Sersan AS yang Membelot ke Korea Utara Meninggal di Jepang

Pasca-bebas dari tahanan Korea Utara, Charles Jenkins, tinggal di Pulau Sado, Jepang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Des 2017, 12:33 WIB
Diterbitkan 12 Des 2017, 12:33 WIB
Charles Jenkins (77) tinggal di Jepang bersama keluarganya pasca-pembebasannya pada 2004
Charles Jenkins (77) tinggal di Jepang bersama keluarganya pasca-pembebasannya pada 2004 (AP Photo/Itsuo Inouye, File)

Liputan6.com, Tokyo - Seorang mantan sersan Amerika Serikat yang membelot ke Korea Utara dan menjadi tahanan Pyongyang selama nyaris 40 tahun dilaporkan meninggal dunia.

Charles Jenkins (77) tinggal di Jepang bersama keluarganya pasca-pembebasannya pada 2004. Pria itu termasuk di antara empat tentara AS yang membelot pada 1960-an dan sempat menjadi bintang film di Korea Utara. Namun ia satu-satunya yang kemudian dibebaskan.

Rekan-rekannya yang lain dilaporkan meninggal dunia di Korea Utara, termasuk James Dresnok yang dikabarkan tewas akibat stroke pada 2016.

Jenkins meninggal dunia di Pulau Sado pada hari Senin waktu setempat. Ia tinggal di sana bersama istrinya, Hitomi Soga, yang juga mantan tahanan Korea Utara. Kantor berita Jepang, Kyodo, menyatakan bahwa penyebab kematian Jenkins belum diketahui. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Selasa (12/12/2017).

Pilihan yang Keliru

Jenkins telah menjalani kehidupan yang luar biasa, namun juga sulit di Korea Utara. Hal tersebut terungkap melalui memoar dan sejumlah wawancara yang dilakukannya.

Pada 1965, saat ditempatkan bersama dengan tentara AS lainnya di Zona Demiliterisasi (DMZ), Jenkins memutuskan meninggalkan unitnya dan membelot ke Korea Utara. Alasan keputusannya tersebut adalah ia khawatir akan terbunuh atau dikirim ke Perang Vietnam.

Ia mengatakan, pada awalnya ia pikir dari Korea Utara ia bisa mencari suaka ke Kedutaan Rusia sebelum akhirnya kembali ke Negeri Paman Sam melalui pertukaran tahanan.

Pada suatu malam di bulan Januari, Jenkins pun memutuskan berjalan melintasi DMZ dan menyerah kepada tentara Korea Utara. Saat itu usianya 24 tahun.

Namun permintaan suaka Jenkins atau warga AS lainnya ditolak Kedubes Rusia. Sebagai gantinya, mereka menjadi tahanan Korea Utara.

Warga AS itu pun dipaksa mempelajari ajaran pemimpin Korea Utara, Kim Il-sung, melakukan terjemahan dan mengajar Bahasa Inggris. Selain itu, mereka juga menjadi selebritas instan dengan bermain dalam film propaganda Korea Utara. Peran mereka sebagai penjahat dari Barat.

Jenkins mengakui bahwa pihak Korea Utara kerap menyiksa dan melakukan prosedur medis yang terkadang tidak diperlukan, termasuk memotong tato Angkatan Darat pada dirinya tanpa melalui proses anestesi.

'Korea Utara Ingin Saya Mati'

Korea Utara menggelar perayaan atas kesuksesan tes rudal termutakhir yang dilesatkan pada 29 November lalu. Perayaan itu dilaksanakan di Pyongyang pada 30 November 2017 (Kim Won-jin/AFP)
Korea Utara menggelar perayaan atas kesuksesan tes rudal termutakhir yang dilesatkan pada 29 November lalu. Perayaan itu dilaksanakan di Pyongyang pada 30 November 2017 (Kim Won-jin/AFP)

Jenkins menikahi Soga, istrinya, pada 1980. Pasangan ini memiliki dua anak perempuan. Soga sendiri dibebaskan sebagai tahanan Korea Utara pada 2002 setelah melalui proses negosiasi.

Pasca-pembebasannya tahun 2004, Jenkins menyerahkan diri ke Angkatan Darat AS dan ia diberhentikan secara tidak hormat. Keluarga tersebut menetap di Pulau Sado, kampung halaman mertua Jenkins di mana pria itu bekerja sebagai penyambut tamu di sebuah taman wisata.

Pada Agustus, dalam salah satu wawancara media terakhirnya, dia mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa dia masih khawatir, Korea Utara akan membunuh ia atau keluarganya.

"Korea Utara ingin saya mati," katanya kepada surat kabar tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya