Liputan6.com, Pyongyang - Pemerintah Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistik jarak pendek pada Sabtu, 26 Agustus 2017 pagi, di lepas pantai negara tersebut. Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan, tiga misil yang telah diluncurkan gagal total mencapai sasaran.
Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (26/8/2017), AS dan Korsel bahkan menyebut, salah satu rudal balistik yang Korut luncurkan meledak -- tak lama setelah dilepas ke udara.
Advertisement
Baca Juga
Upaya peluncuran rudal balistik itu terjadi di tengah-tengah latihan militer pasukan bersenjata Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Pasukan militer kedua negara pun tak mengetahui secara pasti, apa alasan Korut meluncurkan tiga buah rudal dalam kurun waktu 30 menit.
Kepala Staf Gabungan Seoul (JCS) mengatakan, tiga proyektil itu diluncurkan oleh Korut di wilayah pesisir timur negara tersebut.
Peluncuran rudal itu dilakukan hanya beberapa minggu setelah Korea Utara terlibat perselisihan dengan Amerika Serikat terkait ancaman Kim Jong-un yang ingin menyerang wilayah Guam. Demikian dikutip dari laman CBS News.
Meski begitu, menurut kepala JSC, tiga rudal yang baru saja diluncurkan tersebut tak menimbulkan ancaman bagi wilayah AS maupun Guam yang terletak di kawasan Pasifik.
Ancaman Korut ke Guam Beberapa Waktu Lalu
Guam, pulau kecil yang dikenal dengan pantai pasir putihnya, sempat menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya, Korea Utara mengancam akan menembakkan rudal ke wilayah Amerika Serikat tersebut.
Para pemimpin militer Korut dikabarkan tengah menyelesaikan sebuah rencana untuk menembakkan empat rudal jarak menengah Hwasong-12 ke Guam pada pertengahan Agustus. Hal itu akan terjadi jika Kim Jong-un memberikan "lampu hijau".
Bagi Pyongyang, Guam boleh jadi dipandang sebagai target utama karena di sanalah pangkalan militer AS yang terdekat dengan mereka berada. Mungkin pula, karena aset militer AS di Guam terkadang ditempatkan di dekat Semenanjung Korea. Demikian dilansir dari laman CNN.
Meski ancaman dari rezim Kim Jong-un kian didengungkan, kehidupan warga di sana masih berjalan normal. Pelancong Asia, terutama asal Jepang dan Korea Selatan, masih mendarat di bandara pulau itu. Bahkan saking ramainya, mereka sangat sulit menemukan kamar untuk menginap.
Selain diminati turis, pulau itu juga menjadi rumah bagi 5.000 tentara AS yang menghuni dua pangkalan militer di sana. Guam dijuluki "ujung tombak", kehadiran kunci militer AS di Pasifik.
Nilai strategis Guam dinilai menurun sejak Perang Dunia II, mengingat di lain sisi, AS membangun pangkalan militer di Jepang dan Korsel. Kendati demikian, para analis berpendapat bahwa pulau kecil itu masih memainkan peran utama di Pasifik.
Mayoritas penduduk setempat yakin akan perlindungan yang diberikan militer AS. Sebagai bagian dari pertahanannya di Guam, AS memasang sistem peluru kendali antibalistik (THAAD) pada tahun 2013. Selain itu, AS secara rutin juga menggunakan kapal perang yang dilengkapi dengan sistem tempur Aegis untuk berpatroli di sekitar rantai Pulau Marianas.
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement