Gencatan Senjata Gagal, Ribuan Warga Marawi Batal Dievakuasi

Ribuan warga sipil masih terkepung di Kota Marawi setelah gencatan senjata gagal terlaksana.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Jun 2017, 18:48 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 18:48 WIB
Aksi Tentara Filipina Bertempur Lawan Militan Maute di Kota Marawi
Sejumlah tentara pemerintah mengambil posisi saat memerangi kelompok Maute di Kota Marawi, Filipina, (28/5). Sekitar 61 militan, 20 anggota pasukan keamanan dan 19 warga sipil terbunuh akibat pertempuran tersebut. (AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Manila - Ribuan warga sipil masih terkepung di Kota Marawi setelah gencatan senjata selama empat jam yang ditujukan untuk evakuasi gagal terlaksana. Kegagalan evakuasi tersebut disebabkan oleh munculnya sejumlah letupan senjata api saat proses evakuasi berlangsung.

Evakuasi tersebut dilaksanakan pada Minggu pagi 4 Juni 2017. Berdasarkan kesepakatan antara pemberontak Maute dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), gencatan senjata dilakukan selama empat jam untuk mengevakuasi warga sipil dari Marawi.

Menurut laporan Asian Correspondent, Moro Islamic Liberation Front (MILF) turut membantu proses negosiasi gencatan senjata antara AFP dengan pemberontak Maute. Pada pukul 08.00, proses evakuasi dimulai.

Para warga sipil diimbau dengan menggunakan pengeras suara oleh pasukan AFP untuk meninggalkan Marawi.

Militer Filipina berharap mampu mengevakuasi lebih dari 1.000 warga sipil dari Marawi. Namun, proses evakuasi harus terhenti sekitar pukul 09.00 setelah muncul letusan senjata. Belum dikonfirmasi pihak mana yang menembakkan senjata pada saat proses evakuasi berlangsung.

Proses evakuasi hanya berhasil mengeluarkan 134 warga sipil dari Marawi, demikian seperti yang diwartakan oleh Asian Correspondent, Senin (5/6/2017).

Sementara itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menganggap evakuasi tersebut berhasil. Ia juga yakin bahwa proses penumpasan pemberontak Maute dari kawasan Marawi akan selesai pada 3 hari lagi.

"Ini semua akan selesai dalam tiga hari lagi. Saya juga tidak akan ragu untuk menggunakan segala kekuatan yang tersedia," jelas Presiden Duterte seperti yang dikutip oleh Asian Correspondent.

"Bahkan saya bisa menghentikan perang ini dalam 24 jam. Yang perlu saya lakukan adalah mengebom seluruh tempat itu hingga rata dengan tanah," tambah Duterte.

Menurut AFP, sekitar 400 militan pemberontak Maute yang dibantu oleh 40 militan asing --dan diduga berasal dari Indonesia-- menyerang Marawi pada 23 Mei 2017 lalu. Mereka juga diduga menggunakan taktik peperangan yang canggih untuk merebut sejumlah lokasi di kota yang berpopulasi sekitar 200.000 jiwa tersebut.

Juru Bicara AFP Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, pasukan militer negaranya yang berkekuatan sekitar 4.000 personel itu telah berhasil merebut 90 persen kota Marawi.

"Hampir 90 persen dari keseluruhan kota berhasil dikuasai oleh pasukan kita, serta telah dibersihkan dari sisa-sisa kelompok radikal. Sisanya adalah area kantong perlawanan yang masih dijaga oleh pasukan militan," ujar Padilla, seperti yang dikutip dari ABS CBN News.

"Pasukan militer berencana merebut kembali wilayah pemberontakan yang tersisa sehingga sepenuhnya bisa kita kuasai," tambah Padilla.

Juru bicara kepresidenan Filipina menjelaskan bahwa sekitar 120 militan telah tewas terbunuh. Sementara itu 38 pasukan AFP turut tewas di medan pertempuran.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya