Cari Jati Diri, Pria Australia Hidup 8 Tahun dengan Suku Mentawai

Seorang pria asal Melbourne ini menghabiskan 8 tahun untuk mendokumentasikan budaya dan kehidupan orang di Mentawai.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Nov 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2017, 13:00 WIB
Suku Mentawai, salah satu suku yang hampir punah
Suku Mentawai, salah satu suku yang hampir punah

Liputan6.com, Mentawai - Krisis keuangan global yang mengguncang dunia pada 2008 membuat Rob Henry memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pekerjaannya. Rob sendiri adalah seorang peselancar asal Melbourne, Australia.

Rob lalu memutuskan untuk meninggalkan rumahnya demi melakukan pencarian akan arti kehidupan. Ia berhasil menemukan apa yang dicarinya di Indonesia, setelah tinggal bersama suku Mentawai selama delapan tahun.

Dilansir dari Australia Post, Sabtu (18/11/2017), Rob pada awalnya datang ke nusantara untuk mendokumentasikan kehidupan di Mentawai, setelah berjumpa dengan seorang pemuda asli sana.

Rob mengatakan, "Saya bertemu dengan seorang anak muda Mentawai bernama Andy. Ia telah bekerja di resor tempat saya menginap selama setahun. Dia memiliki hubungan luar biasa dengan tempat kerjanya. Saya lantas berpikir, mungkin apa yang terlihat di matanya adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat selama ini."

Penduduk asli suku Mentawai seperti Andy diyakini telah tinggal di Kepulauan Mentawai selama ribuan tahun.

"Senang sekali melihat Andy. Dia menggelitik rasa penasaran saya, untuk mengetahui apa yang ada di dalam pandangannya," tambahnya.

Setelah berkenalan dengan pemuda tersebut, Rob kemudian mengunjungi tempat tinggalnya di sebuah desa nelayan terpencil, dan segera menemukan dirinya. Ia juga mendapati fakta bahwa penduduk setempat tidak dapat berbahasa Inggris.

"Saya tertarik tinggal di desa belum banyak terjamah. Saat tiba, saya tidak tahu banyak mengenai budaya dan bahasa lokal. Desa ini begitu luar biasa, menakutkan sekaligus menantang," tukasnya.

Hal itulah yang kemudian membuat Rob untuk tinggal dan mendokumentasikan kehidupan di Mentawai selama delapan tahun.

 

Budaya yang Termakan Zaman

Selama tinggal di Mentawai, Rob belajar bahasa daerah setempat dan menyatukan dirinya dalam masyarakat. Dia juga belajar lebih banyak tentang kepercayaan adat tradisional suku di sana yang dinamakan Arat Sabulungan.

Rob menjelaskan, "Orang-orang setempat memercayai bahwa semua hal yang ada di alam ini memiliki jiwa. Mereka juga percaya, manusia yang meninggal akan kembali dan menyatu dengan alam."

Budaya khas Mentawai sendiri sempat terancam setelah Indonesia merdeka. Pemerintah pada saat itu memaksa penduduk di sana meninggalkan tradisi dan kepercayaannya. 

Mereka juga mendesak warga setempat untuk menganut agama resmi yang diakui.

Budaya dan tradisi orang Mentawai semakin terkikis dari masa ke masa. Para generasi baru mereka saat ini juga miskin pengetahuan akan budaya dan kepercayaan asli mereka.

"Generasi tua Mentawai masih hidup dengan budaya aslinya, namun tidak dengan generasi-generasi berikutnya. Tradisi tersebut ingin mereka lanjutkan pada generasi-generasi di bawah," ucap Rob.

Rob berharap, melalui film dokumenternya yang berjudul As Worlds Divide yang dibuat selama delapan tahun, dapat menyoroti kehidupan orang Mentawai yang perlahan mulai lepas dari budaya asalnya.

Rob menutupi, "Saya belajar banyak. Saya belajar bahwa bahagia itu sederhana, bukan berasal dari materi. Itu berasal dari dalam diri sendiri, dan dari hubungan dengan keluarga dan teman. Saya berpikir untuk semua kebudayaan asli yang masih ada saat ini, hal itulah yang menyebabkan mereka bisa bertahan selama puluhan ribu tahun."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya