Pangeran Charles Pernah Berusaha Hentikan Invasi ke Afghanistan?

Demi menghormati bulan Ramadan, Pangeran Charles disebut-sebut berusaha menghentikan invasi ke Afghanistan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Apr 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 07:48 WIB
Pangeran Charles saat mengadakan tur ke Italia pada 2 April 2017
Pangeran Charles saat mengadakan tur ke Italia pada 2 April 2017 (Alessandro Bianchi/AP)

Liputan6.com, London - Putra mahkota Kerajaan Inggris Pangeran Charles diklaim sempat berusaha untuk menghentikan invasi ke Afghanistan. Pertimbangannya saat itu untuk menghormati bulan Ramadan.

Ayah dari Pangeran William dan Pangeran Harry tersebut mengajukan permohonan kepada Duta Besar AS untuk Inggris saat itu William Farish agar Washington mengurungkan niatnya menginvansi Afghanistan.

Pernyataan tersebut disampaikannya empat minggu sebelum invasi dilancarkan. Penyerbuan AS ke Afghanistan dipicu oleh serangan 9/11 yang menewaskan lebih dari 2.000 jiwa.

Seperti dikutip dari The Sun, Senin, (3/4/2017), utusan AS untuk Inggris itu lantas menjawab permintaan Pangeran Charles dengan mengatakan, "Tuan, apakah Anda serius?".

Intervensi mantan suami mendiang Putri Diana tersebut konon tanpa sepengetahuan Perdana Menteri Inggris saat itu Tony Blair.

Klaim kontroversial ini dimuat dalam sebuah biografi Charles yang ditulis oleh Sally Bedell Smith dan dicetak oleh Random House.

Dilansir Belfast Telegraph, buku bertajuk Prince Charles: The Passions And Paradoxes Of An Improbable Life ini dijadwalkan rilis pada 4 April.

Menurut Bedell Smith dalam bukunya, Pangeran Charles melakukan 'panggilan telepon darurat' ke Dubes Farish. Ia bahkan menanyakan apakah permintaan tersebut dapat disampaikan kepada Presiden George W. Bush.

Dan ketika Dubes Farish mengatakan, akan sulit untuk menghentikan invasi, Pangeran Charles dikabarkan memprotes dengan mengatakan, "Tapi orang Amerika bisa melakukan apa saja!".

Kolonel Richard Kemp, yang memimpin pasukan Inggris di Afghanistan berpendapat, klaim tersebut 'konyol'.

AS dan Inggris melancarkan invasi berjuluk Operation Enduring Freedom ke Afghanistan pada 7 Oktober 2001, hanya selang empat minggu setelah tragedi 9/11 yang diyakini didalangi oleh kelompok pimpinan Osama bin Laden, Al Qaeda. Ramadan pada tahun itu dimulai pada 16 November.

Serangan teror 9/11 merupakan empat serangan bunuh diri. Para teroris dilaporkan membajak empat pesawat, dua diantaranya ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center, dan satu lainnya ke Pentagon di Virginia.

Sementara itu, pesawat keempat diarahkan ke Washington DC, namun jatuh di sebuah lapangan setelah penumpang melakukan perlawanan.

Namun dalam perkembangannya, putra kedua Charles, Harry terjun ke medan perang. Ia ikut bertempur di garis depan melawan Taliban pada tahun 2008 dan 2013.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari pihak Kerajaan Inggris terkait dengan klaim Bedell Smith dalam bukunya tersebut.

Dalam bukunya, Bedell Smith juga mengungkapkan, Charles pernah berusaha memengaruhi PM Margaret Thatcher pada tahun 1985. Sang pangeran disebut khawatir dengan kebijakan Partai Konservatif yang akan membuatnya mewarisi takhta Kerajaan Inggris yang terpecah belah.

Tak dijelaskan kebijakan yang dimaksud. Namun Bedell Smith menuliskan, PM Thatcher begitu marah dengan Charles.

Perempuan yang dijuluki 'Iron Lady' itu pun mengatakan, "Saya yang menjalankan negara ini, bukan Anda, tuan!".

Buku biografi Charles ini bukan karya pertama Bedell Smith. Sebelumnya ia lebih dulu menelurkan biografi Putri Diana, Ratu Elizabeth, pasangan Clinton, dan keluarga Kennedy.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya