Liputan6.com, Beijing - Banyak pengamat politik menyebut tensi di perbatasan antara China dan India akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Prediksi tersebut didasarkan pada pernyataan media resmi pemerintah China, yang menyebut Presiden Xi Jinping merestui penambahan armada angkatan udaranya.
Dilansir dari CNN pada Kamis (22/2/2018), versi bahasa Inggris dari situs People's Liberation Army atau Tentara Pembebasan Rakyat mengumumkan penambahan armada pertahanan udara di Komando Wilayah Barat, yakni kawasan pengamanan khusus di perbatasan barat China yang berbatasan langsung dengan India.
Advertisement
Baca Juga
Artikel terkait turut memperlihatkan beberapa foto jet temput J-10 dan J-11 yang tengah melakukan latihan di kawasan barat China. Foto-foto tersebut diketahui diambil pada 13 Februari lalu, dua hari sebelum perayaan Imlek.
"Dengan India mengimpor jet-jet baru, maka China perlu memperkuat armada jet tempurnya di Komando Wilayah Barat," ujar pengamat militer Zhongping Song.
Pengumuman tersebut menjadi sinyalemen kuat dari China pasca insiden 'pergesekan' dengan India di Doklam, sebuah lembah yang terletak di perbatasan antara China, India, dan Bhutan.
Berbicara kepada CNN, Kanti Prasad Bajpai selaku direktur Pusat Kajian Asia dan Globalisasi pada Sekolah Hukum Publik Lee Kuan Yew, mengatakan bahwa pengumuman terkait dapat diartikan sebagai peringatan China kepada India, bahwa insiden Doklam 'belum berakhir' dan India seharusnya tidak berpuas diri.
"Sangatlah jelas bahwa mereka (China) tengah memperingatkan tentang peningkatan kekuatannya pasca-insiden Doklam," jelas Bajpai.
Â
Simak video tentang kekuatan pasukan militer berani mati pemerintah China berikut:Â
Bukan Kapasitas India Mengancam China
Menurut M. Matheswaran, salah seorang mantan pilot jet tempur India, pesawat J-11 milik China telah 'beredar' setidaknya selama lima tahun terakhir di kawasan Tibet.
"Ini bukanlah tentang India yang mengancam China, melainkan mereka yang mengancam India," ujar Matheswaran.
"Menurut saya, bukan kapasitas India untuk mengancam China saat ini."
Eksistensi J-11 merupakan jawaban China terhadap kepemilikan jet tempur Sukhoi-30 oleh India, yang dipasok langsung dari Rusia.
China mengklaim J-11 lebih unggul dibandingkan Sukhoi-30 karena mengadopsi teknologi setingkat lebih tinggi. Namun, menurut Matheswaran, kedua jet tempur sama-sama merupakan generasi keempat, di mana keunggulannya tidak jauh berbeda satu sama lain.
Juru bicara Kementerian Hubungan Luar Negeri India menolak berkomentar tentang isu terkait, dan mengatakan hanya menanggapi pernyataan yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah China.
Advertisement
Konflik di Lembah Doklam
Pengumuman terkait merupakan lanjutan dari persaingan kedua negara dalam medominasi pengaruh di Asia Selatan.
Belakangan China kian gencar mengucurkan dana investasi di negara-negara yang berada di sekitar Samudera Hindia, seperti contoh di Maladewa dan Bangladesh.
Beberapa pengamat menduga, hal itu dilakukan karena China merasa frustasi atas penolakan bertubi-tubi oleh India atas gagasan ‘Satu Sabuk, Satu Jalan’, yang digaungkan pemerintahan Presiden Xi Jinping.
Pada 2017 lalu, China dan India smepat terlibat ketegangan selama berbulan-bulan di Doklam, sebuah lembah kecil yang menjadi perbatasan kedua negara dan Bhutan.
Meski bukan berada di wilayah kekuasaan India, namun Doklam dianggap penting sebagai koridor untuk menyalurkan artileri vital dari Delhi ke kawasan timur laut negara itu.
Ketegangan tersebut bermula dari tuduhan Bhutan kepada China, di mana dianggap membangun jalan secara sepihak di sana.
China yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Bhutan, membantah tuduhan tersebut, dan mengklaim Doklam sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.
Di saat yang sama, India mengirim pasukan ke kawasan Doklam sebagai pertahanan terhadap kemungkinan invasi China. Namun, hal itu justru dianggap sebagai upaya agresi oleh China.
Akibatnya, ketegangan kedua negara pun memuncak di akhir Agustus, di mana masing-masing negara mengancam akan menarik duta besarnya masing-masing.