Respons RI atas Hengkangnya AS dari Kesepakatan Iklim Paris

Kemlu tengah memantau keputusan Presiden Trump yang menginginkan agar AS hengkang dari kesepakatan iklim Paris.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jun 2017, 10:59 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2017, 10:59 WIB
Juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir
Juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir (Liputan6.com/ Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan bahwa negaranya menarik diri dari Kesepakatan Iklim Paris (Paris Agreement) pada 1 Juni 2017. Kesepakatan yang disahkan pada 2015 serta ditandatangani oleh AS dan 187 negara lainnya itu, membahas komitmen para anggota untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim global.

Namun, Presiden Trump menyebut bahwa Kesepakatan Iklim Paris justru memincangkan, merugikan, dan memiskinkan AS. Ia mengklaim, Paris Agreement justru merugikan GDP AS hingga US$ 3 triliun dan menghilangkan 6,5 juta lahan pekerjaan.

"Untuk memenuhi kewajiban saya dalam melindungi Amerika dan warganya, Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan iklim Paris. Saya berjanji akan keluar atau menegosiasikan kembali perjanjian apa pun yang gagal memenuhi kepentingan Amerika," ujar Trump saat mengumumkan hal yang mengejutkan banyak negara di dunia itu, seperti dikutip dari CNN, Jumat 2 Juni 2017.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengatakan tengah memantau keputusan Presiden Trump yang menginginkan agar AS hengkang dari Kesepakatan Iklim Paris.

Pihak Kemlu menyatakan bahwa keputusan presiden ke-45 Negeri Paman Sam tersebut tidak senada dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia, khususnya yang terkait dengan isu mitigasi perubahan iklim.

"Kemlu mendengar hal tersebut, bahwa AS menarik diri dari Paris Agreement. Tentunya keputusan tersebut tidak sejalan dengan kerjasama internasional dalam upaya untuk melakukan mitigasi terhadap dampak negatif tentang perubahan iklim yang telah dirasakan bersama oleh masyarakat global," ujar Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta.

"Indonesia meyakini bahwa perubahan iklim adalah tantangan global yang membutuhkan kerjasama dan kontribusi seluruh pihak, baik negara maju dan negara berkembang, sesuai dengan prinsip dan kesepakatan internasional yang telah disepakati. Indonesia akan terus berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi perubahan iklim," tambah pria yang akrab disapa Tata itu.

Obama Mengkritik

Langkah yang diambil Trump juga menuai respons dari Presiden AS sebelumnya, Barack Obama. Tanpa menyebutkan nama, ia mengkritik upaya menarik diri dari Kesepakatan Iklim Paris tersebut.

Obama menyesalkan keputusan penggantinya tersebut dengan mengatakan Kesepakatan Paris dimaksudkan untuk melindungi dunia yang akan ditinggali oleh anak-cucu di masa mendatang.

Dikutip dari CNN, pihak Obama kemudian merilis pernyataannya terkait keputusan pemerintah AS yang menarik diri dari Kesepakatan Paris itu. Dalam pernyataannya, mantan presiden AS itu mengatakan bahwa Amerika telah mengambil sebuah risiko berupa hilangnya manfaat ekonomi jika keluar dari perjanjian tersebut.

"Satu setengah tahun yang lalu, para pemimpin dunia berkumpul di Paris untuk membahas permasalahan perubahan iklim dunia. Tujuannya untuk menciptakan tempat tinggal yang nyaman untuk anak cucu kita," ujar Obama.

"Pemerintah Amerika Serikat pun sudah mantap dan berprinsip teguh di panggung dunia untuk membuat rencana itu menjadi nyata," imbuh Obama.

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya