Tak Cuma Mobil, Saudi Akan Izinkan Wanita Naik Sepeda Motor

Tak akan ada nomor khusus mobil atau sepeda motor untuk wanita. Undang-undangnya pun sama antara wanita dan pria.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 17 Des 2017, 14:08 WIB
Diterbitkan 17 Des 2017, 14:08 WIB
Sempat Dibui Terkait Larangan Menyetir, Wanita Saudi Dibebaskan
Arab Saudi merupakan satu-satunya negara yang melarang perempuan menyetir mobil.

Liputan6.com, Riyadh - Perempuan Arab Saudi kini makin banyak memiliki kesempatan berkendaraan. Mereka akan diperbolehkan untuk mengendarai sepeda motor bahkan truk. Hal itu dikatakan oleh pejabat pada tiga bulan setelah kerajaan mengumumkan keputusan bersejarah yang mengakhiri pelarangan perempuan mengendarai mobil.

Pada September lalu, Raja Salman mengeluarkan dekrit yang mengatakan wanita Saudi boleh mengendarai mobil pada Juni 2018 mendatang. Ini adalah bagian dari reformasi ambisius kerajaan yang selama ini konservatif. Demikian seperti dikutip dari India Times pada Minggu (17/12/2017).

Direktorat Jenderal Lalu Lintas Saudi memberikan rincian peraturan baru yang akan mengikuti pencabutan larangan tersebut di kantor berita negara, Saudi Press Agency.

"Ya, kami akan memberi wewenang kepada perempuan untuk mengendarai sepeda motor dan juga truk," kata lembaga itu seraya menambahkan bahwa keputusan kerajaan tersebut juga menetapkan bahwa undang-undang mengemudi akan "sama" untuk pria dan wanita.

Tidak akan ada nomor pelat khusus untuk mobil buatan wanita, katanya.

Akan tetapi, wanita Arab Saudi yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas atau yang melakukan pelanggaran lalu lintas akan ditangani di pusat khusus yang akan didirikan dan dikelola oleh perempuan.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia yang memberlakukan larangan mengemudi bagi perempuan.

Keputusan bersejarah untuk mengizinkan perempuan mengemudi pada Juni tahun depan mendapat sambutan positif, baik dari dalam maupun luar negeri.

Arab Saudi memiliki beberapa pembatasan paling ketat di dunia terhadap wanita.

Di bawah sistem perwalian negara Arab Saudi, anggota keluarga laki-laki -- biasanya ayah, suami, atau saudara laki-laki -- harus memberikan izin bagi wanita yang ingin sekolah, melakukan perjalanan dan kegiatan lainnya.

Perempuan Saudi Mulai Mendapat 'Tempat'?

Reformasi, Arab Saudi Perbolehkan Perempuan Masuk Stadion
Reformasi, Arab Saudi Perbolehkan Perempuan Masuk Stadion (AFP)

Selama tahun-tahun belakangan, Kerajaan Saudi yang terkenal ultrakonservatif secara bertahap memberikan lebih banyak hak dan visibilitas terhadap perempuan, termasuk berpartisipasi dalam Olimpiade di London dan Rio de Janeiro, mendapat posisi di dewan konsultatif dan mencalonkan diri, serta memberikan suara dalam pemilu lokal pada 2015.

Meski demikian, para perempuan Saudi tetap saja diharuskan tunduk pada keinginan laki-laki, mengingat keberadaan undang-undang perwalian yang serta-merta menjadi rintangan bagi mereka untuk mendapat paspor, bepergian ke luar negeri atau menikah dengan sosok pilihan. Semuanya harus mendapat persetujuan dari laki-laki yang memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka.

Perempuan yang mencoba melarikan diri akan dihadapkan pada ancaman hukuman penjara atau dipaksa menghuni tempat penampungan.

Sebelum pengumuman wanita akan diizinkan mengemudi, baru-baru ini gebrakan lain telah lebih dulu dibuat. Pada akhir pekan lalu, Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk pertama kalinya dalam sejarah membiarkan perempuan memasuki stadion utama King Fahd di Riyadh untuk merayakan 87 tahun berdirinya negara itu.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang berusia 32 tahun dinilai merupakan sosok yang berperan dalam membawa banyak perubahan di negaranya. Ia mengizinkan hadirnya lebih banyak hiburan di Arab Saudi, termasuk konser musik. Upayanya ini dilaporkan sebagai jalan untuk mereformasi ekonomi dan masyarakat.

Tahun ini, pemerintah Saudi telah mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya anak perempuan di sekolah diizinkan berolahraga dan memiliki akses terhadap pendidikan jasmani.

Merespons perubahan budaya mengemudi di Saudi, Lori Boghardt yang merupakan ahli Teluk di Washington Institute for Near East Policy mengatakan bahwa pengumuman tersebut merupakan penanda bahwa Pangeran Mohammed bin Salman bertekad mengadopsi reformasi sosial yang akan mengubah wajah kerajaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya