Turis China Jadi Korban Tindakan Rasis di Bandara London

Publik dunia dibuat heboh dengan kabar tindakan bernuansa rasisme yang menimpa seorang turis China di London.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 13 Feb 2018, 19:20 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2018, 19:20 WIB
Ilustrasi Turis dari China (AP/Anthony Weirland)
Ilustrasi Turis dari China (AP/Anthony Weirland)

Liputan6.com, London - Bandara Internasional Heathrow di kota London, Inggris, dan jaringan toko bebas pajak World Duty Free, secara resmi mengumumkan permintaan maaf atas insiden bernuansa rasisme pada turis asal China.

Dilansir dari laman South China Morning Post pada Selasa (13/2/2018), permintaan maaf tersebut disampaikan setelah seorang pramuniaga paruh waktu di toko terkait, menyarankan konsumen asal China berbelanja lebih dari Rp 18 juta untuk mendapat potongan harga sebesar 20 persen.

Padahal bagi konsumen dari negara-negara lain, hanya dibutuhkan nilai belanja minimum sebesar Rp 1,4 juta untuk mendapat potongan harga serupa.

Kisah kecurangan itu diunggah oleh seorang warganet di situs mikro blog terbesar di China, Weibo.

Dalam pernyataan di hadapan media, Word Duty Free -- yang mengoperasikan lebih dari 500 toko bebas pajak di 20 negara -- akan segera melakukan investigasi menyeluruh untuk memperbaiki program tawaran potongan harga tersebut.

"Sebagai sebuah perusahaan global, kami berkomitmen melayani seluruh konsumen dengan sepenuh hati," tulis pernyataan terkait.

"Kami sangat menyesal dan meminta maaf kepada para konsumen yang mengalami ketidaknyamanan saat bertransaksi."

"Kami telah memastikan kembali para staf menyampaikan berbagai program kami dengan sebenar-benarnya, tanpa membedakan dari mana konsumen berasal."

Bandara Internasional Heathrow juga turut menyampaikan permohonan maaf serupa dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan secara terbuka, termasuk kepada para media di China.

"Kami menyadari hal ini tidak bisa diterima," ujar Delia Williams, salah saorang juru bicara pada bandara tersibuk kedua di dunia itu.

"Kamu telah bekerja sama dengan para mitra komersial kami untuk memahami apa yang terjadi, dan memastikan hal itu tidak lagi terjadi di kemudian hari."

 

 Simak video menarik tentang canggihnya sistem jaringan kereta cepat di China berikut: 

'Seksinya' Lonjakan Jumlah Wisatawan Asal China

ilustrasi bus London (iStock)
ilustrasi bus London (iStock)

Kisah insiden bernuansa rasisme yang diunggah ke situs Weibo itu langsung menjadi perbincangan luas para warganet di China. Tercatat, sebanyak lebih dari 14.800 komentar dan 65.300 tanda suka menghampiri unggahan terkait.

Dalam unggahannya di Weibo, seorang tenaga pemasaran asal China yang tengah berpergian ke Inggris, mengklaim dirinya menemukan kejanggalan pada transaksi belanja yang dilakukan di cabang World Duty Free di Bandara Internasional Heathrow pada Minggu, 11 Februari 2018.

Kasir toko bebas pajak terkait menyarankan kepada sang turis untuk berbelanja lebih dari Rp 18 juta, agar mendapat sebuah voucher potongan harga khusus. Alasannya sederhana, yakni karena konsumen itu berasal dari China.

Ketika didesak tentang berapa nilai transaksi minimum, akhirnya terkuak bahwa nilainta berada jauh di bawah jumlah yang disarankan, yakni sekitar Rp 1,4 juta.

Oleh beberapa kalangan, insiden tersebut dianggap miris karena terjadi beberapa hari sebelum sekitar 6,5 juta warga China berpergian ke luar negeri selama libur tujuh hari, yakni terkait perayaan Imlek.

Lonjakan jumlah wisatawan asal China menjadi angin segar bagi pertumbuhan industri pariwisata global.

Sepanjang 2016 lalu, arus wisatawan dari China dilaporkan melakukan pengeluaran hingga US$ 261 miliar, atau sekitar 4.900 triliun. Jumlah yang fantastis itu disebut berhasil memeceahkan rekor sebagai perputaran uang terbesar di sepanjang sejarah industri pariwisata global.

Sementara itu, tiga negara di Asia diprediksi akan menjadi tujuan wisata utama warga China selama libur perayaan Imlek, yakni Thailand, Jepang, dan Singapura. Prediksi tersebut, menurut laporan situs layanan wisata terbesar di China Ctrip, turut diikuti oleh beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya