10 Fakta Mencengangkan Tentang Facebook

Ukuran data yang dikumpulkan Facebook memang mengesankan, tapi terlebih lagi adalah apa yang bisa mereka mampu lakukan dengan data tersebut.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 01 Jun 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2017, 20:24 WIB
Ilustrasi Facebook
Ilustrasi tentang Facebook. (Sumber Pixabay/geralt via Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak peristiwa seputar Edward Snowden, orang menjadi penasaran tentang perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook dan Google. Ya, mereka memang mengumpulkan data dalam jumlah besar.

Facebook mengetahui seberapa banyak data yang mereka kumpulkan dari para pengguna, diduga sekitar 500 Terra Byte( TB) setiap hari. Sebagai pembanding 1 TB setara dengan 1024 Giga Byte. Padahal suatu film rata-rata dengan resolusi 720 piksel berukuran 1 GB.

Dengan demikian, setiap harinya, Facebook kira-kira mengumpulkan data setara dengan 510 ribu film. Ukuran data yang dikumpulkan itu memang mengesankan, tapi yang lebih mencengangkan adalah apa yang bisa mereka mampu lakukan dengan data yang sedemikian kaya itu.

Dikutip dari listverse.com pada Rabu (31/5/2017), berikut ini adalah 10 hal mencengangkan yang dapat dilakukan Facebook menggunakan data para penggunanya:

1. Pengenalan Wajah

Ketika ada teman menandai sebuah foto di Facebook, informasi tersebut ditambahkan kepada kumpulan raksasa data di Facebook.

Jejaring sosial itu memiliki bot kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) yang menelusuri data itu untuk mencocokkan pola yang ada dengan wajah seseorang.

Algoritama Facebook teramat baik dan mereka mengaku memiliki ketepatan hingga 98 persen. Dengan setiap unggahan baru suatu foto, sistem itu menjadi semakin terlatih mencocokan pola wajah.

Masalahnya, tinggal tunggu waktu hingga Facebook menjual informasi tersebut kepada penjual eceran. Rekaan mengenai hal itu pernah menjadi ilham film "Minority Report" ketika Tom Cruise berada dalam sebuah toko yang mengganti tampilan manekin berdasarkan informasi yang diketahui toko tentang pelanggan.

2. Selalu Mengetahui Tempat Keberadaan

Jika orang menggunakan aplikasi Facebook Messenger, mungkin saja kita tidak mengaturnya untuk berhenti membagikan lokasi kita. Tidak masalah kalau kita memang berniat berbagi lokasi, tapi bagaimana dengan orang-orang lain semisal penguntit (stalker) yang memang ingin mengikuti kita? Seorang penguntit pun bisa saja menggunakan Facebook Messenger untuk itu.

Seorang pembuat program melakukan investigasi dan membuat plugin untuk perambah Chrome yang disebutnya Marauder's Map, suatu nama yang mengacu kepada peta milik Harry Potter di Hogwarts yang memungkinkannya melihat siapapun yang sedang ada dalam kastil.

Marauder's Map mampu memberikan koordinat pasti teman-teman yang menggunakan Messenger. Hanya dengan melihat suatu peta sederhana, pembuat program dapat melihat secara pasti tempat keberadaan temannya.

Menanggapi hal itu, Facebook telah mematikan pembagian lokasi dari aplikasi Messenger. Tapi, hal itu tidak serta merta menghentikan pengumpulan data oleh perusahaan.

3. Merasa Lebih Buruk

Semakin sering orang menggunakan Facebook, semakin muram perasaannya. Penggunaan berlebihan suatu media sosial telah dibuktikan menyebabkan beberapa masalah berbeda, termasuk menurunnya hubungan tatap muka, peningkatan perilaku berdiam diri, dan tergerusnya rasa percaya diri karena perbandingan sosial.

Sejumlah telaah yang dilakukan oleh Yale University, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa penggunaan Facebook memiliki dampak besar pada kesehatan mental.

Kegiatan 'menyukai' konten milik orang lain dan melacak tautan (link) menjadi prediksi berkurangnya kesehatan jasmanai, kesehatan mental, dan kepuasan dalam hidup.

Ketika sedang berurusan dengan Facebook, orang secara berhati-hati memilah apa yang ditampilkan untuk menunjukkan kehebatan dan meredam sisi kelam. Orang-orang lain yang mengamati profil seseorang bisa merasa lebih buruk ketika membandingkan dengan kehebatan yang ditampilkan tersebut.

4. Memperkuat Pandangan Pribadi

Sejumlah orang berunjuk rasa usai Donal Trump memenangkan Pilpres AS di Seattle, Washington, AS, Rabu (9/11). Mereka tidak menginginkan Trump sebagai Presiden AS. (REUTERS / Jason Redmond)

Setelah terpilihnya Donald Trump dan mulainya krisis Brexit, orang cepat mempersalahkan Facebook dan Google karena menebar artikel-artikel "berita palsu".

Buktinya sangat kuat sehingga bahkan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, harus sampai membuat janji menapis situs-situs berita palsu dan memperingatkan pengguna agar tidak tertipu oleh situs-situs web lain.

Media arus utama fokus pada "berita palsu" tapi luput menyebutkan persoalan lain yang dihadapi orang ketika menggunakan Facebook, yaitu "gelembung filter."

Tujuan utama Facebook adalah agar orang selama mungkin bertengger dalam platform Facebook, walaupun sudah disebutkan dampak-dampak buruknya terhadap kesehatan. Tapi, dampaknya juga buruk kepada kecerdasan.

Facebook membuat kita betah dengan cara mengolah apa yang menurut mereka ingin kita lihat. Masalahnya, jika seseorang cenderung mendukung politik aliran kiri, maka ia tidak akan pernah melihat aspek positif para pendukung politik sayap kanan, dan sebaliknya.

Gelembung filter itu juga menyebabkan partai politik tertentu yang didukung seakan lebih populer daripada keadaan sesungguhnya, walaupun tidak demikian.

Walaupun mengaku ingin mengumpulkan orang bersama-sama, aspek Facebook yang satu itu malah menjauhkan orang-orang.

5. Pengaruh Buruk Penyimpangan Makan

Suatu penelitian kecil terhadap 84 mahasiswi di Florida State University mengungkapkan bahwa mereka yang lebih sering menggunakan Facebook lebih berkemungkinan melaporkan gangguan makan (eating disorder).

Suatu penelitian lain oleh American University di Washington, DC, mengungkapkan bahwa kaum wanita yang menelusuri foto-foto Facebook lebih berkemungkinan merasakan ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri.

Lagi-lagi, begitulah akibatnya ketika Facebook membuat kita membandingkan diri dengan orang lain. Jika itu bisa berdampak pada orang yang tidak memiliki penyakit mental, maka dampaknya lebih terasa pada orang-orang yang menghadapi isu psikologis yang lebih parah semisal gangguan makan.

6. Kesepian Yang Semakin Sepi

Ilustrasi penggunaan Facebook. (Sumber Pexels)

Ahli kejiwaan klinis Dr. Sudeepta Varma dari New York University menyatakan bahwa Facebook membuat orang mengetahui apa yang sedang dilakukan orang-orang lain sekaligus mengingatkan orang itu tentang apa yang tidak dia lakukan. Hal demikian bisa membuat orang tersebut merasa diabaikan.

Begitulah kesimpulan dari penelitian terhadap 82 kaum dewasa muda yang aktif menggunakan Facebook. Yang paling mencengangkan dari penelitian adalah bahwa dampak tersebut muncul hanya dalam 2 minggu saja.

Setelah penggunaan selama 2 minggu, Facebook membawa kepada penurunan kebahagiaan subyektif seseorang.

7. Facebook Serba Mengetahui

Tampilan News Feed pada Facebook dirancang agar orang berkutat selama mungkin. Selama sedang menelusuri News Feed, Facebook menciptakan data rumit yang terus bertambah berkaitan dengan pengguna tersebut.

Mereka menciptakan profil menggunakan analisa prediktif yang memungkinkan mereka tahu betapa rentan seseorang terhadap suatu iklan tertentu, kecondongan politik seseorang, atau apakah pengguna menggunakan uang tunai atau kartu kredit.

Facebook bahkan melakukan dugaan kecerdasan para penggunanya berdasarkan konten yang disukai seseorang. Kalau penasaran melihat cuplikan data yang dikumpulkan oleh Facebook, seorang pengguna bisa menggunakan plugin Data Selfie pada perambah Chrome.

8. Sensor Politik

Postingan eks dubes AS untuk Rusia yang dicekal masuk Negeri Beruang Merah. (Facebook)

Walaupun Facebook menyatakan menuju masyarakat yang bebas dan terbuka, mereka telah melakukan hal yang sebaliknya karena terlibat dalam sensor politik di tingkat negara.

Ada cukup banyak contoh, misalnya pemberangusan laman yang mengumumkan protes di Rusia, suatu tindakan yang diperintah langsung oleh pemerintah Rusia.

Contoh lainnya adalah di China, ketika Facebook harus mengembangkan perangkat lunak (software) khusus untuk memilah unggahan pengguna. Facebook bahkan melakukan sensor ujaran satir karena suatu lembaga pemerintah di Inggris mengeluhkannya.

Facebook juga pernah melakukan sensor terhadap gambar dua pria sedang berciuman.

9. Menjual Data

Ilustrasi Kartu Kredit (iStockphoto)

Kita mengira sensor politik sudah sedemikian buruknya, tapi ternyata siapapun dan semua orang bisa mendapat akses kepada data kita.

Baru-baru ini MasterCard membeli data Facebook berkaitan dengan kebiasaan daring para pengguna agar mengungkapkan perilaku yang dapat dijual ke bank. Maksudnya adalah untuk menggabungkan data Facebook dengan data mereka agar bisa menambah penjualan secara daring.

Kita mengira perlu dana besar untuk membeli data dan tentunya tidak masalah karena MasterCard adalah perusahaan besar yang memiliki dana besar. Kenyataannya, pernah ada seseorang yang membayar hanya US$ 5 untuk membeli 1 juta informasi pribadi para pengguna Facebook.

Reaksi Facebook lebih mengerikan lagi. Perusahaan kemudian sekadar meminta orang itu untuk mengembalikan file, menghapus dari komputer miliknya dan "tutup mulut."

10. Mengetahui Saat Orang Tidur

Ilustrasi Insomnia atau Susah Tidur (iStockphoto)

Melalui aplikasi Facebook Messenger, para pengguna dapat melihat saat terakhir orang lain sedang aktif. Merasa penasaran dengan hal itu, seorang pengembang perangkat lunak bernama Soren Louv-Jansen mulai menggali lebih dalam.

Melalui hubungan identitas pengguna dan penanda waktu, ia berhasil membuat grafik pola-pola tidur semua temannya. Seorang peretas melangkah lebih jauh dan mengungkapkan bahwa orang bisa mengetahui saat terakhir perangkat orang lain menyala.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya