Liputan6.com, Jakarta - Presiden Niger, Mahamadou Issoufou akan melakukan kunjungan kenegaraan bersejarah ke Indonesia pada 16 Oktober 2017. Bersejarah karena, presiden dari negara di Afrika itu bertandang ke Tanah Air untuk kali pertama.
Menurut rencana, Issoufou akan bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo beserta sejumlah jajaran kabinet, salah satunya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Hubungan bilateral Indonesia - Niger terbilang masih hijau, karena kedua negara baru membuka hubungan diplomatik pada 2011.
Advertisement
"Sehingga, kunjungan ini jadi tindak lanjut bagi kedua negara untuk meningkatkan hubungan. Agenda khususnya adalah pembentukan mekanisme bilateral Niger - Indonesia," jelas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Menurut Arrmanatha, sejumlah isu yang turut akan dibahas dalam pertemuan itu antara lain adalah rencana Indonesia untuk menjalin kerjasama ekonomi dengan Niger.
Baca Juga
Kerjasama itu juga menjadi salah satu cara bagi Tanah Air untuk melakukan pendekatan kepada Economic Community of West African States (ECOWAS), perkumpulan kerja sama ekonomi 15 negara di kawasan Afrika barat, di mana Niger merupakan salah satu anggotanya.
"Kita melihat Niger dan ECOWAS sebagai mitra dan pasar potensial. Harapannya, usai pertemuan itu, akan ada pembicaraan ekonomi lanjutan antara Indonesia dengan mereka. Pendekatan itu juga dilakukan untuk mengintensifkan hubungan kita dengan negara di Afrika," jelas Arrmanatha.
Sang jubir juga menjelaskan, dalam kunjungannya, Presiden Issoufou juga akan menyerap pengalaman Indonesia dalam menangani isu terorisme dan radikalisme.
Saat ini, Niger tengah menghadapi permasalahan terorisme yang meliputi kelompok militan pro-ISIS, Al-Qaida in Maghreb (AQIM), Islamic State in the Greater Sahara, dan Boko Haram.
"Nantinya, Niger akan menjajaki kerjasama dengan Indonesia terkait penanggulangan terorisme dan ekstremisme. Kerjasama bisa dalam bentuk saran, teknis, program --seperti peace building atau deradikalisasi-- serta pengembangan sumber daya manusia," jelas pria yang akrab disapa Tata itu.
Agenda utama kunjungan itu juga meliputi pembahasan kerjasama serta peningkatan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
"Neraca perdagangan kedua negara kecil, sekitar US$ 9 juta. Hubungannya juga masih satu arah, baru dari Indonesia ke Niger. Sebagian besar adalah ekspor produk CPO (crude palm oil) dari kita. Maka, akan kita coba tingkatkan lagi tentang permasalahan itu," tambah sang Jubir Kemlu RI itu.