Berbentuk Seperti Ombak Kala Badai di Lautan, Ini Jenis Awan Baru

Badan Internasional Meteorologi memberi nama baru pada awan yang sedikit mengerikan yaitu Awan Asperitas.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Mar 2017, 10:01 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2017, 10:01 WIB
Berbentuk Seperti Ombak Kala Badai di Lautan, Ini Jenis Awan Baru
Berbentuk Seperti Ombak Kala Badai di Lautan, Ini Jenis Awan Baru (World International Cloud/CNN)

Liputan6.com, Jenewa - Jika Anda melihat ke atas, memperhatikan awan, mungkin Anda sedang membayangkan tengah berada di bawah badai dengan ombak yang menggulung. Seperti di lautan.

Jangan khawatir, itu adalah sebuah fenomena baru meteorologi. Pada 23 Maret, dunia merayakan Hari Meteorologi, di mana pada hari itu, Badan Internasional Meteorologi memberi nama baru pada awan yang sedikit mengerikan yaitu Awan Asperitas.

Badan Internasional Meteorologi adalah lembaga istimewa di PBB yang dibentuk pada 1950. 

International Cloud Atlas mendeskripsikan awan tersebut, "Asperitas itu seperti ada gelombang di dasarnya. Entah itu halus atau kasar, penampilannya kadang kecil-kecil namun terkadang gelombangnya seperti tengah bergulung tajam. Dari bawah, kita seperti tengah memandang permukaan lautan yang berombak."

Asperitas diambil dari bahasa Latin yang berarti 'kekasaran'.

Pada 2006, Cloud Appreciation Society (CAS), sebuah grup pemerhati cuaca amatir yang berasal dari Inggris, menerima gambar awan itu dari Cedar Rapids, Iowa, AS.

Beberapa tahun kemudian, kelompok itu meminta agar awan bergelombang tersebut dimasukkan ke dalam atlas.

Permintaan dari kelompok amatir itu dianggap "sebagai kudeta" karena atlas digunakan secara luas khusus para ahli meterologi saja. International Cloud Atlas membuat atlas pemetaaan awan pada abad ke-19.

Mereka menambahkan tipe awan baru adalah hal langka. World Meteorological Organization tidak pernah memperbarui atlas selama 30 tahun, hingga saat ini.

 

Awan bergulung atau awan volutus (Daniela Mirner Eberl/treehugger.com)

Namun, kelompok amatir itu mengatakan, "Ini adalah contoh klasik ilmu pengetahuan citizen, yang kerap melakukan mengobservasi alam di sekitarnya. Apalagi sekarang sudah zaman canggih ada ponsel cerdas dan internet. Kami termasuk yang mempengaruhi perkembangan sistem resmi."

"Saya juga tak terlalu berharap klasifikasi awan baru akan terdaftar oleh WMO, namun yang penting kami telah menemukan awan-awan ini di berbagai belahan dunia juga," kata pendiri CAS, Gavin Pretor-Pinney.

Selain Asperitas, ada jenis-jenis awan lain yang dimasukkan dalam kategori edisi baru. Mereka adalah awan volutus atau awan bergulung, contrail awan yang terbentuk oleh pesawat terbang. Lalu ada awan flumen yang berbentuk seperti "ekor berang-berang".

Ada juga awan istimewa dengan nama seperti "cataractagenitus", "flammagenitus", "homogenitus" and "silvagenitus". Total ada 11 awan baru yang dimasukkan dalam atlas.

Menurut ilmuan meteorologi, David Keating mengatakan, "awan penting karena terkait dengan cuaca yang selama ini kita rasakan. Namun, kita belum tahu bagaimana perilaku awan akan mengubah atmosfer Bumi berubah jadi hangat. Peneliti berharap dengan data baru yang dimasukkan ke dalam Atlas akan memperkaya pengetahuan bagaimana awan-awan itu berubah dalam lima hingga 10 tahun mendatang."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya