Liputan6.com, Moskow - Enam bulan setelah kematian Joseph Stalin, seorang politikus bernama Nikita Khrushchev menggantikannya sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet.
Lahir dari keluarga petani Ukraina pada tahun 1894, Khrushchev bekerja sebagai mekanik tambang sebelum bergabung dengan Partai Komunis Soviet pada tahun 1918. Pria kelahiran 15 April 1894 tersebut berangkat ke Moskow pada tahun 1929 dan pada 1938 ia diangkat menjadi Sekretaris Pertama Partai Komunis Ukraina.
Sejak saat itu, sosok Khrushchev menjadi orang dekat Joseph Stalin, pemimpin otoriter Uni Soviet sejak 1924. Pada tahun 1953, Stalin mangkat dan Khrushchev harus berhadapan dengan Georgy Malenkov untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Uni Soviet.
Advertisement
Faktanya, Khrushchev memenangkan perebutan kekuasaan. Dan Malenkov dijadikan perdana menteri, sebuah jabatan seremonial. Pada tahun 1955, Malenkov digantikan oleh Nikolai Bulganin, sosok yang didukung Khrushchev.
Pada tahun 1956, di Kongres partai ke-20, Khrushchev mencela Stalin dan kebijakan totaliternya. Tindakannya memicu pelepasan jutaan tahanan politik. Dan segera setelahnya atmosfer kebebasan baru menyebabkan pemberontakan anti-Soviet di Polandia dan Hongaria.
Kebijakan Khrushchev sendiri tidak mendapat dukungan dari seluruh kalangan di Partai Komunis. Kalangan garis keras diketahui menentangnya bahkan pada Juni 1957 ia nyaris digulingkan dari jabatannya sebagai Sekretaris Pertama.
Khrushchev pun mengambil tindakan "menyingkirkan" anggota partai yang menentangnya dan pada tahun 1958, ia bersiap melangkah menjadi perdana menteri.
Momen 27 Maret 1958, Uni Soviet memilih dengan suara bulat menjadikannya sebagai perdana menteri dan peristiwa itu secara formal menjadi pengakuan atas sosoknya sebagai pemimpin Uni Soviet.
Dalam urusan luar negeri, kebijakan Khrushchev salah satunya adalah "koeksistensi damai" dengan Barat. Ia mengatakan, "Kami menawarkan kepada negara-negara kapitalis persaingan damai", demikian seperti dikutip dari History.
Tak hanya itu, di bawah Khrushchev, Soviet juga mencapai keunggulan dalam perlombaan di bidang angkasa luar dengan meluncurkan satelit dan astronaut pertama negara itu. Pada masa pemerintahannya, Khrushchev juga melakukan kunjungan ke AS pada tahun 1959 dan peristiwa itu dianggap sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara meski pada awal 1960-an relasi Washington-Moskow kembali menurun.
Krisis rudal Kuba, krisis pertanian di dalam negeri, dan kemunduran hubungan Soviet-China akibat kebijakan Khrushchev menyebabkan pertentangan terhadap dirinya meningkat.
Pada 14 Oktober 1964, Leonid Brezhnev, anak didik dan wakil Khrushchev, memimpin sebuah kudeta yang berhasil. Khrushchev tiba-tiba mengundurkan diri sebagai Sekretaris Pertama dan PM. Beberapa tahun setelah pensiun, tepatnya 11 September 1971, ia wafat akibat serangan jantung di rumah sakit di dekat apartemennya di Moskow.
Surat kabar Pravda memuat pengumuman kematian Khrushchev hanya sepanjang satu kalimat. Sedangkan media Barat memuat liputan yang lebih panjang.
Koresponden kawakan The New York Times di Moskow, Harry Schwartz, menulis, "Khrushchev membuka pintu dan jendela bangunan yang telah membatu. Ia biarkan udara dan gagasan segar masuk, menghasilkan perubahan yang, seperti telah ditunjukkan waktu, bersifat mendasar dan tak dapat diubah".
Sementara itu, 12 September 1953 juga merupakan momen penting bagi trah Kennedy karena pada hari itu John F. Kennedy menikah dengan Jacqueline Bouvier. Pasangan yang kelak menjadi keluarga nomor satu di Amerika Serikat tersebut mengikat janji suci di Newport, Rhode Island.
Dalam peristiwa terpisah, terjadi kudeta di Turki pada 12 September 1980. Kudeta yang dilancarkan oleh Jendral Kenan Evren tersebut merupakan kali ketiga setelah pemberontakan pada 1960 dan 1971.