Siapkan Bonus Demografi, RI Gandeng AS dalam Ristekdikti

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi amat penting agar manfaat bonus demografi dapat menjadi pendorong pembangunan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 17 Sep 2017, 14:06 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2017, 14:06 WIB
US Graduate Education Fair 2017 (0)
Pembukaan pameran pendidikan US Graduate Education Fair 2017. (Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan meraih bonus demografi di masa depan. Bonus tersebut erat kaitannya dengan ketersediaan warga usia produktif.

Dengan demikian, kesiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi amat penting agar manfaat bonus demografi tersebut dapat menjadi pendorong pembangunan menuju kemakmuran bangsa. Pendidikan dipandang sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu generasi mendatang.

Terkait dengan hal tersebut Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik di Kementerian Ristek Dikti, Nada Marsudi, mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan prioritas penelitian untuk 10 tahun ke depan dalam bidang-bidang yang berada di bawah payung STEM (science, technology, engineering, and math).

Sejumlah bidang yang termasuk ke dalam STEM adalah pangan, energi, kesehatan dan kedokteran, ICT, transportasi, teknologi pertahanan, kelautan, dan manajemen bencana.

"Kementerian Ristek Dikti telah berekanan amat baik dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terutama dalam kerja sama pendidikan tinggi bidang riset dan teknologi," ujar perempuan yang pernah ikut dalam program pertukaran pelajar AFS tersebut

Seperti dijelaskan Nada dalam pembukaan pameran pendidikan US Graduate University Fair 2017 pada Sabtu (16/9/2017) di Jakarta, selama ini telah banyak terjalin kerja sama antara universitas-universitas di Indonesia dan AS

Kerja sama tersebut bukan hanya secara bilateral, melainkan juga dalam wadah regional dan multilateral, misalnya dalam ASEAN Community on Science and Technology. Sementara itu, salah satu bentuk kerja sama bilateral adalah perjanjian USAID yang berperan membantu bidang pendidikan tinggi dan riset.

Kerja sama pendidikan sebenarnya sudah dilakukan sejak 60 tahun lalu, tapi pihak Kementerian berupaya meningkatkan lagi karena Kementerian Ristek Dikti sendiri baru dibentuk pada 2014.

Ia menjelaskan bahwa Kementerian Ristek Dikti memiliki dua misi. Pertama, adalah revitalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Misi kedua adalah reformasi pendidikan tinggi.

Dua hal tersebut erat hubungannya dengan kerja sama pemerintah AS karena adanya kesepakatan perjanjian iptek antara dua negara yang dimulai pada 2010. Di sisi lain, sebagai salah satu negara dengan universitas-universitas terbaik di dunia, AS menjadi pilihan tempat tujuan pendidikan guna meningkatkan mutu SDM Indonesia di bawah payung STEM tersebut.

 

Pendidikan Sebagai Bagian dari Kerja Sama Strategis

Para pengunjung pameran pendidikan AS sedang mencari informasi beasiswa. (Liputan6.com/Alexander Lumbantobing)

Menurut Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan, mahasiswa Indonesia akan mendapatkan pendidikan yang baik di negara-negara lain.

Namun, menurutnya, AS memiliki lebih dari 4.000 lembaga pendidikan tinggi dengan keberagaman, penerimaan, dan toleransi yang baik. Hal tersebut juga termasuk keterlibatan besar lembaga-lembaga tersebut pada penelitian.

"Sepertiga penelitian sedunia dilakukan di Amerika Serikat, kebanyakan di kampus-kampus di tingkat pascasarjana," ujar Dubes Donovan.

Dalam kesempatan yang sama, Dubes Donovan juga mengungkapkan bahwa sekitar 90 persen permohonan visa pelajar disetujui. Proses mendapatkan visa pun dipersingkat, yakni sekitar tiga hari setelah wawancara dengan pihak Konsuler AS di Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya