Liputan6.com, London - Upacara pemakaman Putri Diana digelar pada 6 September 1997, enam hari setelah kematiannya yang tragis di Terowongan Pont de l'Alma di Paris, Prancis.Â
Sekitar 2,5 miliar warga dunia menyaksikan prosesi pemakaman Lady Di, ikut menangis saat menyaksikan dua putranya yang masih belia berjalan tenang di belakang peti mati sang ibu.Â
Puncak dari prosesi pemakaman digelar di Westminster Abbey. Kala itu peti mati Princess of Wales yang ditutup bendera kerajaan digotong delapan perwira dari kesatuan Welsh Guard. Salah satunya adalah Phil Bartlett.
Advertisement
Bartlett, yang kala itu sedang bertugas di Irlandia Utara dipanggil pulang ke London.Â
"Kami berlatih berhari-hari, dengan peti mati dua kali lebih berat dari biasanya," kata dia seperti dikutip dari The Sun.
Bartlett mengaku, ia dan rekan-rekannya tak bisa tidur pada malam sebelumnya. "Kami takut bukan main, membayangkan terjatuh ataupun tersandung."Â
Saat menggotong peti mati Putri Diana dari Kensington Palace, ia mengaku mendengar banyak orang menangis dan memanggil nama mendiang.
"Saya harus menggigit bibir saya sangat keras, untuk menahan diri agar tidak menangis. Tak ada yang bisa menyiapkan diri untuk menghadapi luapan emosi sehebat itu," kata dia. "Itu adalah momen paling membanggakan dalam hidup saya."
Bartlett juga mengungkapkan kekagumannya pada Pangeran William dan Harry atas ketabahan yang mereka tunjukkan di hari pemakaman sang ibu.
Dikutip dari laman Walesonline.co.uk, Senin (21/8/2017), tak hanya kehadiran William dan Harry saja yang tampak oleh bidikan kamera, ada pula Pangeran Philips, Charles dan saudara laki-laki Putri Diana, Earl Spencer yang turut menemani dua anak laki-laki yang saat itu masih berusia 15 dan 12 tahun.
Baca Juga
Dalam sebuah wawancara film dokumenter berjudul Diana: The Last Princess of Wales, Bartlett mengatakan, ketabahan yang dua pangeran lakukan tersebut adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa.
"Hal ini jelas menunjukkan karakter kedua pangeran tersebut," ujar Bartlett.
Beberapa warga yang kala itu turun ke jalanan mengatakan, ada sebuah keheningan yang seketika menyeruak. Semua terdiam, bahkan hanya suara langkah kaki para prajurit yang terdengar.
"Saat tubuh Diana telah beranjak pergi, barulah tangisan warga pecah. Begitu banyak orang yang patah hati karena kepergian mendadak sang putri," ujar salah seorang warga.
Sementara itu, pengamat soal kerajaan Ardent Joy King mempertanyakan, mengapa kedua anak laki-laki itu tampil di depan umum dan berjalan di belakang peti mati ibu mereka.
"Sungguh memilukan ketika melihat anak-anak berjalan di belakang peti mati ibu mereka," ujar Joy King.
Lebih dari satu juta orang berjejer rapi di tepi jalanan kota London menyaksikan sebuah peti berisi jasad Diana. Salah satu alasan warga turun ke jalanan yaitu ingin memberikan penghormatan terakhir kepada putri.
Tak hanya meramaikan jalanan, mereka juga menghantarkan karangan bunga di luar Istana Kensington.
Minggu dini hari, 31 Agustus 1997, Putri Diana tewas. Terowongan Pont de l'Alma di Paris, Prancis menjadi lokasi kecelakaan maut yang merenggut nyawanya.
Kala itu, Mercedes hitam yang membawa Lady Di dan kekasihnya, Dodi Al Fayed melaju kencang, menghindari kejaran paparazi, sebelum menabrak dinding terowongan hingga hancur.
Putri Diana yang masih bernyawa dilarikan ke Rumah Sakit Pitie-Salpetriere, Paris. Namun, nyawanya tak terselamatkan.
Baru beberapa jam kemudian, kabar duka tersebut sampai di Inggris, tanah air sang putri.
Â
Saksikan video menarik berikut ini: