Pembunuhan Bayi hingga Mati Menyeringai, 8 Kisah Suram Abad ke-19

Masa 1800-an adalah suatu masa yang berbahaya ketika penyakit dan kurangnya pendidikan dapat menewaskan banyak orang.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 27 Okt 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 19:00 WIB
Makam 16 Imigran Cina Abad 19 Ditemukan di Peru
Sisa-sisa kerangka imigran China abad ke-19 yang ditemukan di bekas situs suci pra-Kerajaan Inka di Lima, Peru, Kamis (24/8). Situs kuno yang ditemukan oleh arkeolog itu berisi 16 kerangka imigran China. (AP Photo/Martin Mejia)

Liputan6.com, Jakarta - Orang sering mengenang masa lalu, ketika manusia seakan hidup dalam keadaan yang lebih baik dan lebih memuaskan daripada kehidupan sekarang. Kenyataannya, tidak pernah ada yang namanya "masa lalu yang indah."

Satu-satunya yang berubah seiring berjalannya waktu adalah kemampuan kita menyatakan welas asih (compassion) kepada makhluk hidup lain dan cara-cara keselamatan yang kita ciptakan untuk membantu melindungi hidup kita.

Secara keseluruhan, kita telah melupakan hal kehidupan jauh di masa lalu. Misalnya, masa 1800-an adalah suatu masa yang berbahaya ketika penyakit dan kurangnya pendidikan dapat menewaskan orang-orang tak bersalah, rentan, dan bahkan yang terkuat sekalipun.

Contoh nyata adalah berbagai eksperimen kedokteran – sukarela ataupun tidak – pada manusia dan hewan pada Abad ke-19, yang tentunya termasuk keji jika diukur menurut standar sekarang.

Pada 1893 di Prancis, seorang wanita berusia 45 tahun yang menderita tumor di keningnya malah dibuka tengkoraknya oleh seorang dokter untuk membuang tumor, tapi bagian tengkorak yang dibuang diganti dengan bagian tengkorak anjing yang masih hidup.

Pada 1889 ada tren coba-coba dengan menyuntikan zat dari kelenjar tertentu di bokong hewan demi meraih kebugaran pada manusia berusia lanjut. Dan masih cukup banyak contoh jika dibeberkan satu demi satu.

Diringkas dari listverse.com pada Jumat (27/10/2017) berikut ini adalah sejumlah bukti bahwa kehidupan pada abad itu tidak seindah yang kita duga:

 

 

 

 

 

 

 

 

1. Tercabik Mesin

Mesin industri Abad ke-19 di Jerman. (Sumber Wikimedia Commons)

Bekerja di penggilingan dan pabrik sebelum ada peraturan keselamatan adalah hal yang mematikan. Koran-koran memberitakan beberapa kejadian ketika pria, wanita, dan anak-anak tercabik oleh mesin yang tidak berpenutup.

Kebanyakan kecelakaan itu sebenarnya bisa dicegah dengan pakaian yang layak dan pagar pengaman.

Misalnya, seorang wanita muda dari Wisconsin sedang memeriksa mesin di penggilingan gandum pada 1861 ketika pakaiannya bersentuhan dengan bagian atas tiang penggilingan.

Ia tidak bisa melepaskan diri dan ketika muncul perintah menghentikan penggilingan, tubuhnya sudah tercabik-abik.

Dalam suatu laporan terbitan 1892, ada seorang pemuda yang tergiling hingga mati di pabrik pasta California. Ketika ia sedang mencoba menyiapkan adonan, roda dalam tabung pasta berputar dan menyambar tangannya.

Ia tertarik ke dalam tabung dan batu gilingan sehingga tergilas sampai mati.

2. Rabies Dianggap Tak Ada

Kartun tentang rabies, buatan 1826. (Sumber Wikimedia Commons)

Pada 1800-an rabies seringkali disebut dengan hidrofobia. Tapi, pada masa itu, pada dokter tidak mempercayai adanya hidrofobia.

Misalnya, pada 1897, dalam sebuah makalah yang dibacakan oleh Dr. Irving C. Rosse di hadapan para anggota American Neurological Association, ia "tidak ragu mengatakan hidrofobia sebagai penyakit yang benar-benar cuma khayalan."

Walaupun keberadaan rabies diragukan, kasus-kasus terus dilaporkan melalui koran-koran, terutama yang menyerang hewan peliharaan maupun hewan liar.

Pada 1899, para dokter menerbitkan satu artikel lagi. Kali ini mereka menyakinkan publik bahwa hidrofobia memang benar-benar penyakit dan bisa menular dari hewan kepada manusia.

Tidak jelas berapa banyak yang telah meninggal oleh rabies karena pada dokter sebelumnya tidak percaya bahwa penyakit itu memang ada.

3. Menenggelamkan Anjing-anjing

Foto anjing Hawaii pada Abad ke-19. (Sumber Wikimedia Commons)

Sebuah artikel terbitan koran Wisconsin pada 1876 memberikan penjelasan tentang ciri alamiah seorang anak yang 'sehat', yaitu bahwa anak itu menjadi bagian dari alam.

Ia menggunakan benda-benda secara kasar dan tanpa ragu. Asiknya menjadi anak lelaki adalah bahwa ia menenggelamkan anjing atau kucing, menggantung mereka ke pohon, membunuhi anak-anak burung, atau menyiksa kodok dan tupai, sama seperti halnya kekerasan alam.

Dengan pandangan seperti itu, tidak mengherankan kalau menenggelamkan anjing menjadi metode yang lazim untuk memusnahkan hewan peliharaan yang terlantar atau hilang.

Seorang penangkap anjing dari Saint Paul, Minnesota, mengumumkan pada 1893 bahwa ia tidak akan lagi membunuh anjing-anjing tanpa izin dengan "gas batubara", tapi dengan menenggelamkannya.

Amerika Serikat (AS) bukan satu-satunya negara yang menenggelamkan anjing-anjing yang tak diinginkan. Dilaporkan pada 1891 bahwa anjing-anjign liar yang ditemukan di South Brisbane, Australia, juga akan ditenggelamkan.

4. Pembunuhan Bayi-bayi

Lukisan wanita Rusia membuang bayinya, karya Geoffroy, 1845. (Sumber Wikimedia Commons)

Sebuah koran Melbourne menerbitkan artikel pada 1897 yang isinya mempertanyakan apa yang seharusnya dilakukan pemerintah dengan meningkatnya tren pembunuhan bayi-bayi yang tak diinginkan.

Kadang-kadang anggota keluarga membunuh bayi mereka atau pembunuhan dilakukan oleh pihak lain, tapi jelas harus ada yang dilakukan karena mayat-mayat bayi amat sering ditemukan berserakan di permukaan tanah ataupun air.

Pada 1873, seorang anak lelaki sedang memancing di Tasmania. Tali pancingnya mengenai sesuatu. Ia berjuang menariknya dan kemudian terangkatlah sebuah kotak kayu yang dirantai. Ketika dibuka, ada mayat bayi di dalamnya.

Tiga bayi ditemukan di New South Wales pada 1887 pada suatu hari yang sama. Jasad yang pertama berasal dari bayi yang belum berusia seminggu dan dibungkus kain sebelum ditinggal di jalan raya.

Jasad kedua adalah perempuan berusia 5 hari yang dibuang di ladang kuda. Yang ketiga adalah seorang bayi lelaki yang dibuang di tanah kosong.

Semua bayi itu telah dicekik lehernya menggunakan benang atau pita. Untunglah, bayi ketiga masih berjuang untuk bernafas ketika ditemukan dan langsung dibawa ke rumah sakit.

5. Mati Menyeringai

Lukisan vaksinasi Abad ke-19. (Sumber Wikimedia Commons)

Penyakit tetanus dikenal juga sebagai penyakit kejang rahang (lockjaw). Penyakit mematikan itu belum bisa disembuhkan hingga awal Abad ke-20.

Sebelum temuan vaksinnya, orang yang tertular akan mati sambil menyeringai (grinning death) setelah bakteri memasui aliran darahnya. Rahang mereka kaku dan otot-ototnya kejang-kejang hingga akhirnya korban meninggal dunia.

Sebuah wabah tetanus dilaporkan merebak pada musim panas 1899 di negara bagian New York. Antara 4 hingga 22 Juli, ada 83 kematian akibat penyakit karena sembrono dalam memegang petasan dan pistol mainan.

Angka kematian saat itu antara 85 hingga 90 persen. Artinya, seseorang yang tertusuk benda terkontaminasi kemungkinan besar akan mati.

Para dokter mencari-cari penyembuhan penyakit itu, tapi tidak berhasil. Seorang dokter di Tours, Prancis, melaporkan bahwa "gejala-gejala tetanus akan hilang segera dengan melakukan peregangan syaraf," tapi pasiennya tetap mati beberapa jam kemudian.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

6. Menelan Jarum

Foto sinar-X keberadaan peniti dalam kerongkongan anak. (Sumber University of British Columbia)

Pada Abad ke-19, kaum wanita berjaga-jaga dengan benang dalam jumlah besar. Ketika sedang menambal pakaian, mereka kadang-kadang menggigit jarum-jarumnya, sehingga ada beberapa laporan tentang orang-orang yang tidak sengaja menelan jarum.

Misalnya, pada 1897, seorang ibu rumah tangga berusia 56 tahun menelan sebatang jarum kuningan. Ia dibawa ke rumah sakit, tapi meninggal 6 minggu kemudian karena jarum itu telah merobek ususnya.

Anak-anak juga menjadi korban menelan jarum, tapi kisah mereka dilaporkan sambil lalu saja di koran-koran. Misalnya, pada 1881, dilaporkan ada seorang anak yang batuk mengeluarkan sebatang jarum yang tertelan 6 tahun sebelumnya.

Dalam kasus lain pada 1897, seorang balita menelan sebuah peniti kuningan yang terbuka. Orangtuanya mengawasi selama beberapa hari kemudian, lalu melupakannya.

Enam bulan kemudian, anak lelaki mereka mulai terbatuk-batuk. Ketika bayi digendong, ia batuk darah dalam jumlah besar lalu keluarlan peniti yang telah lama dicari. Peniti itu sudah sangat berkarat dan berwarna kehitaman.

7. Teluk Pembuangan Bangkai

Poster ilustrasi Brooklyn di New York oleh Currier & Ives. (Sumber Wikimedia Commons)

New York mengalami masalah merepotkan dengan bangkai-bangkai hewan sebagaimana dilaporkan pada 1870.

Sebuah perusahaan kontraktor bernama The New York Rendering Company dan beberapa kontraktor lainnya mengumpulkan bangkai kucing, anjing, kuda, dan sisa-sisa dari rumah jagal, lalu kemudian membuangnya ke Lower Bay.

Banyak bangkai yang kemudian terhanyut ke pantai. Warga yang tinggal sepanjang Hudson River pun sakit-sakitan. Pada suatu saat, bisa sampai 15 bangkai kuda terlihat mengambang dalam keadaan kembung di air.

Warga mulai mengeluhkan bau busuk dan pemandangan yang tak sedap itu. Kemudian diputuskan bahwa bangkai-bangkai dibuang di luar batas kota, tapi tetap terhanyut ke tepian.

Bahkan "Warga Gotham yang berlayar melintasi teluk kadang-kadang masih bau busuk bangkai kuda ketika pulang berlayar."

8. Benda-benda Kulit Manusia

Dompet notes yang diduga terbuat dari kulit manusia. (Sumber Wikimedia Commons)

Menggunakan sarung tangan atau sabuk yang terbuat dari kulit manusia mungkin bisa membuat kita bergidik, tapi hal itu cukup lazim di masa lalu.

Dalam artikel terbitan 1899 diceritakan bahwa kulit yang dipakai diambil dari mayat-mayat warga miskin yang tidak diakui oleh teman atau kerabat ketika meninggal dunia.

Mayat-mayat tak dikenal biasanya diserahkan kepada sekolah-sekolah kedokteran untuk dibedah. Para mahasiswa kedokteran kemudian mengumpulkan kulit untuk dijual kepada pengrajin kulit dan pengrajin perhiasan.

Saat itu ada banyak permintaan barang-barang yang terbuat dari kulit manusia di AS. Kulit manusia dijual seharga emas karena pasokannya sedikit.

Salah satu kisah penggunaan kulit manusia diceritakan dalam artikel terbitan 1888. Seoarng dokter di New South Wales memilki sepatu yang terbuat dari kulit warga Afrika. Menurutnya, kulit warga Afrika paling lembut dan awet.

Pria itu tidak terusik perasaannya terhadap warga Afrika maupun warga kelahiran AS yang bertempur dalam Perang Sipil untuk membebaskan warga Afrika Amerika dari perbudakan.

Menurut ucapannya sendiri, "Saya mau saja menggunakan kulit manusia berkulit putih untuk keperluan yang sama kalau cukup tebal dan jika ada orang yang berminat menggunakan kulit saya di kakinya setelah saya menghembus nafas terakhir, ia mendapatkan izin saya sejak sebelum mati."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya