Liputan6.com, Washington DC - Selama ini astronot dapat dengan mudah ke kamar mandi jika ingin buang hajat, dengan catatan tekanan udara berada dalam standar normal. Jika astronot melakukan perjalanan cukup jauh, NASA pun menyediakan popok khusus dewasa.
Lalu apa jadinya jika astronot harus memakai pakaian angkasa luar (space suit) hingga waktu berhari-hari?
Baca Juga
Untuk memecahkan masalah tersebut, NASA telah melakukan lomba Space Poop Challenge. Baru-baru ini Badan Antariksa AS itu telah mengumumkan pemenang kompetisi yang diselenggarakan oleh NASA dan HeroX.
Advertisement
Kompetisi itu bertujuan untuk menemukan cara membuang kotoran dari tubuh astronot dengan aman, jika mereka diharuskan selalu menggunakan baju astronot dalam jangka waktu lama.
"Tantangan itu mencari solusi sistem manajemen feses, urin, dan menstruasi untuk kru yang berada di dalam baju astronot selama 144 jam terus menerus atau enam hari," demikian menurut keterangan pers dari NASA.
Dikutip dari CNN, Jumat (17/2/2017), lebih dari 5.000 solusi diusulkan dari total 19.000 pesaing dari lebih 150 tim berbagai negara dunia, termasuk Antartika.
Pemenang kompetisi itu adalah Thatcher Cardon, seorang dokter keluarga, perwira Angkatan Udara, dan ahli bedah penerbangan. Dengan sistem "MACES Perineal Access & Toileting System (M-PATS)", ia menggunakan pengetahuannya tentang laparoskopi untuk membangun desainnya.
"Saya tidak pernah berpkir bahwa menyimpan kotoran di dalam baju astronot akan berguna," ujar Cardon kepada NPR.
"Jadi saya pikir, bagaimana kotoran dapat masuk dan keluar dari baju astronot dengan mudah?"
Dalam desainnya, terdapat katup kedap udara di selangkangan baju astronot. Melalui alat itu benda seperti kateter dan pispot tiup dapat lewat dengan mudah.
"The Space Poop Challenge adalah kesempatan besar untuk menggabungkan kecintaan Cardon pada pemecahan masalah dan menciptakan hal-hal dengan latar belakang di bidang kedokteran kedirgantaraan," ujar HeroX dalam halaman profilnya.