Liputan6.com, Kiribati - Tim penyelamat telah menemukan sebuah sampan berisi tujuh korban selamat saat mencari feri yang membawa 50 orang yang hilang di perairan Kiribati, sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik, pada Minggu, 28 Januari 2018 pagi waktu setempat.
Pasukan pertahanan Selandia Baru mengatakan awak pesawat militer Orion menggunakan radar untuk menemukan sampan itu.
Butuh waktu dua jam untuk menemukan sampan berukuran lima meter itu terapung di Samudra Pasifik dengan tujuh orang, termasuk bayi yang tidak sadar, di atas kapal. Demikian seperti dikutip dari The Guardian pada Senin (29/1/2018).
Advertisement
Menurut pihak berwenang, mereka yang selamat mengaku bergegas ke sampan kayu kecil setelah kapal feri itu tenggelam di perairan Kiribati.
Baca Juga
Orion menjatuhkan persediaan kepada orang-orang yang selamat termasuk makanan, air dan radio, kata komandan Angkatan Darat Selandia Baru Darryn Webb
"Orang-orang yang selamat menggunakan radio untuk memberi tahu regu penyelamat bahwa mereka berhasil turun dari kapal feri saat kapal tersebut terbalik dan naik ke atas sampan," katanya.
Webb mengatakan bahwa korban selamat ditemukan tanpa air atau mesin. Dia mengatakan bahwa mereka memiliki selimut atau terpal yang mungkin bisa mereka gunakan untuk melindungi dari sinar matahari perairan Kiribati.
"Kapal nelayan telah mengubah jalurnya dan menjemput korban selamat pada hari Minggu siang. Sampan itu hanyut lebih dari 180 km dari pulau utama terdekat saat ditemukan," jelas Webb.
"Hati dan pikiran kami bersama bayi dan semua sisa penumpang lainnya yang belum kami temukan," katanya.
Webb mengatakan ada banyak puing di dekat sampan, yang mungkin berasal dari kapal feri.
Penyelidik berencana untuk berkumpul kembali dan mewawancarai korban yang selamat sebelum memutuskan apakah akan melanjutkan pencarian feri MV Butiraoi dan sisa penumpangnya di perairan Kiribati.
Baru Dilaporkan Usai Sepekan Hilang
Kapal feri tersebut gagal mencapai tujuannya lebih dari seminggu yang lalu, namun fakta bahwa kapal tersebut hilang baru dilaporkan pada hari Jumat.
Pertanyaannya mengapa pemerintah Kiribati terlalu lama memberi tahu pejabat Selandia Baru bahwa feri hilang. Webb mengatakan bahwa sebuah pesawat di Kiribati sebelumnya telah mencari feri namun tidak memiliki peralatan radar yang canggih.
Butiraoi, sebuah feri penumpang antar pulau, meninggalkan Pulau Nonouti pada tanggal 18 Januari untuk perjalanan dua hari, 250 km ke Betio, kota terbesar di ibu kota Kiribati, Tarawa Selatan. Feri setinggi 17 meter itu gagal sampai pada 20 Januari.
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa kapal tersebut mengalami perbaikan pada poros baling-balingnya sebelum meninggalkan Pulau Nonouti. Mereka memiliki radio frekuensi tinggi tapi tidak diketahui apakah memiliki cukup bahan bakar dan perlengkapan darurat di kapal.
Advertisement