Kritis hingga Tewas, Nasib 3 Pembelot yang Bocorkan Informasi Rahasia Rusia

Berikut ini nasib 3 pembelot, baik berstatus agen intelijen, spionase, atau warga sipil di berbagai penjuru dunia, yang dianggap membocorkan informasi rahasia Rusia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Mar 2018, 20:02 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2018, 20:02 WIB
Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Ilustrasi Bendera Rusia (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Liputan6.com, Moskow - Sebagai salah satu negara yang gencar melakukan spionase, maka lazim jika Rusia memiliki banyak agen dan intel yang mereka tempatkan di luar negeri.

Agen atau intel tersebut ada yang berstatus 'resmi' di bawah perlindungan korps diplomatik. Mereka biasanya ditempatkan di kantor kedutaan di negara asing untuk menjalin hubungan dengan dan menjaring informasi dari otoritas atau figur penting di negara setempat.

Akan tetapi, ada pula agen atau aset sipil intelijen alias intel yang berstatus 'rahasia', tidak resmi dan tanpa perlindungan diplomatik. Mereka biasanya beroperasi secara diam-diam, di bawah radar pantauan, dan menggunakan identitas palsu.

Sama seperti kompatriotnya yang berstatus 'resmi', mereka yang berstatus rahasia itu ditugaskan menjalin relasi dan menjaring informasi. Hanya saja, mereka melakukannya di bawah kedok samaran dan, jika ketahuan, bertendensi melanggar hukum yang berlaku di negara setempat.

Kebanyakan agen atau intel itu -- baik yang resmi atau rahasia -- berhasil melakukan tugasnya dengan baik dalam menghimpun informasi dan mendistribusikannya ke pemerintah Rusia.

Namun, tak sedikit pula agen atau aset sipil intelijen itu justru tak melakukan tugasnya sesuai yang diminta.

Atau pada beberapa kasus, ada beberapa di antara mereka yang justru bekerja sebagai agen ganda, membelot dari tanah airnya, atau membocorkan informasi rahasia ke pemerintah negara asing. Alasannya beragam, mulai dari motif ekonomi hingga negosiasi demi terbebas dari jerat hukum.

Bak film memang. Akan tetapi, kasus-kasus seperti itu nyata adanya.

Seperti Liputan6.com rangkum dari BBC, berikut, nasib 3 pembelot Rusia, baik yang berstatus agen intelijen atau warga sipil di berbagai penjuru dunia. Masing-masing dari mereka mengalami beragam nasib, mulai dari kritis hingga tewas dengan dugaan menjadi korban pembunuhan akibat pembelotan yang dilakukannya.

1. Sergei Skripal

Sergei Skripal
Sergei Skripal dijatuhi hukuman penjara selama 13 tahun oleh Rusia pada 2006 karena telah melakukan mata-mata untuk Inggris. (AP Photo/Misha Japaridze, File)

Seorang pria mengalami kondisi kritis setelah terpapar zat yang belum diketahui kandungannya di Wiltshire, Salisbury, Inggris. Diketahui, pria berkewarganegaraan Rusia itu menjadi mata-mata untuk Inggris.

Pria Rusia berusia 66 tahun itu, Sergei Skripal, dan seorang perempuan berusia 33 tahun ditemukan tak sadarkan diri di bangku sebuah pusat perbelanjaan pada Minggu, 4 Maret 2018.

Restoran Zizzi di Salisbury telah ditutup sementara oleh polisi yang disebut sebagai "tindakan pencegahan".

Dikutip dari BBC, Selasa 6 Maret 2018, zat tersebut belum diketahui hingga kini. Namun, Badan Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan bahwa tak ada risiko yang mengancam kesehatan masyarakat.

Polisi Wiltshire sedang menyelidiki apakah itu merupakan kejadian yang disengaja atau bukan. Mereka mengatakan, baik pria Rusia maupun teman perempuannya tak memiliki luka yang terlihat tetapi ditemukan tak sadarkan diri.

Peristiwa itu disebut sebagai insiden besar dan sejumlah badan menyelidiki kasus tersebut.

Kolonel Skripal yang merupakan pensiunan petugas intelijen militer Rusia, dijatuhi hukuman penjara selama 13 tahun oleh Rusia pada 2006 karena telah melakukan mata-mata untuk Inggris.

Ia didakwa telah menyerahkan sejumlah identitas agen mata-mata Rusia yang bekerja di Eropa kepada Badan Intelijen Inggris, MI6.

Sebagai imbalan karena telah memberikan infromasi sejak tahun 1990-an, Skripal dibayar US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,37 miliar.

Ia adalah satu dari empat tahanan yang dibebaskan oleh Moskow dalam pertukaran dengan 10 mata-mata Amerika Serikat pada 2010. Skirpal kemudian diberi perlindungan di Inggris.

2. Alexander Perepilichnyy

Kematian Pembocor Korupsi Rusia di Inggris Ternyata Diracun
Alexander Perepilichnyy, pembocor Rusia yang tewas di Inggris (public domain)

Menjelang musim dingin, November 2012, polisi Surrey di Inggris dikejutkan oleh laporan seorang warga yang melihat seorang pria yang tengah berolahraga jatuh tersungkur dan tak bergerak. Polisi segera ke tempat kejadian.

Di halaman rumahnya, Alexander Perepilichnyy yang tergeletak lengkap dengan baju joging ditemukan polisi pada pukul 17.05 dan 25 menit kemudian, tim medis mengatakan, ia telah meninggal dunia.

Masalahnya, ia bukan orang biasa. Perepilichnyy adalah pembocor rahasia Rusia yang tiga tahun lalu lari ke Inggris mencari perlindungan dari sindikat kriminal di Moskow.

Polisi Surrey menyebut kematiannya tak bisa dijelaskan.

Perepilichnyy adalah sosok yang sehat jasmani, tetapi juga pria dengan banyak musuh. Ia adalah orang yang membocorkan rahasia bahwa pemerintah Rusia terkait skandal pajak terbesar dalam sejarah.

Kasus itu melibatkan menteri dalam negeri dan tuduhan pencurian uang pajak yang diberikan perusahaan investasi Hermitage kepada pemerintah Rusia sebesar US$230 juta. Pengacara Rusia yang menemukan kasus itu, Sergei Magnitsky dibui oleh otoritas dan tewas di penjara pada 1999.

Menurut Hermitage, Perepilichnyy adalah saksi kunci untuk melawan geng kriminal paling mengerikan di Rusia, Klyuev Grup. Anggotanya termasuk aparat keamanan, agen mata-mata FSB, petugas pajak dan hakim senior. Mereka diduga bertanggung jawab terkait dengan penipuan pajak jutaan dolar.

Dalam sebuah persidangan teranyar, pengacara keluarga pebisnis berusia 44 tahun itu mendapatkan bukti post-mortem bahwa kemungkinan besar diracun setelah memakan sup sorrel atau sup sayuran khas Rusia.

Bukti kimia beracun ditemukan di lambungnya. Demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa 14 Maret 2017.

Permasalahannya, bukti kunci itu telah dibuang berjam-jam setelah kematiannya.

Bob Moxone-Browne pengacara Legal and General, yang telah mengeluarkan polis asuransi jiwa yang cukup besar untuk Perepilichnyy sesaat sebelum kematiannya, bertanya mengapa tidak ada seorang pun bertanya kepada jandanya, apa yang telah ia untuk makan siang pada hari ia meninggal.

Dia mengatakan: "Isi perut Perepilichnyy dibuang tak lama setelah ia meninggal dunia. Ada sejumlah material penting di dalam rongga perutnya."

Perepilichnyy awalnya diperkirakan telah meninggal karena sebab alamiah. Namun, jejak bahan kimia yang dapat ditemukan di tanaman beracun Gelsemium elegans kemudian ditemukan di perutnya.

Moxone-Brown mengatakan dalam sidang ada "kemungkinan seseorang telah mengganti materi sayuran lain untuk sup sorrel yang sejenis".

Dalam pengadilan itu, ada sejumlah bukti di mana Perepilichnyy sebelum tewas mendapat banyak ancaman telepon dari kelompok kriminal terorganisasi dan ia membeli banyak asuransi jiwa.

Hermitage Capital Management yakin, Perepilichnyy tewas dibunuh karena ia telah membantu kasus mereka.

Perwakilan Hermitage, Henrietta Hill dalam persidangan mengatakan, "Ada isu mengapa Perepilichnyy memiliki begitu banyak asuransi jiwa. Ia telah mengemukakan pada satu titik ia disarankan untuk mengambil beberapa kebijakan oleh manajer banknya."

Baik Hermitage dan Legal and General berpendapat Perepilichnyy kemungkinan dibunuh oleh agen-agen Rusia. Keduanya bertanya-tanya mengapa kepolisian Surrey lambat dalam mengambil keputusan dan sejumlah barang bukti penting di post-mortem hilang.

3. Alexander Litvinenko

Makam Alexander Litvinenko (wikimedia commons)
Makam Alexander Litvinenko (wikimedia commons)

Pada 2006 lalu, mantan anggota Intelijen Rusia (KGB), Alexander Litvinenko meninggal dunia secara misterius di London. Kematian Litvinenko sampai saat ini masih misterius.

Namun, menurut Pengadilan Tinggi Inggris, pria yang meninggal di usia 43 tahun tersebut diracun atas persetujuan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Munculnya kemungkinan sementara ini disambut baik istri dari almarhum Litvinenko, Marina. Dia mengaku lega, kebenaran mulai terungkap.

"Kata-kata terakhir sebelum suami saya meninggal di atas tempat tidurnya, mengenai keterlibatan Putin, akhirnya berhasil dibuktikan Pengadilan Inggris," ucap Marina seperti dikutip dari BBC, Kamis 21 Januari 2016.

Marina pun meminta agar Putin dan Rusia dihukum. Tidak hanya itu, dia mendorong agar komunitas internasional tidak membiarkan Putin keluar dari Negeri Beruang Merah.

Tudingan kepada Putin segera dikomentari Kementerian Luar Negeri Rusia. Mereka menyebut kesimpulan tersebut mengada-ada.

"Hal itu sudah dipolitisasi," ucap keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia.

Litvinenko merupakan mantan anggota KGB. Namun, tiba-tiba dia berubah menjadi pengkritik keras Kremlin.

Pada 23 November 2006, Litvinenko meregang nyawa, 3 pekan usai bertemu dan minum teh bersama dua koleganya, Andrei Lugovoi dan Dmitri Kovtun.

Diduga kuat, teh yang diminum Litvinenko telah dimasukkan racun polonium yang sangat berbahaya.

Polonium tersebut diduga dicampurkan di tehnya di sebuah restoran.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya