Liputan6.com, Tokyo - Korea Utara kembali menebar ancaman. Kali ini, ancaman itu diumbar jelang lawatan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik.
Trump resmi memulai kunjungannya ke Asia yang dimulai dengan Jepang pada tanggal 5 - 6 November. Selepas itu, sang presiden akan mengunjungi Korea Selatan pada 7 - 8 November.
Dan, guna 'menyambut' kedatangan Trump, Korea Utara mengumbar retorika akan terus memproduksi bahkan menambah hulu ledak nuklirnya.
Advertisement
Retorika itu datang lewat sebuah siaran televisi pemerintah Korea Utara KCNA.
"Amerika Serikat harus melupakan gagasan tak masuk akal bahwa Pyongyang akan patuh terhadap sanksi internasional dan menanggalkan senjata nuklirnya," papar KCNA seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (5/11/2017).
"Senjata nuklir berharga untuk pertahanan negara kami akan semakin meningkat tajam dari biasanya," tambah siaran tersebut.
Tayangan itu juga menjelaskan, Korea Utara akan menghentikan produksi senjata rudal dan nuklirnya jika, "Kebijakan agresif AS terhadap DPRK (nama resmi Korea Utara) berhenti untuk selama-lamanya."
Meski begitu, KCNA menyatakan bahwa Korut tetap menolak desakan AS dan komunitas internasional yang menginginkan denuklirisasi di negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu.
"Sebaiknya mereka berhenti bermimpi kala berbicara soal denuklirisasi dengan kami," tambah KCNA.
Korea Utara jadi Bahasan Utama
Korea Utara akan menjadi salah satu isu prioritas yang dibahas oleh Trump saat menyambangi Jepang dan Korea Selatan -- sebagai bagian dari tur kenegaraannya ke Asia Pasifik.
"Di Jepang, Trump akan bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe guna membahas tentang aliansi politik-ekonomi AS-Jepang," jelas keterangan resmi dari pejabat senior Gedung Putih yang diterima Liputan6.com via e-mail, Rabu 1 November 2017.
Sedangkan di Korea Selatan, Presiden AS akan berpidato di Parlemen Korsel pada 8 November. Ia akan berbicara mengenai hubungan kedua negara serta mendesak komunitas internasional untuk memaksimalkan tekanan terhadap Korut.
"Kita berharap Presiden Trump akan menegaskan kembali bahwa aliansi AS - Korsel akan semakin kuat di tengah agresi Korea Utara," tambah sang pejabat senior Gedung Putih tersebut.
Beberapa analis khawatir, pidato Trump di Parlemen Korsel nanti justru akan semakin memperparah isu di Semenanjung.
"Karena Trump memiliki tendensi berbicara di luar batas dan mungkin ia akan kehilangan kendali dalam berpidato," kata Profesor Yang Moo-jin dari University of North Korean Studies kepada Agence France Presse seperti dikutip dari News.com.au.
Advertisement