Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia akan tetap setia mendukung Qatar di tengah Krisis Teluk yang mengakibatkan negara itu diisolasi oleh Arab Saudi Cs.
Erdogan pun menegaskan, pihaknya tidak akan menutup pangkalan militer di Qatar sebagaimana permintaan Saudi dan sekutunya.
Krisis Teluk diawali pada 5 Juni lalu setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka menuding Doha menyokong terorisme dan ekstremisme. Pemutusan hubungan ini disertai dengan blokade darat, udara, dan laut.
Advertisement
Baca Juga
Langkah Saudi tersebut diikuti sejumlah negara lainnya seperti Yaman, Libya, Mauritania, Mauritius, dan Maladewa.
Belakangan, Saudi Cs merilis 13 tuntutan yang harus dilakukan Qatar jika negara itu ingin isolasi dicabut. Salah satu poinnya, menutup pangkalan militer Turki.
Seperti dikutip dari Al Araby pada Jumat (7/7/2017) Presiden Erdogan mengkritik permintaan Saudi Cs tersebut. Ia mengingatkan tak hanya Turki yang menempatkan pasukan di Qatar, namun juga AS dan Prancis.
Dalam wawancara dengan France 24 Presiden Erdogan mengatakan, Turki bersedia menutup pangkalan militernya hanya jika Qatar yang memintanya.
"Kami akan tetap setiap terhadap perjanjian kami dengan Qatar. Jika mereka minta kami pergi, maka kami tidak akan tinggal di tempat di mana kami tak diinginkan," ujar Erdogan seraya menambahkan hingga saat ini tidak ada permintaan dari Qatar terkait penutupan pangkalan militer tersebut.
Turki sejauh ini sangat mendukung Qatar dalam menghadapi Krisis Teluk. Mereka mengirimkan 100 pesawat kargo berisi berbagai kebutuhan menyusul terganggunya pasokan barang ke Qatar.
"Menyangkut dengan 13 tuntutan...ini tidak dapat diterima dalam kondisi apapun. Beberapa poin sama saja seperti melucuti kedaulatan Qatar," tutur presiden Turki itu.
Perjanjian dengan Qatar untuk mulai menempatkan tentara di pangkalan dilakukan Turki pada tahun lalu. Itu merupakan pangkalan militer pertama Turki di Timur Tengah.
Turki dan Qatar sepakat mengadakan kerja sama keamanan untuk membantu "menghadapi ancaman yang ditujukan kepada kedua negara".