Liputan6.com, Xiamen - Presiden Rusia Vladimir Putin mengimbau, tensi tinggi yang disebabkan isu rudal dan nuklir Korea Utara dapat menyebabkan bencana kehancuran planet dan banyaknya nyawa yang hilang. Tak hanya itu, retorika opsi militer yang dilakukan sejumlah negara untuk merespons isu di Semenanjung justru hanya akan semakin memperkeruh keadaan.
"Semakin terus meningkatkan histeria militer dalam kondisi sekarang ini adalah sebuah tindakan yang tidak masuk akal, sebuah jalan buntu," jelas Presiden Putin kepada jurnalis di China, seperti yang dikutip dari The Guardian, Selasa (5/9/2017).
"Hal itu dapat menyebabkan bencana kehancuran global hingga planet, dan banyaknya nyawa yang hilang. Tak ada cara untuk menyelesaikan isu nuklir Korut, kecuali mungkin lewat dialog damai," tambahnya.
Advertisement
Baca Juga
Putin mengemukakan komentar itu kala menghadiri BRICS Summit, pertemuan multilateral rutin yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang diselenggarakan di Xiamen, China.
Pada kesempatan tersebut, presiden yang juga mantan agen Badan Intelijen Uni Soviet (KGB) itu turut mengutuk provokasi yang beberapa pekan terakhir dilakukan Korut lewat aksi tes rudal dan bom nuklir.
Namun, pada saat yang sama, Presiden Putin juga berpendapat, sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan PBB guna merespons aksi rudal Korut justru dinilai tak efektif.
Menurut Putin, segencar apapun sanksi yang dijatuhkan komunitas internasional terhadap Korut, Kim Jong-un akan berusaha keras untuk terus melanjutkan program rudal dan nuklirnya, agar tidak bernasib sama seperti Libya dan Moammar Khaddafi serta Irak dan Saddam Hussein.
"Kita semua mengingat apa yang terjadi dengan Libya atau Irak dan Saddam Hussein. Anak-anaknya dibunuh, cucunya ditembak, negaranya hancur dan ia digantung," jelas Putin menyebut riwayat Irak yang menghentikan program rudal dan nuklirnya, yang kemudian diikuti dengan invasi militer AS ke Negeri 1001 Malam pada 2003.
"Mereka (Korut) akan makan rumput agar program nuklirnya terus berlanjut," tambah sang presiden Negeri Beruang Merah.
Tak hanya itu, komentar Putin juga muncul setelah Korea Selatan bersikukuh untuk terus mempertahankan persenjataan nuklir taktis milik AS di area Negeri Ginseng. Langkah itu, menurut Rusia, justru akan semakin memperkeruh situasi di Semenanjung.
"Setiap opsi militer akan dipertimbangkan," dalih Menteri Pertahanan Korsel, Song Young-moo.
 Tak hanya itu, beberapa waktu sebelumnya, Korsel juga telah berdiskusi dengan Amerika Serikat, mengenai potensi AS untuk menempatkan armada AL dan pesawat bomber di kawasan Semenanjung Korea.
Akan tetapi, pada beberapa waktu terakhir, telah muncul narasi mengenai potensi Korsel untuk mengembangkan persenjataan rudal balistik dan hulu ledak nuklir secara mandiri dari AS, sebagai langkah untuk mengantisipasi ancaman yang datang dari Utara. Meski begitu, narasi tersebut masih didiskusikan oleh kabinet Presiden Korsel Moon Jae-in beserta staf militernya.
Dalam Waktu Dekat, Korut Akan Gelar Tes Rudal Lanjutan
Media asal Korea Selatan melaporkan, saat ini Korea Utara kembali melakukan aktivitas terkait program rudal dan hulu ledak nuklirnya. Aksi itu dilakukan terpaut dua hari setelah negara yang dipimpin Kim Jong-un itu melakukan detonasi uji coba bom hidrogen pada Minggu, 3 September 2017.
Asia Business Daily, media asal Korsel, mengutip sumber intelijen menyebut, Korea Utara tampak telah memindahkan rudal balistik ke wilayah pantai barat Korut. Demikian seperti dilansir Sky News, Selasa 5 September 2017.
Wilayah di pantai barat itu merupakan salah satu area tempat fasilitas program peluncuran rudal Korea Utara berada.
Menurut laporan intelijen yang diperoleh dari Asia Business Daily, proses pemindahan itu dilakukan pada malam hari, untuk menghindari intaian spionase asing.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menjelaskan, pihaknya belum mampu mengonfirmasi laporan tersebut. Akan tetapi, pada Senin kemarin, Negeri Ginseng menyebut bahwa tetangganya di Utara diperkirakan telah siap dan akan kembali meluncurkan misil dalam waktu dekat.
Sementara itu, beberapa jam sebelum laporan intelijen itu mencuat ke permukaan, sejumlah kapal Angkatan Laut Korea Selatan menggelar latihan menembak (live-fire drills) di Laut Jepang.
Kapten Choi Young-Chan, komandan 13th Maritime Battle Group --armada yang melakukan latihan menembak di Laut Jepang-- mengatakan, "Jika musuh hendak melancarkan provokasi, kami akan membalasnya dengan serangan mematikan."
Â
Simak pula video berikut ini
Â
Advertisement