Liputan6.com, London - Kamis 17 Agustus sore, para pelancong memadati kawasan turis Las Ramblas, Barcelona, Spanyol. Dinaungi cuaca cerah, orang-orang menyusuri jalanan yang dibingkai pertokoan, kafe-kafe, dan sejumlah bar.
Harry Athwal ikut larut dalam suasana riang itu. Tak ada yang menyangka, canda dan tawa dalam sesaat berubah menjadi jeritan kengerian dan tangisan duka.
Baca Juga
Sebuah van yang dipacu dengan kecepatan tinggi sekonyong-konyong datang, sengaja ditabrakkan ke kerumunan wisatawan.
Advertisement
Dengan mata kepalanya sendiri, Athwal menyaksikan kejadian mengerikan itu. Korban-korban 'berterbangan' ke udara. Mereka yang terluka parah, juga yang tewas, tergeletak di sana-sini.
Perhatian Athwal langsung tertuju pada seorang bocah laki-laki yang tergeletak di jalan. Anak malang itu sedang meregang nyawa.
Tak berpikir panjang, ia langsung mendekati korban yang belakangan diketahui bernama Julian Cadman asal Australia. Usia bocah itu masih muda, ia baru 7 tahun.
Dikutip dari News.com.au pada Rabu (23/8/2017), Atwhal duduk di samping Julian, mengelus-elus kepalanya, berusaha memberikan kenyamanan bagi anak itu. Setidaknya, ia tak merasa sendirian di akhir hidupnya...
Athwal tak beranjak dari sisi bocah tak dikenalnya itu. Pria Inggris itu tak lantas bangkit saat polisi meneriakinya, memintanya minggir dan berlindung ke tempat aman.
"Saat aku melihat anak itu tergeletak terluka, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya merasa harus di sampingnya. Aku tak ingin meninggalkannya," kata Athwal kepada ITV dalam program Good Morning Britain.
Foto dan rekaman video yang mengabadikan detik-detik ketika Athwal duduk di samping korban, berusaha menenangkannya, langsung viral di dunia maya.
"Aku lihat anak itu. Aku harus di sampingnya. Dan saat polisi menghampiriku, memintaku untuk pergi, aku balas berteriak, 'aku butuh ambulans, aku butuh ambulans!'"
"Polisi itu memintaku bangun dan pergi, tapi aku bilang, 'tidak, aku tak akan pergi. Aku tak akan meninggalkannua. Aku hanya di sampingnya mengelus rambut anak malang itu. Aku menangis, air mataku mengalir. Jujur, aku takut," lanjutnya.
Athwal memutuskan untuk mendekati Julian karena ia tak ingin bocah itu menjadi sasaran kekerasan lagi. Meski, ia bisa merasakan bahwa denyut nadi korban nyaris tak terasa.
"Aku tidak ingin memindahkannya, aku ingin membuatnya nyaman," ujar Athwal.
Athwal tak tahu nasib bocah itu kemudian saat ambulans tiba di lokasi. Ia baru mengetahui bahwa anak yang ia jaga ternyata tewas setelah membaca berita.
Younes Abouyaaqoub, pemuda 22 tahun, diduga kuat bertanggung jawab atas kejadian mengerikan itu. Entah apa yang ada di pikirannya ketika ia menabrakkan van ke arah pejalan kaki di Las Ramblas Barcelona. Aksi mautnya menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Pelaku kemudian kabur dan membunuh pria lain, merebut mobil yang dikemudikan korban, agar ia bisa melarikan diri. Pelarian Younes Abouyaaqoub berakhir saat peluru polisi menembus tubuhnya.
Bocah yang Lucu
Julian Cadman asal Australia berusia 7 tahun. Ia dikenal sebagai bocah yang enerjik, lucu, dan sedikit badung.
Julian dan ibunya Jumarie “Jom” Cadman menjadi korban dalam serangan van maut. Keduanya tengah berlibur menikmati suasana Barcelona.
Sang ayah langsung terbang ke Barcelona ketika mengetahui kabar kedua belahan jiwanya menjadi korban teror.
Keluarga mereka di Australia terkejut mendengar kabar itu. Mereka berharap Julian sembuh. Namun, nasib berkata lain, ia menghembuskan napas tak lama setelah dipindahkan ke ambulans.
"Julian adalah anggota keluarga kami yang sangat dicintai dan dipuja. Saat menikmati pemandangan Barcelona bersama ibunya, kami sedih ternyata Julian harus meninggalkan kami semua, "kata pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat Luar Negeri Australia.
"Dia begitu energik, lucu dan badung, selalu menghadirkan senyum ke wajah kami. Kami merasa sangat diberkati dengan memiliki dia dalam hidup. Kami akan mengingat senyumannya dan menyimpan kenangannya di hati kami."
Sementara sang ibu, harus mengalami luka parah. Hingga kini ia masih berada di rumah sakit.
Teror Besar yang Lama Direncanakan
Teror nahas yang melanda kawasan Barcelona, Spanyol pada 17 Agustus kemarin bukanlah sebuah peristiwa tunggal. Teror itu saling bertautan dengan kejadian sebelum dan sesudahnya.
Aparat yang menyelidiki kasus menduga kuat bahwa teror van maut di Las Ramblas memiliki korelasi dengan dua peristiwa.
Pertama, ledakan di Alcanar pada 16 Agustus kemarin dan peristiwa penembakan terduga pelaku teror di Cambrils, beberapa jam pasca-teror van Las Ramblas.
Setelah investigasi, ada 12 terduga teroris dalam serangan mematikan Barcelona dan Cambrils, Spanyol. Mereka ternyata telah mempersiapkan teror yang lebih besar. Polisi menemukan 120 tabung gas yang diduga hendak digunakan sebagai komponen bahan peledak rakitan.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Advertisement