

Rucker mengatakan, "Trump bilang, 'Ini adalah perjanjian paling buruk'."

"Tahu tidak, hari ini saya berbicara dengan lima petinggi kepala negara, termasuk telepon dengan (Presiden Rusia) Putin. Telepon dengan Australia adalah yang terburuk," ujar Trump kepada Turnbull.

Menurut Rucker yang mendapat informasi orang dalam Gedung Putih, dari kalimat-kalimat Trump, terdengar bahwa ia bukanlah seorang 'diplomat alami'.

Beberapa hari setelah insiden itu, Trump mengatakan percakapan agresif antara dia dengan Turnbull dan Presiden Meksiko selama akhir pekan berakhir buntu dan mengalami kesulitan.

"Kita (AS) harus lebih berani. Sudah waktunya kita harus menjadi orang-orang yang kuat. Kita dimanfaatkan oleh setiap bangsa di dunia. Ini tidak akan terjadi lagi. Ini tidak akan terjadi lagi," kata Trump dalam sambutannya pada National Prayer Breakfast.

PM Australia 'Membela Diri'

Sementara itu, Perdana Menteri Australia dalam wawancara radio Kamis pagi mencoba menghilangkan prasangka tentang Trump yang menutup telepon untuk mengakhiri panggilan. Meski begitu, ia tidak akan membocorkan rincian lain dari percakapan.

"Sejauh ini percakapan cukup penting. Saya sangat kecewa bahwa telah terjadi kebocoran rincian telepon saya dengan Washington," kata Turnbull dalam sebuah wawancara radio dengan 2GB Ben Fordham.

"Tapi saya ingin membuat satu pengamatan tentang hal itu. Laporan bahwa presiden menutup telepon itu tidak benar. Panggilan berakhir sopan."

Namun, Gedung Putih sama sekali tidak mengkritik bocornya pembicaraan telepon keduanya.

Sebuah sumber mengatakan kepada CNN pada Rabu bahwa Trump menyatakan keprihatinan tentang bagaimana perjanjian pengungsi yang dibuat pada era pemerintahan Obama.

Meski demikian, Turnbull  segera meyakinkan konstituen di Australia bahwa Trump telah berjanji untuk menghormati kesepakatan.

"Dia berkomitmen untuk menghormati kesepakatan yang dilakukan oleh pendahulunya. Tapi dia berkomitmen untuk tetap berpegang pada kesepakatan yang telah dilakukan Presiden Obama," kata Turnbull dalam wawancara radio.

"Selama berdiskusi dengannya, saya juga cukup blak-blakan. Saya membela kepentingan Australia. Saya membuat kasus Australia kuat dan persuasif, apa pun saya lakukan," ujar Turnbull.

Ditekan untuk menjelaskan bagaimana Trump bisa berkicau kasar di Twitter, Rabu malam, yang menggambarkan kesepakatan itu sebagai "bodoh," Turnbull mengatakan, "Nah, itu tweet-nya dia. Saya hanya mengatakan apa yang telah dikatakan kepada kami dan apa yang telah dikatakan oleh juru bicaranya dan apa yang telah dikatakan oleh kedutaan. "

Gedung Putih pada Kamis mencoba untuk meredakan ketegangan diplomatik, seperti juru bicara Gedung Putih, Spicer yang mencoba meyakinkan Australia bahwa Trump akan menghormati kesepakatan "untuk menghormati" Perdana Menteri, meskipun ia menjelaskan bahwa Trump "luar biasa kecewa" dan "tidak menyukai itu."

Dalam sebuah pertemuan yang tak terkait dengan Australia, Trump kepada wartawan mengatakan, perjanjian itu akan mengambil pengungsi di sebuah tahanan imigrasi Australia. "Ada sekitar 1.000 imigran ilegal yang kini berada dalam tahanan."

"Meskipun Australia akan membawa mereka ke negara ini, dan saya hanya berkata, 'Mengapa?'" kata Trump. "Kita harus diperlakukan secara adil juga."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya