Eks Vokalis Pink Floyd: Ada Propaganda dalam Serangan Senjata Kimia di Suriah

Eks vokalis band kondang Pink Floyd, Roger Waters, mengecam organisasi kemanusiaan White Helmets yang beroperasi di Suriah

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Apr 2018, 23:01 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2018, 23:01 WIB
Kondisi Kota Douma di Ghouta Timur
Kondisi Kota Douma di timur Ghouta yang bangunannya mengalami kerusakan, Minggu (25/2). Rezim pemerintah Suriah masih terus menghujani kawasan Ghouta Timur sehingga jumlah korban tewas terus bertambah. (HAMZA AL-AJWEH/AFP)

Liputan6.com, Barcelona - Eks vokalis band kondang Pink Floyd, Roger Waters, mengecam organisasi kemanusiaan White Helmets yang beroperasi di Suriah -- menyebut mereka sebagai agen propaganda bagi sekelompok pihak.

Komentar Waters, yang diutarakan dalam sebuah konser musik di Barcelona Jumat pekan lalu, muncul bertepatan kala Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis yang bersiap melancarkan serangan ke Suriah pada Sabtu, 14 April 2018.

Serangan itu merupakan respons atas dugaan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di Kota Douma, Ghouta Timur. Amerika Cs menuduh Suriah -- yang didukung Rusia -- mendalangi peristiwa tersebut.

Dilansir dari laman Russia Today, 16 April 2018, sepekan sebelum serangan AS ke Suriah, kelompok White Helmets menyebarkan foto dan video tentang apa yang mereka sebut serangan senjata kimia di Douma.

Waters mengatakan dia punya pandangan berbeda dengan orang yang memintanya berbicara soal situasi di Suriah, menyusul serangan senjata kimia di Douma. 

"White Helmets itu organisasi palsu yang diciptakan untuk propaganda bagi jihadis dan teroris. Itu yang saya percaya. Kami punya keyakinan berbeda," kata dia kepada penonton.

Ia juga beropini, jika publik mendengarkan propaganda White Helmets dan yang lainnya, hal itu akan membuat pemerintah suatu negara untuk semakin ingin menjatuhkan bom ke Suriah.

"Ini adalah kesalahan besar kita sebagai umat manusia," kata dia.

Ambivalen

Eksistensi White Helmets sebagai sebuah organisasi kemanusiaan dianggap ambivalen oleh sejumlah kalangan.

Beberapa pihak, seperti Komite Palang Merah Internasional dan media Amerika Serikat The Wall Street Journal menyebut bahwa organisasi itu murni memberikan bantuan humaniter kepada warga terdampak konflik bersenjata dan Perang Saudara menahun di Suriah.

Kendati demikian, beberapa pihak -- seringkali entitas atau media Rusia -- kerap mendiskreditkan White Helmets. Negeri Beruang Merah kerap menyebut organisasi itu sebagai 'penerima dana dan pelaksana propaganda negara Barat'.

Menyusul serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur pada 7 April 2018, Amerika Serikat menggunakan bukti foto dan video yang diedarkan oleh White Helmets sebagai salah satu bukti untuk menuduh bahwa Suriah dan Rusia terlibat dalam peristiwa itu.

Di sisi lain, Rusia dan Suriah justru menyebut bahwa serangan senjata kimia di Douma pada 7 April merupakan fabrikasi dari organisasi semacam White Helmets.

Terlepas dari klaim tersebut, saat ini, tim penyelidik independen internasional dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) -- yang tiba di Suriah pada Sabtu, 14 April 2018 -- baru saja memulai penyelidikan atas peristiwa di Douma.

Sejatinya, tim OPCW dijadwalkan untuk masuk ke Suriah beberapa hari pasca-serangan di Douma -- yang disebut menewaskan 42 orang. Namun, berbagai laporan menyebut bahwa pemerintahan Presiden Bashar Al Assad dan sekutunya, Rusia, menghalang-halangi organisasi tersebut untuk melaksanakan penyelidikan di Suriah.

Kini, lebih dari sepekan usai peristiwa di Douma, Rusia dan Suriah telah mengizinkan tim OPCW untuk memeriksa tempat kejadian perkara. Demikian seperti dilansir BBC, 17 April 2018.

 

Reporter  : Pandasurya Wijaya

Sumber   : Merdeka.com

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya