Politikus Pro Uni Eropa Menang dalam Pilpres Montenegro

Kemenangan Milo Djukanovic (56) dalam Pilpres Montenegro dinilai memuluskan jalan bagi negara di Balkan Barat itu untuk menjadi anggota Uni Eropa.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Apr 2018, 14:28 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 14:28 WIB
Milo Djukanovic, PM Montenegro periode 2012-2016
Milo Djukanovic, PM Montenegro periode 2012-2016 (AP)

Liputan6.com, Podgorica - Kesempatan Montenegro untuk menjadi anggota Uni Eropa disebut-sebut kian terbuka menyusul terpilihnya politikus veteran pro Uni Eropa dalam pemilu Presiden.

Seperti dikutip dari Independent.co.uk, Selasa (17/4/2018), Milo Djukanovic (56), pemimpin Partai Demokrat Sosialis Montenegro telah mendeklarasikan kemenangan dalam pemilu Presiden yang diadakan pada Minggu, 15 April 2018.

Kemenangan bagi kekuatan pro integrasi datang menjelang pertemuan puncak Uni Eropa di Sofia, Bulgaria, pada 17 Mei 2018. Pertemuan itu akan membahas aksesi negara-negara Balkan Barat ke Uni Eropa.

Kepala negara Albania, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Makedonia, Kosovo, serta Montenegro dikabarkan akan hadir dalam pertemuan tersebut.

Awal tahun ini, Komisi Eropa menyatakan bahwa Montenegro serta Serbia berpotensi menjadi "negara pertama" di Balkan Barat yang bergabung dengan Uni Eropa pada 2025. Dengan catatan, keduanya harus mereformasi tata hukum dan pemerintahan.

Terkait hal itu, Djukanovic mengatakan, hasil pemilu adalah "konfirmasi atas tekad kuat Montenegro untuk melanjutkan proses keanggotaan di Eropa".

 

Saksikan video pilihan berikut:

Lama Mendominasi Politik Montenegro

Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Kandidat presiden Rusia, Vladimir Putin memberikan pidato dalam sebuah kampanye pencalonannya di stadion Luzhniki di Moskow (3/3). Puluhan ribu pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin berkumpul untuk mengikuti kampanye. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Djukanovic dan partainya telah mendominasi politik di Montenegro selama beberapa dekade. Ia menjabat sebagai perdana menteri dari 1991-1998, lalu presiden dari 1998-2002, dan Perdana Menteri dari 2003-2006, dan lagi dari 2008-2010, serta 2012-2016.

Politikus veteran itu sebelumnya dituduh memiliki hubungan dengan kejahatan terorganisasi. Tudingan itu salah satunya dilontarkan kantor kejaksaan di kota Napoli Italia dan komisi anti-Mafia Italia. Namun, Djukanovic membantah klaim itu.

Penghitungan suara resmi terakhir menunjukkan Djukanovic memenangkan 54 persen suara. Lawan terdekatnya, Mladen Bojanic, dari partai Positif Montenegro, meraih 33 persen suara. Berbeda dengan Djukanovic, Bojanic mendukung pandangan yang lebih pro Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluh pada Rabu lalu bahwa keadaan hubungan Montenegro-Rusia di bawah Djukanovic, "jelas tidak sesuai dengan tradisi persaudaraan berabad-abad dan kedekatan spiritual di antara orang-orang kita". Di lain sisi, Montenegro telah bergabung dengan NATO tahun lalu, memicu kemarahan Rusia.

Selain keanggotaan Uni Eropa dan hubungan dengan Rusia, pemilu Presiden didominasi oleh isu kekerasan kejahatan terorganisasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya