Misteri Kapal Feri yang Hilang 7 Hari di Kiribati

Kapal feri yang mengangkut 50 penumpang dilaporkan hilang di Kepulauan Kiribati sejak 18 Januari 2018.

oleh Afra Augesti diperbarui 27 Jan 2018, 22:05 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2018, 22:05 WIB
Kiribati
Kiribati (Wikipedia)

Liputan6.com, Tarawa - Sebuah feri yang mengangkut sekitar 50 orang dilaporkan hilang di Kiribati, sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik.

Insiden ini mendorong dibentuknya tim pencarian internasional yang melibatkan otoritas Selandia Baru dan Fiji.

Kapal MV Butiraoi hilang ketika melakukan perjalanan selama dua hari atau sepanjang 240 kilometer, dari pulau Nonouti ke Betio Terawa, kota terbesar di ibu kota Kiribati.

Rute penyeberangan kapal feri MV Butiraoi yang hilang pada 18 Januari 2018. (Screenshot)

Feri tersebut berlayar pada 18 Januari dan diperkirakan tiba di tujuan dua hari kemudian, yakni 20 Januari. 

Pihak berwenang Selandia Baru menuturkan, MV Butiraoi belum berlabuh di dermaga di Betio Terawa setelah tujuh hari lamanya.

Pusat Koordinasi Penyelamatan Selandia Baru atau Rescue Coordination Centre of New Zealand (RCCNZ) menyatakan ikut turun tangan untuk pencarian kapal pada Sabtu pagi waktu setempat, mendukung usaha pihak berwenang Fiji.

Selain itu, angkatan udara Selandia Baru juga mengerahkan pesawat patroli maritim P3 Orion untuk memperluas wilayah pencarian.

Sebuah kapal lokal juga mulai memeriksa rute kapal dengan menelusuri kedua pulau.

 

Masalah pada Baling-Baling

kiribati-131017b.jpg
Kiribaiti.

Menurut keterangan pihak berwenang, kapal kayu katamaran sepanjang 17,5 meter itu mengalami masalah dengan poros baling-balingnya sebelum berlayar.

Petugas pencarian dan penyelamatan RCCNZ, John Ashby, menegaskan bahwa Selandia Baru akan mengerahkan segala upaya untuk menemukan feri dan penumpangnya.

"Yang kami ketahui, kapal tersebut mengalami masalah pada poros baling-balingnya, tepat sebelum berlayar," kata Ashby, dilansir The Guardian, Jumat (27/1/2018).

"Kendala ini mungkin jadi salah satu penyebab masalah pada sistem navigasi kapal," imbuhnya.

Ashby menambahkan, cuaca saat itu sedang bagus dan ombak pun tak ganas.

Pada bulan Oktober, setelah menyelamatkan tiga nelayan di Kiribati, Komodor angkatan udara Selandia Baru, Darryn Webb, mendesak agar seluruh kapal di negara itu dilengkapi dengan peralatan komunikasi dan darurat yang memadai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya