Dukung Najib Razak dalam Pemilu Malaysia, Bos AirAsia Minta Maaf

Tony Fernandes menyampaikan permohonan maafnya karena mendukung Najib Razak dalam pemilu Malaysia 2018.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Mei 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2018, 09:09 WIB
Tony Fernandes
Bos Air Asia, Tony Fernandes (AFP/Peter Parks)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Bos maskapai AirAsia Tony Fernandes pada hari Minggu, 13 Mei 2018, melalui sebuah video, meminta maaf karena mendukung Najib Razak dan Barisan Nasional dalam pemilu ke-14 Malaysia pada 9 Mei 2018. Ia mengklaim berada "di bawah tekanan" dari pemerintahan sebelumnya.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (14/5/2018), Fernandes muncul dalam sebuah video yang dilansir Free Malaysia Today di situs berbagi video pada 6 Mei 2018, di mana ia memuji pemerintah Najib Razak atas kesuksesan AirAsia.

"Saya percaya bahwa perdana menteri mengutamakan rakyat dan memungkinkan AirAsia tumbuh meski terdapat perlawanan dari seluruh tempat," ujarnya dalam video tersebut.

Dalam video minta maaf berdurasi tujuh menit yang diunggahnya di Facebook, Fernandes mengatakan, ia merasa langkahnya (mendukung Najib) "akan menenangkan pemerintah". Menurutnya, pemerintah telah menekannya terkait dengan kebijakan AirAsia yang menyediakan penerbangan tambahan bagi warga Malaysia di luar negeri agar dapat kembali ke negara mereka untuk menggunakan hak suara dalam pemilu.

Pada 7 Mei 2018, Najib Razak pernah mengunggah foto dirinya menaiki pesawat AirAsia dari kota Kinabalu ke Kuala Lumpur. Pada pesawat itu terdapat tulisan Make My Country Greater atau "Hebatkan Negaraku", yang merupakan slogan kampanye Najib Razak.

"Bodohnya saya yang merasa dengan membuat video --yang menurut saya cukup netral dan faktual-- dan (membubuhkan slogan) di pesawat dari kota Kinabalu akan menenangkan pemerintah serta melindungi para pekerja AirAsia dan yang terpenting, memungkinkan lebih dari 80 juta orang terbang setiap tahunnya dengan tarif rendah," ujar Fernandes.

"Saya tertekuk di bawah tekanan kuat. Itu tidak benar, saya akan menyesalinya selamanya.

"Sekali lagi, saya minta maaf ... atas rasa sakit dan luka yang saya timbulkan".

Sebelumnya, AirAsia telah mengumumkan 120 penerbangan dengan harga yang lebih rendah dibanding biasanya, terutama untuk pemilu. Menurut Fernandes, maskapainya dapat mengangkut 26.000 penumpang untuk pulang ke kampung mereka dan menggunakan hak suaranya.

"Saya tidak tahu itu tidak populer ... tapi saya merasa sebagai maskapai penerbangan kami harus melayani rakyat," kata dia.

"Dalam waktu 24 jam, kami telah dipanggil oleh Komisi Penerbangan Malaysia dan diminta untuk membatalkan semua penerbangan itu."

Banyak netizen mengkritik Fernandes atas apa yang mereka lihat sebagai dukungan terbuka terhadap Barisan Nasional dan Najib Razak.

Foto-foto di dalam pesawat yang dinaiki Najib Razak menunjukkan awak kabin mengenakan seragam biru (warna Barisan Nasional) sebagai ganti seragam merah mereka.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kemenangan Bersejarah Mahathir Mohamad

Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad memberi keterangan saat konferensi pers di Petaling Jaya, Malaysia (10/8). Mahathir menjadi perdana menteri ketujuh Malaysia pada usia 92 tahun. (AP Photo / Sadiq Asyraf)

Pasca-kemenangan mengejutkan dalam pemilu Malaysia 2018, Mahathir Mohamad (92), mencatat sejarah sebagai pemimpin tertua di dunia.

Fakta penting lainnya terkait dengan pemilu Malaysia, yakni oposisi berhasil menumbangkan koalisi Barisan Nasional (BN) untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1957.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis, 10 Mei 2018, Mahathir yang memimpin Malaysia selama 22 tahun sebelum akhirnya pensiun pada 2003, kembali ke panggung politik untuk menantang mantan anak didiknya, Najib Razak, yang tengah berada di pusaran skandal korupsi 1MDB.

1MDB adalah lembaga investasi yang didirikan pemerintah Negeri Jiran untuk memberikan manfaat pada rakyatnya. Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.

Namun, dalam praktiknya, organisasi ini dituduh telah menyedot dana negara ke rekening pribadi PM Najib dan orang-orang dekatnya.

Kini, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya tengah menyelidiki dugaan penggelapan dan pencucian uang lintas batas terkait 1MDB.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya