Keren, Nenek-Nenek di Singapura Ini Ternyata Jago Main Parkour

Usia tak menghalangi dua wanita paruh baya asal Singapura ini untuk mencoba gerakan-gerakan dasar parkour, seperti apa kegiatan mereka?

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Jan 2018, 13:06 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2018, 13:06 WIB
Emak-Emak Parkour di Singapura
Tan Shie Boon mengawasi latihan parkour sang ibunda, Kim Chai (58) dan murid tertuanya Ann Tham (64).

Liputan6.com, Singapura - Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Pribahasa tersebut tampak tergambar oleh dua wanita lanjut usia asal Singapura ini.

Ann Tham dan Kimm Chai adalah wanita yang menyukai tantangan. Usia keduanya sudah melebihi setengah abad, masing-masing 64 tahun dan 58 tahun. Namun siapa sangka, Tham dan Chai ahli melakukan parkour dan masih lincah.

Parkour adalah aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan efisien dan cepat, menggunakan prinsip kemampuan tubuh manusia.

Biasanya, parkour dilakukan di gedung-gedung tinggi, sehingga terlihat ekstrem. Untuk itulah kebanyakan pelaku parkour berasal dari kalangan anak-anak muda.

Usia tua bukan penghalang bagi Tham dan Chai untuk mengembangkan jiwa mudanya melalui parkour.

Contoh saja Tham. Dua bulan lalu, dia membutuhkan bantuan tongkat untuk menjaga keseimbangan dan berjalan. Sekarang dia sudah bisa berjalan bebas tanpa bantuan alat tersebut. Semua berkat parkour.

Pensiunan desainer grafis itu berlatih parkour dua kali seminggu di Bishan, Singapura. Caranya pun cukup sederhana, dia hanya perlu memutari pagar, berdiri seimbang di atasnya dan berguling di tanah.

Gerakan Tham lebih lambat dan kurang gesit saat melakukan bold flips dan dives, yang menjadi ciri khas parkour.

Tapi dia membenarkan bahwa gerakan melatih keseimbangan dan kekuatan itu membantunya mengembalikan keseimbangan tubuh dan kepercayaan dirinya.

"Dulu saya sangat cemas karena saya pikir saya akan kehilangan keseimbangan dan mudah jatuh, tapi saya berhasil mengatasi rasa takut itu," katanya dalam bahasa Mandarin kepada media Singapura The Straits Times, Jumat (26/1/2018).

Ikut Sekolah

Parkour Emak-Emak di Singapura
Pensiunan desainer grafis, Ann Tham, menjajal teknik parkournya di sebuah tembok gedung.

Kelihaian Tham dalam parkour tak lepas dari keikutsertaannya di sebuah sekolah nirbala.

Tham merupakan siswa tertua di Move Academy Singapore, sebuah sekolah parkour di negara itu. Dia menemukan olahraga ekstrem tersebut setelah bertemu dengan sang pelatih, Tan Shie Boon, pada bulan November 2017 di sebuah pusat makanan (foodcourt).

"Dia (pelatih) mengantre di depan saya dan memesan semangkuk mie yang sangat besar. Saya pikir, porsi makannya aneh. Bagaimana pria kurus ini, yang terlihat begitu lembut dan baik, makan begitu banyak?" kenang Tham.

Dia kemudian mendekati Tan yang baru berusia 25 tahun dan dari situlah Tham mengetahui tentang parkour. Tan juga menunjukkan video sesi latihan timya kepada Tham.

"Saya bertanya padanya, apakah kegiatan ini bisa bermanfaat bagi saya, dan saat itulah ia mengundang saya untuk mencobanya pada esok hari," kata Tham yang jarang berolahraga dan sering kehilangan keseimbangan saat berjalan.

Merespons keberanian Tham, Tan mengatakan bahwa banyak orangtua yang melarang anaknya ikut parkour, bahkan dia sendiri belum pernah menemui wanita lansia berani mengambil risiko seperti Tham.

"Mereka menolak parkour, karena dianggap berbahaya dan hanya dilakukan oleh kalangan muda, tapi pikiran Tham sangat terbuka dan berani mencobanya," ucap Tan.

Sadar Risiko

Serunya Lansia Ikutan Parkour
Parkour bukan hanya bisa dilakukan oleh anak-anak muda tapi juga para veteran di usia senja.

Siswa Tan lainnya -- yang melawan stereotip tentang parkour -- adalah ibu kandung sang pelatih, seorang pensiunan guru, Kimm Chai.

Chai aktif melakukan senam Tai Chi yang dimulainya sejak September 2017. Chai tertarik mengikuti Tai Chi setelah Tan menunjukkan kepadanya beberapa teknik parkour.

"Parkour tidak berbahaya seperti yang saya duga. Sebenarnya olahraga ini mengajarkan Anda untuk melindungi diri dari cedera jika Anda jatuh," kata Chai.

Tan berharap, ketika orang lain melihat ibunya dan Tham bisa mendapat manfaat dari parkour, persepsi publik tentang olahraga tersebut akan berubah.

Tan menceritakan saat melatih orang tua, ia harus berhati-hati memahami keterbatasan fisik mereka.

Direktur klinik Balance Core Physiotherapy Centre, Michael Yan, juga membenarkan bahwa orang tua yang ingin belajar parkour harus mengingat bahwa ini adalah olahraga berisiko tinggi.

"Apabila jatuh, mereka bisa mengalami cedera lebih serius dari anak muda karena tulang mereka lebih rapuh," tuturnya.

Meski demikian, Yan mengatakan bahwa gerakan dasar parkour memberikan pelatihan fungsional yang membantu meningkatkan kekuatan, stabilitas dan mobilitas untuk aktivitas sehari-hari, Ini sangat bermanfaat bagi orang tua.

"Usia seharusnya tidak menghalangi orang tua untuk mencoba parkour, tapi mereka harus meminta saran dari dokter atau pelatih sebelum memulainya. Jika mereka cukup fit, mereka bisa mencoba level pemula."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya