Kupu-Kupu Ini Berusia 200 Juta Tahun, Lebih Tua dari Bunga

Penemuan tersebut mendorong kembali studi tentang asal muasal Leptidoptera, yakni salah satu kelompok serangga yang paling berharga.

oleh Citra Dewi diperbarui 12 Jan 2018, 20:40 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 20:40 WIB
Salah satu fosil yang dilihat di bawah mikroskop
Salah satu fosil yang dilihat di bawah mikroskop. (Bas Van de Schootbrugge)

Liputan6.com, Utrecht - Baru-baru ini ilmuwan menemukan potongan fosil ngengat dan kupu-kupu dengan ukuran sangat kecil di dalam batuan purba di Jerman.

Setelah diteliti, terungkap bahwa serangga itu telah ada di Bumi sejak setidaknya 200 juta tahun lalu.

"Kami menemukan sisa-sisa mikroskopis organisme dalam ukuran ini," ujar Dr Bas van de Schootbrugge dari Utrecht University, Belanda, seperti dikutip dari BBC, Jumat (12/1/2018).

Menariknya, fosil itu menunjukkan bahwa beberapa ngengat dan kupu-kupu merupakan bagian dari kelompok yang sampai sekarang masih hidup. Mereka memiliki lidah panjang seperti jerami untuk menyedot nektar.

"Penemuan kami menunjukkan bahwa kelompok yang seharusnya berkembang biak dengan dengan bunga sebenarnya jauh lebih tua.

Dunia purba adalah dunia yang didominasi oleh tanaman gimnosperma, yang menghasilkan nektar manis untuk menangkap serbuk sari dari udara. Serangga primitif, termasuk kupu-kupu yang jadi fosil itu, disebut-sebut memiliki sumber makanan dari tanaman itu, sebelum tanaman berbunga hadir pada 130 juta tahun lalu.

Membantu Memahami Konservasi

Ngengat yang termasuk dalam kelompok fosil serangga yang ditemukan
Ngengat yang termasuk dalam kelompok fosil serangga yang ditemukan. (Hossein Rajaei)

Dr Russell Garwood dari University of Manchester mengatakan bahwa kupu-kupu dan ngengat selalu diasumsikan berevolusi bersama bunga, jika dilihat dari bentuk mulutnya yang melingkar. Namun, penemuan tersebut mengungkap hal berbeda.

"Bukti baru ini menunjukkan bahwa mungkin mulut yang melingkar memiliki peran lain, sebelum tanaman berbunga bervolusi," ujar Garwood.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Science Advances, memberi petunjuk bagaimana kupu-kupu dan ngengat tersebar luas dan berkembang di setiap benua kecuali Antartika.

Dr Timo van Eldijk dari Utrecht University, yang memimpin studi tersebut, mengatakan bahwa mereka dapat mempelajari lebih lanjut tentang konservasi kupu-kupu dan ngengat dengan mempelajari evolusi awal mereka.

"Informasi tersebut sangat penting untuk membantu kita mengumpulkan bagaimana perubahan iklim buatan manusia saat ini dapat mempengaruhi serangga dan evolusinya di masa depan," ujar can Eldijk.

Kupu-kupu dan ngengat adalah makhluk rapuh, sehingga fosil tersebut dinilai sebagai hal yang sangat berarti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya